Title : Super Hero
Author : Park Kyungjin
Cast : Kim Jonghyun (SHINee), Choi Myung Ah (OC)
Genre : Romance, Angst
Length : One Shot

+++

(Jonghyun P.O.V)

Aku mencoba untuk berlari-lari kecil sembari melirik jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul satu siang. Hari ini aku sengaja mengunjungi kampus kekasihku, Choi Myung Ah, sekedar untuk mengantarkannya pulang ke rumah. Sudah beberapa hari belakangan ini aku mulai jarang bertemu dengannya. Mungkin karena kesibukan kami masing-masing, apalagi tempat kuliah kami juga berbeda.

Ku sapukan pandanganku ke sekeliling kampus yang berukuran cukup besar ini, mencoba untuk mencari keberadaan sosok wanita yang sangat ku cintai itu.

‘Nah, itu dia!’ sorakku dalam hati saat melihatnya sedang berjalan di sepanjang koridor. Dengan cepat aku menyembunyikan tangan kiriku yang sedang menggenggam setangkai mawar merah di balik punggungku lalu bergegas menyusulnya yang kini terlihat sedang melintas ke gedung seberang.

“Myungie! Myungie!”  berkali-kali aku mencoba untuk memanggil namanya dan sepertinya ia tidak mendengarku. Ku pacu langkahku untuk berjalan lebih cepat lagi namun tiba-tiba penglihatanku menangkap sebuah hal yang menurutku sangat ganjil. Wanita itu tengah melintasi gedung yang sedang mengalami renovasi, kemudian di atas sana terlihat beberapa pekerja yang sedang membongkar beberapa bagian dari atap gedung itu.

Hal yang ku khawatirkan ternyata benar-benar terjadi. Aku melihat sebuah potongan beton yang jatuh secara tiba-tiba dari atas sana.

“NONA! AWAS!” seorang pekerja yang menyadari hal tersebut mencoba untuk memperingatkan Myungie. Ia berbalik dan akhirnya mengetahui bahaya yang sedang mengintainya.

“Aaaaaaaaaaaaaa…” ku dengar ia berteriak dan dengan sangat panik aku berlari ke arahnya. Aku berhasil menangkap tubuhnya dan mendorongnya menjauh dari posisi ia berdiri tersebut hingga terpental sejauh beberapa meter, namun ternyata nasib buruk sepertinya justru menimpa diriku.

Aku tidak punya waktu yang lebih banyak lagi untuk menyelamatkan diriku sendiri, dan bisa ku lihat dengan jelas potongan beton itu kini semakin mendekat ke arahku. Aku hanya sempat menunduk hingga akhirnya aku merasakan sesuatu yang sangat berat menghantam bagian punggungku dengan sangat kasar.

“Kim Jonghyun!” ku dengar Myungie berteriak histeris saat tubuhku ambruk di atas tanah. Samar-samar aku melihat ia mendekat lalu mengguncang-guncang tubuhku dengan panik.

“Tidak apa-apa sayang…” aku mencoba untuk menenangkannya walaupun sebenarnya aku mulai merasakan pusing yang sangat hebat di kepalaku. Aku sangat tidak suka jika melihatnya menangis seperti itu.

“Kau ini bodoh…” hanya itu kata-kata yang bisa ku dengar dari mulutnya, sebab beberapa saat kemudian, orang-orang semakin ramai mengelilingiku, kepalaku semakin bertambah pusing, dan penglihatanku sudah benar-benar terasa kabur.

‘Jangan ambil aku sekarang Tuhan…’ doaku dalam hati hingga sesaat kemudian aku mulai tak sadarkan diri.

+++

Perlahan-lahan ku coba untuk membuka mataku yang masih terasa berat saat aku mendengar seseorang memanggil namaku.

“Jjong-ah… Jjong-ah…” aku melirik ke samping dan mendapati Myungie tengah duduk sambil sesekali terisak.

“Ya… Kenapa menangis seperti itu?” tanyaku padanya.

“Kau sudah sadar?” tiba-tiba ia terlonjak dan bangkit dari tempat duduknya “ku pikir kau tidak akan bangun lagi…” ujarnya kembali sambil menghapus sisa-sisa air matanya. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Syukurlah, ternyata aku masih diberi kesempatan untuk hidup.

“Tunggu sebentar, akan ku panggilkan dokter untukmu…” ia kembali menimpali lalu bergegas keluar dari ruangan.

