Yeahhhh..!!

^sorak2 ala cheerleader^

Akhirnya, part 3-nya slsai jga,haha… 😀

Mianhae buat yg udah lama nunggu…

Ji Soon hiatus sbntar gara2 US kmrin yg bener2 buat otak terbalik 180o

^emang bisa^ ?_?

So, lgsung dibaca aja ya… ^^

+++Check It Out+++

=====================================##################=======================================

 

Title             :     Love In SEOUL

Genre         :     Friendship,romantic, and school life

Chapter      :     3

Cast             :     –  Ji Soon (author)

–   Jang Hyun Ra (Tam. P/author)

–   Lee Seung Yeon (Dicta/author)

–   Park Jae Soon (Olvi/reader)

–   Dong Woon (BEAST)

–   Hyun Seung (BEAST)

–   Yo Seob (BEAST)

–   Jun Hyung (BEAST)

And other cast…

Apa-apaan mereka berdua bisa ada di sini? Kenapa juga aku harus bertemu mereka berdua lagi. Apalagi dengan yang berambut pirang dan sok kenal itu, dan juga temannya yang super cerewet minta ampun…

Pikir Seung Young dalam hati saat melihat kedatangan Ji Soon dan Jae Soon sambil menatap mereka berdua dengan tatapan kesal.

“Lee Seung Young dan Jang Hyun Ra~!” seru seseorang dari balik pintu salah satu ruangan. Seung Young dan Hyun Ra pun segera berjalan masuk menuju ruangan itu. Ji Soon dan Jae Soon yang masih terdiam di dekat pintu masuk, semakin bingung dan heran saja.

“Eonni, kira-kira kenapa mereka tadi dipanggil ya…?” Ji Soon bertanya  sambil menyikut lengan Jae Soon yang masih terdiam mematung.

“Ya mana kutahu lah~~! Masa kamu nanya aku yang gak tahu apa-apa sih~? Aneh-aneh aja…” jawab Jae Soon malas, membuat Ji Soon mendengus kesal.

“Huhh, sinis banget sih eonn~! Aku kan nanya baik-baik, galak amat sih jadi orang!” kesal Ji Soon sambil melipat kedua tangannya dan memalingkan mukanya dari hadapan Jae Soon.

“Yaa~! Udah ah, ayo cepat kita kasih suratnya, keburu malam nih…, besok kita kan harus latihan full.” Jae Soon mengingatkan Ji Soon sambil berjalan menuju petugas yang ada di sekitar situ, dan menanyai ruangan produser di mana. Ji Soon pun hanya bisa menurut dan pasrah saja, karena kali ini ia tidak bisa membalas Jae Soon.

 

Sementara itu  di waktu yang sama di tempat latihan Beast…

“Dong Woon-ah~! Mau pergi kemana kau? …. Yaa!! Kau dengar kataku tidak?!” bentak salah satu namja yang tak lain adalah Doo Joon, leader mereka. Ia membentak Dong Woon yang sekarang sedang berdiri di depan pintu.

“Hyung, aku sudah capek ngikutin semua kemauan hyung… Lihat yang lainnya, mereka semua juga capek. Kalau tiap hari harus gini terus, lebih baik aku keluar dari Beast aja!!” kini giliran Dong Woon membentak Doo Joon, ia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Mendengar semua yang sudah diucapkan Dong Woon tadi, membuat Doo Joon kehilangan kesabaran untuk menghadapinya. Ia pun berjalan cepat menghampiri Dong Woon dan segera mengangkat kerah kaos yang dipakai Dong Woon. Member yang lain pun merasakan ketegangan ini.

“Yaa~! Jaga mulutmu!! Kau pikir aku melakukan ini juga bukan karena kalian semua apa?? HAAHH~~!” kemarahan Doo Joon pun terluapkan semuanya, dan ia hampir saja meninju wajah Dong Woon sesaat sebelum Jun Hyung menahan tangannya dan dibantu dengan member lainnya untuk melerai mereka berdua. Segera setelah Doo Joon melepaskan cengkeramannya, Dong Woon pun merapikan kaosnya kembali.

“Hehh, demi semuanya?! …” tanya Dong Woon dengan sinisnya. “… Apa hyung tidak pernah berpikir sedikit pun apa yang kami rasakan, kami juga manusia biasa, kami bukan robot yang harus diperintah, kami juga butuh istirahat!!” bentak Dong Woon semakin keras, membuat yang lainnya merinding ketakutan mendengarnya, termasuk Doo Joon juga. Dong Woon pun segera pergi dari ruangan itu dan malas untuk menanggapi pertengkaran ini. Jun Hyung pun segera mengejarnya.