Ku edarkan pandanganku ke sekeliling ruangan. Hmm, ruangan bernuansa putih dengan bau yang sangat khas, apa lagi kalau bukan rumah sakit? Dan ngomong-ngomong, punggungku masih terasa sangat sakit. Pikiranku tiba-tiba kembali tertuju pada kejadian buruk yang membuatku seperti ini. Kejadian yang cukup aneh, dan ku rasa semua ini ada hubungannya dengan statusku yang sebenarnya.

Karena sebenarnya, aku terlahir bukan sebagai manusia biasa pada umumnya.

Aku diberikan kelebihan untuk bisa menjadi pelindung dan penolong bagi siapapun yang sedang dalam keadaan bahaya dan bagi siapapun yang sedang membutuhkan bantuanku.

Oleh karena itu, tentu saja tidak bisa dipungkiri jika aku akan menemukan kenyataan bahwa ada yang tidak suka denganku, atau yang bisa ku sebut sebagai musuhku yang selalu geram saat aku menggagalkan setiap rencana busuknya.

Oleh karena itu, ia pasti akan mencoba berbagai cara untuk menghancurkanku, termasuk dengan melukai orang-orang yang ku cintai. Dan tidak ada seorang pun yang tahu tentang hal itu.

‘Yeah, beginilah resiko menjadi seorang manusia super’ gumamku dalam hati.

Tak lama kemudian, terdengar suara seseorang membuka pintu. Myungie muncul kembali bersama seorang pria paruh baya dengan seragamnya yang juga serba putih.

+++

Waktu yang masih sangat larut namun tiba-tiba aku terbangun dari tidurku yang sebenarnya tidak nyenyak. Aku lalu mencari-cari penyebab dari terbangunku itu. Perasaanku mengatakan bahwa ada seseorang yang sedang mengintaiku. Dan benar saja, saat aku memalingkan wajahku, aku mendapati sesosok yang sedang berdiri di sudut ruangan dan dengan wujud yang tidak jelas sedang menatap ke arahku. Sontak aku terlonjak kaget dan bangkit dari posisi tidurku.

“Kau?!” bentakku padanya sembari memaksakan diri untuk berdiri. Perlahan-lahan makhluk itu berjalan mendekat. Aku hanya bisa terpaku di tempatku sambil terus mengawasi setiap gerak-geriknya. Makhluk itu… Dia yang selama ini telah berbuat onar dan mengacaukan keadaan kota.

“Ku pastikan kau akan hidup lebih menderita Kim Jonghyun…” gumamnya tepat di hadapanku. Bisa ku lihat dengan jelas wujudnya saat ini, dengan pakaian serba hitam dan topeng yang menutupi sebagian wajahnya.

“Katakan! Pasti kau yang berniat membahayakan kekasihku dengan menjatuhkan beton itu ke arahnya bukan?!”

“Tch, aku akan menghancurkan hidupmu, orang-orang di sekitarmu, semuanya… Itulah resiko bagi orang-orang yang berani mengacaukan kehendakku” gumamnya sekali lagi disertai seringai yang tersungging jelas di bibirnya, yang membuatku hanya semakin mengerutkan keningku, tidak mengerti namun juga mulai merasa panik dan kesal. Aku mulai mengepalkan tanganku dan bersiap melayangkan tinjuku ke arahnya. Namun belum sempat aku menyentuhnya, tiba-tiba ia kembali menghilang, memudarkan dirinya dengan cepat lalu menyatu dengan udara.

Kata-katanya barusan masih terekam jelas di otakku. Tinjuku yang belum sempat ku daratkan padanya itu akhirnya ku lampiaskan pada dinding yang ada di sampingku. Ya, aku memang selalu menggagalkan rencananya yang selalu ingin berbuat keji dan menguasai seluruh elemen kota. Semua itu ku lakukan karena aku merasa bertanggung jawab atas semua itu. Dan aku tidak akan membiarkan siapapun berbuat kerusakan selama aku masih bisa menghentikannya dengan tanganku sendiri, walaupun pada akhirnya semua yang ku lakukan itu berimbas pada kehidupan pribadiku.

+++

Hari sudah cukup terik dan sampai saat ini perasaanku tidak pernah tenang. Aku tidak lagi bisa tertidur semenjak makhluk itu kembali menemuiku semalam. Bagaimana bisa aku akan merasa tenang jika hanya terus berada di rumah sakit ini? Sementara di luar sana, ada banyak bahaya yang mengancam seluruh penduduk kota. Dan terlebih lagi, makhluk itu sekarang sedang mengincar kekasihku.