“Hyung, memang benar apa yang dikatakan Dong Woon… Kita semua butuh istirahat, walaupun kita tahu waktu kita untuk istirahat tidak banyak, tapi seenggaknya kita punya waktu untuk merilekskan pikiran kita sejenak. Kita sudah latihan sejak tadi pagi dan Dong Woon harus cuti kuliah selama beberapa hari, apa gak ada keringanan buat kita sama sekali? Hyung kan tahu, kemauannya untuk menjadi mahasiswa sangat besar, dan kali ini setelah semua impiannya tercapai, apa kita harus semakin menekannya?” jelas Hyun Seung dengan sabar dan panjang lebar kepada Doo Joon yang kini terdiam.

“Hyung…”

“DIAM KALIAN SEMUA!!!” belum sempat Yo Seob melanjutkan perkataannya, tiba-tiba saja Doo Joon sudah membentak mereka semua. Ki Kwang yang diam sedari tadi meyaksikan pertengkaran itu, memberikan isyarat bagi mereka berdua untuk segera keluar dari ruangan itu, karena keadaan bakal bertambah semakin buruk kalau mereka tidak segera pergi.

Kini, Doo Joon hanya sendirian di ruangan itu, ia pun terduduk lemas menyesali perbuatannya yang mengecewakan mereka semua. Ia menyadari betapa jahatnya dirinya kepada Dong Woon dan mereka semua. Ia pun menangis sejadinya dan menjerit-jerit minta maaf pada Dong Woon dan semuanya.

 

Di luar ruangan tersebut…

Ji Soon dan Jae Soon yang mau melewati depan ruangan itu, terkejut saat mendengar suara bentakan orang di dalamnya dan disusul dengan kemunculan Dong Woon keluar dari ruangan tersebut.

“Dong Woon-ah~~! Jamkamman!” seru Jun Hyung yang menyusulnya dari belakang. Dong Woon pun tidak menghiraukan panggilan hyungnya itu dan semakin mempercepat langkahnya. Tapi saat ia menatap dua gadis yang sedang kebingungan, ia menoleh sebentar masih dengan tatapan kesalnya dan kemudian kembali berjalan secepatnya. Sejenak pandangan Ji Soon dan Dong Woon bertemu, namun dengan ekpresi yang sama-sama kesal. Ji Soon menatap aneh pria itu, sedangkan Jae Soon asyik melihat Jun Hyung yang kini berhenti berlari di hadapan mereka dengan keringat bercucuran di wajahnya.

“Gwaenchana?” tanya Jae Soon sambil memberikan sebuah saputangan kesayangannya. Sejenak Jun Hyung menatap dari bawah hingga ke atas gadis yang menanyainya, lalu mengambil saputangan itu perlahan darinya.

“Kamsahamnida… Mmm, nuguseyo?” tanyanya balik ke Jae Soon. Ji Soon pun melirik kesal kelakuan sahabatnya, dan segera pergi meninggalkan mereka berdua di situ. Mereka yang sedang tidak menyadari kepergian Ji Soon, kini sedang akrab berbicara, bahkan Jun Hyung sampai lupa dengan tujuan pertamanya tadi, yaitu menyusul Dong Woon.Namun, akhirnya Jae Soon pun tersadar saat ia hendak memperkenalkan Ji Soon kepada Jun Hyung.

“JI Soon.., Ji Soon~! Aishh, di mana pula anak satu itu..?” Jae Soon celingukan kesana-kemari mencari Ji Soon sembari menggigiti kukunya lagi, hal ini membuat Jun Hyung tertawa lucu melihat tingkahnya yang sangat lugu dan polos.

“Mau kubantu mencarinya?” Jun Hyung menawarkan bantuan sambil menyunggingkan senyuman mematikan bagi Jae Soon. Jantung Jae Soon pun berdetak semakin cepat karenanya, sepertinya Jae Soon mulai menyukai pria itu, mungkin itulah yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Jae Soon hanya sanggup menganggukan kepalanya dan mulailah pencarian mereka. Pertama, mereka segera menuju ke lantai atas di mana ruangan produser berada.

Saking gugupnya, saat menaiki tangga Jae Soon pun tersandung dan jatuh. Tapi secepat kilat Jun Hyung menahan Jae Soon yang hampir terjatuh dari belakang. Kedua pandangan mata mereka pun bertemu. Jae Soon merasakan jantungnya semakin cepat saja berdetak, malah makin cepat dari sebelumnya. Di saat suasana seperti ini, tiba-tiba Ji Soon datang secar tiba-tiba, membuat mereka berdua gugup dan kebingungan dengan apa yang sudah terjadi terhadap mereka berdua.

“Yaa~~! Ji Soon-ah, kemana saja kau tadi? Pergi gak bilang-bilang…” Jae Soon mencoba mengalihkan suasana.

“Eonni sendiri tadi lagi ngapain? Daripada aku dicuekin terus dari tadi, mendingan aku langsung selesaiin urusanku malam ini kan..?” Jae Soon dan Jun Hyung pun terdiam. Bingung harus menjawab apa dan sekaligus merasa malu. Ji Soon hanya tersenyum bahagia atas kemenangannya malam ini dan segera meninggalkan mereka berdua kembali. Kini tinggal mereka berdua lagi, wajah Jae Soon pun semakin memerah. Jun Hyung yang menyadari hal ini, segera mengawali pembicaraan lagi.

“Mmm…, Jae Soon-ah~! Mianhaeyo, aku tidak bermaksud membuatmu…”

“Anni~! Kau tidak salah kok, aku yang salah. Mianhae, aku tadi tidak sengaja jatuh dan membuat prasangka buruk pada diri Ji Soon, dia memang selalu begitu, mianhae Jun Hyung-ssi…” Jae Soon menundukkan kepalanya karena merasa sangat bersalah kepada orang yang baru ditemuinya malam itu.

“Sudahlah, aku juga tidak mempermasalahkan itu. Kau tenang saja, aku sudah biasa seperti itu kok, hehe…” tawanya kecil kepada Jae Soon meyakinkan perasaannya baik-baik saja dengan perlakuan Ji Soon tadi. Senyuman lebar pun tersunggin di wajah Jae Soon yang sekarang sedang berseri-seri itu.

Jae Soon merasakan malam ini benar-benar indah, ia hari ini bisa bertemu dengan dua orang yang sangat tampan. Jae Soon terbayang wajah dua pangeran itu hingga keluar dari gedung agency tersebut, terlebih Jun Hyung yang sampai membuatnya merasa gugup dan grogi berada di dekatnya.

Ji Soon yang melihat tingkah konyol sahabatnya itu, hanya bisa memakluminya saja. Ji Soon tidak mau membahas banyak masalah ini, karena ia sudah lelah dengan semua tugasnya hari ini dan bermaksud untuk segera tidur setelah sampai di rumah.

Mobil mereka berdua pun kini melaju cepat meninggalkan kawasan itu. Dan terlihat di belakangnya dua orang sahabat yang tadi sempat dilihat Ji Soon dan Jae Soon saat memasuki gedung. Mereka berdua kini juga akan meninggalkan gedung, tapi baru beberapa saat melangkah keluar dari pintu, tiba-tiba saja Seung Young memanggil Hyun Ra, Hyun Ra langsung menghentikan langkahnya dan segera menengok ke belakang.

“Apa maksudmu mendaftarkan namaku untuk ikut audisi di sini? Kau sudah gila ya? Ini tidak akan pernah berhasil, lagipula aku sebenarnya terpaksa mengikuti audisi ini karena kau yang memohon-mohon kepadaku dan aku merasa tidak tega.” Seung Young meluapkan rasa kesalnya kepada Hyun Ra yang hanya tersenyum kecil mendengar perkataannya.

“Sillyehamnida…” seru seseorang dari arah belakang mereka, mereka berdua pun spontan menengok ke arah orang itu. Tapi belum sempat mereka melihat wajah orang itu, ia langsung pergi begitu saja dan t6anpa sengaja menyenggol Hyun Ra yang ada di sebelahnya, Hyun Ra pun hampir terjatuh sebelum akhirnya ditahan dari belakan oleh Seung Young.

“Yaa!! Namja gak tahu diri~! Udah nabrak, gak minta maaf lagi, parah banget sih! Huhh~~!” emosi Seung Young tidak terkendali dan membuat pria itu menghentikan langkahnya.

“Mianhae, aku sedang terburu-buru. Sekali lagi, mianhaeyo…!” serunya berbalik tanpa memperlihatkan wajahnya yang tertutup oleh topi kupluknya, dan kemudian  segera berlari lagi.

“Yaa~! Jangan asal main kabur aja ya…! YAAA~~!” Seung Young berteriak sekeras mungkin tanpa memperhatikan Hyun Ra yang sedari tadi menutup telinga mendengar teriakannya yang sedikit cempreng karena menahan emosi. Sedangkan pria itu tetap berlari saja, tanpa memperhatikan perkataan Seung Young tadi. Entah apa yang membuatnya lari terburu-buru begitu.

“Seung Young, udah aja ahh~! Gak usah sampe segalak itu napa~~?! Lagipula kan dia udah minta maaf, yang ketabrak kan aku juga, kok kamu yang sewot habis-habisan sih..?! Udah.., ayo kita pulang sekarang, tuh eomma udah jemput kita.” seru Hyun Ra mengingatkan Seung Young dan menunjuk ke arah sebuah mobil yang sedang menghampiri mereka sekarang.

“Mianhae, apa kalian sudah menunggu lama? Eomma tadi sambil ke supermarket, mau beli persediaan makanan kita buat musim gugur dan dingin nanti…”

“Ani~, eomma! Kami baru saja keluar kok…” jawab Hyun Ra dengan tersenyum manis yang kemudian disusul oleh Seung Young yang segera masuk ke dalam mobil, masih dengan ekspresi kesalnya tadi.

“Hyun Ra, kenapa Seung Young, mukanya kok bete banget kayaknya?” bisik Hye Sun eomma pelan. Hyun Ra hanya mengangkat bahu bingung juga.

 

Keesokan harinya di sekolah…

Baru hari ini Jae Soon dan Ji Soon datang terlambat, dan akibatnya mereka pun dihukum membersihkan WC sekolah setelah pulang sekolah nanti. Bahkan, mereka juga ada ulangan mendadak hari ini, dan pastinya mereka berdua belum sempat belajar.

Ssstt… Sssttt…

Hyun Ra menengok Jae Soon yang memanggilnya tadi.

“Hyun Ra, kamu tahu nomor 3 gak?” bisik Jae Soon pelan. Hyun Ra, yang biasanya pelit dalam memberikan jawaban, akhirnya hatinya melunak saat ia teringat dengan apa yang sudah dan nanti akan dialami oleh Ji Soon dan Jae Soon. Sambil memberikan kode jawaban, Hyun Ra juga melirik waspada gerak-gerik guru di depan kelas tersebut.

Di belakang Hyun Ra, Seung Young sedang memperhatikan gerak-gerik mereka berdua. Seung Young hanya bisa mendengus kesal melihat tingkah laku mereka berdua yang memalukan. Dan tanpa sengaja, pandangan Seung Young pun kini tertuju kepada Ji Soon yang sedang serius mengerjakan ulangan ini. Seung Young termenung sejenak, ia merasa ada sesuatu dalam diri Ji Soon yang sepertinya membuat hatinya terasa sesak sekali, benar-benar tidak nyaman. Entah apa yang membuatnya seperti itu, padahal Ji Soon tidak pernah sekalipun membuat kesalahan kepadanya. Sungguh aneh…

 

Saat jam pulang pun tiba…

“Huhh…! Ini semua gara-gara eonni sih~! Coba aja kemarin malam eonni gak makan yang pedas-pedas, pasti paginya gak bakalan sakit perut kan..?”

“Yaa~~! Kok kamu salahin aku sih?! Jelas-jelas yang bikin lambat tuh siapa, hehh~? Kamu juga sih, mandi aja lama banget kayak tuan putri…”

BRUAKKK…

Pertengkaran adu mulut itu pun berhenti saat seoran songsaengnim (yang memberikan hukuman kepada mereka) datang mengejutkan mereka berdua dengan membanting pintu WC.

“Hebat sekali kalian ya… Bukannya bersih-bersih malah berantem di sini. Kalian mau sampe jam berapa di sini, hahh?! Sekarang saya gak mau tahu, saya hari ini ada urusan mendadak, besok pagi saya cek lagi WC ini, kalau masih kotor, ada hukuman tambahan buat kalian, arraseo??!” ancam guru itu sembari meninggalkan mereka berdua sendirian di situ. Mendengar omongan tadi, mereka berdua pun sadar bahwa tugas hukuman mereka dari tadi belum selesai juga karena pertengkaran adu mulut tersebut, padahal semua siswa sudah pulang. Dan sekarang yang tersisa hanya mereka berdua.

“Dongsaeng…, gimana nih, sekarang hanya tinggal kita berdua saja, museowoyo…” kata Jae Soon kepada Ji Soon sambil memegang lengannya ketakutan. Ji Soon hanya mendecakkan lidah melihat kelakuan konyol sahabatnya itu.

“Eonni, udah deh…! Jangan berpikiran yang macam-macam ah~! Udah, cepetan deh! Nanti gak selesai-selesai nih kerjaannya…” Ji Soon mencoba untuk tidak menghiraukan kegelisahan Jae Soon dan segera melanjutkan tugasnya. Jae Soon pun cemberut lagi dan seperti biasanya memanyunkan bibirnya juga. Ia pun mengerjakan kembali tugasnya dengan perasaan kesal dan takut bercampur jadi satu.

TAKK…. TAKK… TAKKK…

Jae Soon yang mendengar suara itu, langsung melompat mendekati Ji Soon dan kembali memeluk lengan Ji Soon. Ji Soon yang awalnya biasa-biasa saja kini juga merasakan hawa dingin yang membuat bulu kuduknya ikut berdiri.

“Hhhu-hhu-hhu~~! Dongsaeng, suara apa tadi itu?” tanya Jae Soon hampir menangis sambil gemetaran. Ji Soon hanya menggelengkan kepalanya perlahan, kemudian menyuruh Jae Soon tetap tenang.

TAKK… TAKKK… TAKKK…

Suara itu muncul lagi, dan terasa semakin mendekati mereka berdua. Kini bayangan ketakutan pun semakin menyesakkan hati mereka.

“Dongsaeng,kayaknya itu suara sepatu deh..! Suaranya juga makin dekat kayaknya, huhuhhu…, aku masih belum mau mati sekarang… “ kata Jae Soon sedikit gemetar dan sambil memejamkan kedua matanya.

“Ahh, eonni nih mikirin apaan sih?! Mana mungkin ah, udah deh.., jangan ngomong yang macam-macam! Sekarang cepat ambil ember itu!” seru Ji Soon sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah ember yang berada agak jauh sedikit di depan Jae Soon.

“Gak mau!! Ambil aja sendiri sana…!!”

“Huhh, dasar penakut banget sih~! Ambil gini aja masak gak mau, ayo cepat ikut aku!” ajak Ji Soon kepada Jae Soon yang sekarang sedang melakukan kebiasaannya kembali, yaitu menggigiti kukunya. Tanpa berpikir panjang lagi, Jae Soon segera menggandeng kembali lengan Ji Soon dan mengikutinya ke arah pintu keluar sekaligus pintu masuk WC.

“Ssst!! Ia makin mendekat, kita harus siap-siap…” Ji Soon mengingatkan Jae Soon yang sedari tadi sudah meringis ketakutan agar tetap tenang dan waspada. Awalnya Jae Soon bingung dengan maksud perkataan Ji Soon tadi, ia bingung dengan apa yang akan dilakukan Ji Soon nanti. Ia disuruh bersiap-siap untuk apa. Dalam benak Jae Soon ia mengira kalau mereka berdua akan melawan hantu atau siapalah gerangan tersebut dengan tangan kosong dan berhadapan langsung, namun saat dilihatnya Ji Soon sedang bersiap-siap dengan ember yang dibawanya, barulah Jae Soon mengerti.

CKRIITT…

Pintu pun terbuka perlahan, dan segera…

BYUUURR…

Air membasahi seluruh tubuh gerangan itu. Tunggu dulu! Ia basah kuyup?? Berarti ia adalah manusia dan bukan hantu. Omona~! Apa yang sudah kami lakukan terhadap orang ini, kasihan sekali dia…

“Arrgghh~~!!” orang itu berteriak dengan emosi. Orang itu adalah pria yang kini sepertinya jadi marah nesar karena ulah mereka berdua. Jae Soon dan Ji Soon hanya bisa saling melirik dan tidak tahu harus berkata apa karena merasa bersalah sekali.

“Dongsaeng, waeyo?? Kenapa kau basah kuyup begini?? Ada apa ini sebenar…nya? seru salah seorang dari belakang namja itu, dan berhenti sejenak karena kaget dengan keberadaan Jae Soon dan Ji Soon tersebut.

Namja itu, Jae Soon langsung mengenalinya. Dan sepertinya ia juga.

“Jun Hyung-ssi…” seru Jae Soon.

“Jae Soon-ah… Sedang apa kau di sini.., mmm… maksudku kalian berdua?” balasnya dan bertanya kembali.

“Kami sedang dihukum selama jam pulang ini untuk membersihkan WC karena terlambat datang ke sekolah tadi. Dan karena hanya kami berdua saja yang ada di sini, kami berdua jadi sama-sama takut dengan suara sepatu yang ternyata berasal dari kalian tadi. Dan sekarang akhirnya gini deh…” jelas Jae Soon yang kemudian menundukkan kepalanya tanda menyesal. Jun Hyung pun tertawa mendengar penjelasannya, terlebih melihat temannya yang di hadapannya kini basah kuyup karena ulah dua gadis itu.

Namja itu segera mendongakkan kepalanya kembali dan mengamati gadis yang ada di hadapannya sekarang. Betapa terkejutnya ia saat yang dilihatnya adalah gadis yang kemarin berpapasan lewat kemarin di gedung agency. Ia ingat persis saat kedua mata mereka saling menatap waktu itu, dan hal itu yang kini membuatnya ingat kembali kepadanya.

Ji Soon yang dari tadi menunduk terus pun kini mencoba memberanikan diri menatap namja yang ia basahi tadi. Spontan Ji Soon juga terkejut dengan apa yang ada di hadapannya sekarang, orang yang ditemuinya kemarin malam kini bertemu kembali dengannya.

“Kau… Kau, yang kemarin malam itu kan? Ohh, jadi sekarang kau mau cari masalah ya denganku~” seru pria itu sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah Ji Soon.

“Yaa~!! Siapa yang mau cari masalah?! Apa kamu gak dengar tadi yang udah dibilang sama eonniku, hehh~? balas Ji Soon tak mau kalah dengannya. Jae Soon dan Jun Hyung hanya bisa tercengang mengamati pemandangan di hadapan mereka, sepertinya keadaan bakal bertambah buruk.

“Emm…, sepertinya tugas kita sudah selesai deh~ Ayo Ji Soon, kita pulang!” ajak Jae Soon sambil menarik tangan Ji Soon yang masih menatap Dong Woon kesal. Akhirnya, Jae Soonlah yang berpamitan kepada mereka berdua, walaupun salam perpisahannya itu tidak dihiraukan oleh Dong Woon. Bahkan saat mau beranjak pergi pun, mereka berdua masih saling menatap penuh amarah dan dendam.

“Sudahlah, dongsaeng! Jangan marah-marah terus dong, gak asyik nih~! Ayo, cepat kita pulang juga! Apa kau masih belum puas sudah berkeliling hampir di seluruh ruangan yang ada di sekolah ini, dan sekarang badanmu sudah basah kuyup seperti ini apa masih mau tetap di sini, hahh~?” ajak Jun Hyung sambil berlalu.

“Huhh~! Dasar cewek sialan, liat aja kalo kita ketemu lagi nanti, aku gak bakalan…” Dong Woon tidak sempat melanjutkan perkataannya, karena ia merasa ada yang menjalar di kakinya, lalu ia menengok ke bawah dan…

HUAAAA!!!!

“Hyung~! Hyung!!! Jangan tinggalin aku sendirian di sini! HYUNG~~!” panggilnya sambil menghentakkan kakinya ke tanah, menyebabkan sesuatu yang menjalar di kakinya tadi, yang tak lain adalah seekor kecoak, jatuh tergeletak. Dong Woon yang menyadari hal itu, segera berlari secepat mungkin menyusul hyungnya yang sudah duluan tadi. Bahkan ia pun sampai terpeleset dua kali karena sepatunya yang licin terikut basah juga. Sungguh malang sekali nasibnya, kasian kasian kasian… ^gaya Upin & Ipin^ #PLAKK

 

Sementara itu, di rumah Hyun Ra dan Seung Young…

KRINNGG… KRINNGGG…

“Yoboseyo?” jawab Hyun Ra mengangkat telepon.

“Hyun Ra-ssi, kami ingin memberitahukan tentang audisi kalian kemarin. Jadi, setelah kami berpikir berulang kali, akhirnya kami memutuskan bahwa…” suara seseorang terdengar dari seberang sana.

“Jeongmal? Bagaimana hasilnya??” tanya Hyun Ra memotong pembicaraan tak sabar. Seung Young dan Hye Sun eomma yang saat itu sedang menonton TV di tempat yang sama, ikut penasaran dengan perbincangan antara Hyun Ra dan penelepon itu.

“Permainan biola Lee Seung Young lumayan bagus dan permainan pianomu juga cukup lihai. Dan setelah mendengar suara kalian pun kami sangat terkesan. Kalian punya bakat yang luar biasa. Bisakah kalian kemari dan menandatangani kontrak kalian di sini? Kalian berdua telah kami anggap sebagai trainne baru di Cube Entertainment. Dan jika kalian sanggup, kalian hanya cukup latihan selama tiga bulan, setelah itu barulah debut kalian dimulai. Bagaimana, kalian setuju?” jawab orang itu dengan jelas dan cukup panjang.

“J-j-je-jeongmal?? … Ahhh~~ kami sangat setuju sekali. Ne, alguseumnida.., sekarang juga kami akan segera ke sana. Kamsahamnida~!” jawab Hyun Ra sebelum akhirnya menutup teleponnya dan berteriak histeris layaknya seperti seorang anak kecil yang mendapatkan hadiah sekotak permen coklat dari kedua orang tuanya. Melihat kelakuan Hyun Ra yang aneh itu, Seung Young hanya bisa mencibir dan Hye Sun omma juga ikut senang bersamanya.

“Seung Young~~! Kita diterima!!! KYAAAA…” kembali Hyun Ra berteriak histeris. Seung Young hanya melongo tak percaya.

“Kita diterima? Kau salah dengar kali, mana mungkin ahh~” seru Seung Young tak percaya sekali lagi.

“Aigoo~ Percaya aja deh, mana mungkin aku salah dengar, aku kan gak tuli, huhh~!” jawab Hyun Ra kesal. Seung Young hanya bisa pasrah dengan keadaan yang ada. Hye Sun omma sangat bersyukur dan bangga atas prestasi mereka berdua, dan ini berarti mereka berdua sudah lebih mandiri dan bisa menyesuaikan diri dengan baik.

“Kajja!! Kajja!! Kita harus segera bersiap-siap, kita akan berangkat ke sana untuk menandatangani kontrak…” pinta Hyun Ra kepada sahabatnya itu.  Seung Young pun mendengus kesal dan beranjak malas dari sofa.

“Ahh~ capek banget rasanya, kamu aja deh yang pergi…” keluh Seung Young dengan manjanya.

“Aish~! Tidak ada begituan, ayo cepat! Ini kan untuk masa depanmu juga, jangan disia-siakan kesempatan seperti ini. Kajja!!” kata Hye Sun omma sambil menggiring  Seung Young menuju kamarnya. Seung Young pun hanya bisa mendengus kesal lagi, dan tak mampu untuk mengelak.

 

Sesampainya di gedung agency…

“Aish~! Pelan-pelan napa!! Sakit banget tau!!” Seung Young berteriak kesal kepada Hyun Ra yang sedari tadi menyeretnya untuk berjalan cepat.

“Manja banget sih~?! Makanya, jalan itu jangan lelet dong~!” balas Hyun Ra yang sedang terburu-buru sambil berlalu meninggalkannya.

“YAA!! Hyun Ra~! Hyun Ra!! Apa yang barusan kau bilang tadi, hahh??!” tantang Seung Young tak mau kalah. Tapi Hyun Ra sudah tidak bisa mendengarnya lagi, ia telah pergi cukup jauh meninggalkan sahabatnya yang sensitif itu. Dengan secepat mungkin Seung Young menyusul Hyun Ra kemudian.

 

20 menit kemudian…

Urusan dua sahabat itu hari ini akhirnya selesai juga. Mereka berdua menarik nafas lega, terlebih Seung Young yang memang sedari tadi ingin cepat selesai dan segera pulang. Dengan langkah cepat, mereka pun segera meninggalkan gedung itu. Namun, keinginan mereka itu tidak kesampaian. Mereka berdua masih harus menunggu jemputan ommanya. Cukup lama mereka menunggu, hingga…

TINNN… TINNN…

Ada sebuah mobil yang tidak mereka kenal berhenti di hadapan mereka tiba-tiba. Mereka berdua pun bingung dan ketakutan.

“Annyeong…! Apa kalian masih mengingatku??” seru seorang namja dari balik kaca pintu mobil yang sedang dibuka perlahan. Hyun Ra sungguh tidak mengingat namja itu, tapi Seung Young merasa sebaliknya. Ia mengenal sekali namja itu dari topi yang sedang ia kenakan. Ya, benar saja…, Seung Young masih mengingat namja itu adalah namja yang ia maki-maki kemarin malam. Langsung wajah Seung Young berubah cemberut dan bete. Namja itu pun tersenyum geli melihat kelakuannya. Karena takut merasa tidak sopan, ia pun segera keluar dari mobil dan diikuti oleh seorang namja lagi dari sebelah pintu. Melihat hali itu, Hyun Ra dan Seung Young hanya bisa bingung dan bertanya- tanya dalam hati apa sebenarnya mau mereka.

“Oh ya, kalian trainee baru di sini kan?? Kalau begitu, salam kenal ya… Semoga kita bisa saling bekerja sama dengan baik.” sapa namja yang sudah membuat Seung Young cemberut tadi. Hyun Ra hanya mengangguk pelan menjawabnya, sambil memandang heran namja yang baru keluar dari mobil tadi. Seung Young masih tetap dengan prinsipnya, yaitu cemberut dan membuang muka. Hal itu hampir saja membuat namja yang menyapa mereka tadi tertawa, namun segera diurungkan niatnya itu, takut Seung Young marahnya makin menjadi. Dialihkan pandangannya kepada Hyun Ra yang sepertinya penasaran dengan sahabatnya itu yang sedari tadi sepertinya merasa malu, dan dengan segera ia mengajak temannya itu untuk mengenalkan diri.

“Choneun Yo Soeb imnida…” seru namja yang mengajak tadi, masih tersenyum geli melihat kelakuan Seung Young yang seperti anak kecil itu.

“Choneun Hyun Seung imnida…” sapanya singkat dan masih dengan muka tertunduk malu. Hyun Ra semakin penasaran saja ingin melihat wajah pemalu namja ini. Sedangkan Seung Young tetap tidak mau melihat dan ikut campur dengan pembicaraan mereka. Dan akhirnya hanya Hyun Ra saja yang mau memperkenalkan diri.

“Mmm, kalian mau kemana? … Apa kalian mau ikut kami makan siang? Kebetulan di dekat sini ada sebuah restoran yang menjual masakan-masakan yang super enak, kalian mau kan…?” tanya namja yang bernama Yo Seob itu kepada mereka penuh harap.

Sejenak Hyun Ra menoleh ke arah Seung Young yang sedang memberi isyarat lirikan mata untuk memihaknya, yaitu menolak tawaran mereka. Tapi Hyun Ra tidak memedulikannya.

“Hmm…, kami mau! Ayo sekarang kita berangkat~! Perutku udah lapar banget nih…” jawab Hyun Ra bersemangat, membuat Seung Young semakin kesal dan bete. Dalam hatinya ia berniat sepulangnya di rumah nanti akan menghajar Hyun Ra habis-habisan. Dengan kecepatan sedang mobil itu pun melaju membawa mereka berempat.

 

Beralih ke asrama Ji Soon dan Jae Soon…

“Urgghh~~! Rese banget sih tuh cowok… Pengen kukremes-kremes aja rasanya…” gerutu Ji Soon kesal.

“Udah ahh~ Nyantai aja lagi…” kata Jae Soon menasihatinya dengan sabar. Tak berapa lama kemudian, mereka berdua dikagetkan oleh sebuah suara handphone dari balik saku jas sekolah Ji Soon.

“Yoboseyo?” jawab Ji Soon.

“Annyeong, my princess!” seru sesorang dari seberang sana.

“Oppa??! Ini oppa ya?” Ji Soon terkejut dan hampir berteriak mendengar suara orang itu tadi.

“Hahahha… Betul banget! Ternyata kamu masih ingat suaraku ya..?”

“Wahh, jadi benar oppa ya… Tumben oppa nelpon, memang ada apa..?” tanya Ji Soon.

“Hari ini oppa punya kejutan untukmu, oppa ada di Seoul sekarang…”

“Mwo~! Jeongmal??” tanya Ji Soon tidak percaya. Jae Soon yang saat itu sedang meminum segelas air putih, hampir tersedak karena terkejut juga mendengar teriakan Ji Soon.

“Ne~ Sekarang jemput aku di bandara ya… “

“Ne~! … Baiklah, aku segera berangkat. Dah, oppa!” kata Ji Soon sebelum mengakhiri pembicaraan mereka.

 

=====================================##################=======================================

 

Nah, part 3-nya gimana nih?

Jelek ya???

^minder^

Mianhae kalo agak2 gaje kali ini…

Oh ya, Change Your Heart-nya menyusul juga,hehe….

Mianhae juga buat yang udah nungguin lama banget…

And don’t forget to comment.., OK? ^^