Jadi jalan satu-satunya, aku harus keluar dari rumah sakit ini, tak peduli bahwa sebenarnya aku masih butuh perawatan untuk proses penyembuhanku. Ya, tak ada pilihan lain.

Ku buka pintu kamar rawatku ini secara perlahan dan mulai mengamati suasana rumah sakit secara diam-diam. Saat aku merasa keadaan sudah aman, sedikit demi sedikit aku menyusuri setiap koridor rumah sakit, mengendap-endap mencari jalan yang tepat hingga akhirnya aku berhasil keluar dari rumah sakit itu.

Namun ternyata aku masih belum cukup berhasil sebab salah seorang petugas keamanan menyadari perbuatanku. Aku menoleh dan mendapati beberapa petugas sedang berlari ke arahku. Dengan cepat aku menahan sebuah taksi, membuka pintunya lalu bergegas masuk ke dalamnya dengan asal.

“Jalankan mobil ini, CEPAT!” perintahku pada sopir itu. Beruntung, taksi yang ku tumpangi ini sudah melaju sesaat sebelum petugas-petugas itu semakin mendekat ke arahku. Selanjutnya, aku menyuruh sopir itu untuk membawaku menuju kampus Myungie. Aku harus memastikan keadaannya baik-baik saja. Ku rasa, bahaya yang belakangan ini mengancam Myungie adalah perbuatan makhluk itu.

Sesampainya di kampus Myungie, aku langsung memacu langkahku untuk mencari keberadaannya, dan tak butuh waktu yang lama hingga aku berhasil menemukannya. Ku lihat ia cukup terkejut dengan kehadiranku saat ini, ditambah lagi dengan seragam pasien rumah sakit yang masih melekat di tubuhku. Tapi sekarang, bukan itu masalah terbesarnya.

“Kau baik-baik saja kan? Apa ada sesuatu yang terjadi padamu?” aku mulai membanjirinya dengan beberapa pertanyaan sambil mengguncang-guncang bahunya dan memperhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“Jjong-ah, apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau masih perlu…”

“Errr, ku rasa sebaiknya kita pulang saja…” ujarku sembari menarik tangannya menuju gerbang depan. Persetan dengan keadaanku yang masih belum maksimal ini. Yang jelas, semua orang sedang membutuhkanku dan kekasihku sedang dalam bahaya.

“Ya! Jjong-ah, apa yang kau lakukan? Aku masih ada jam kuliah sehabis ini!” katanya sambil berusaha memberontak.

“Untuk hari ini kau membolos saja ya… Err, aku ingin mengajakmu untuk makan siang di rumahku…” aku mulai mencoba untuk mencari-cari alasan. Ia masih berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggamanku, namun aku tentu saja tidak akan membiarkannya lepas begitu saja. Aku kembali menahan sebuah taksi dan sedikit memaksanya untuk masuk.

“Kim Jonghyun! Sebenarnya apa yang terjadi denganmu hah?!” ku lihat alisnya mulai berkerut. Aku menyuruh sopir taksi itu untuk melajukan mobilnya, yang membuat Myungie semakin bertambah bingung dan mulai kesal atas perlakuanku.

“Aku, hanya rindu padamu…” ujarku sambil menyandarkan kepalaku di bahunya ‘dan sangat cemas dengan keadaanmu’ tambahku dalam hati. Ku dengar ia mendesah pelan. Hhh, ku harap ia mau menerima alasanku. Aku tidak mungkin mengatakan kejadian yang sebenarnya bukan? Ku rasa ia hanya akan menganggapku bercanda kalau aku menceritakan hal tersebut. Tidak ada seorangpun yang mengetahui siapa diriku yang sebenarnya, termasuk Myungie.

“Bukankah seharusnya kau berada di rumah sakit sekarang? Ku antar kau kembali ke sana…”

“Tidak perlu! Err, lihatlah, keadaanku sudah membaik… Rumah sakit itu terasa sangat membosankan. Lagipula aku sudah merasa sehat sekarang, sungguh…” aku mencoba meyakinkannya. Dan lagi-lagi, ku dengar ia hanya mendesah pelan. Lagipula aku hanya akan merasa cukup baik jika melihat keadaannya yang juga baik-baik saja, sebab aku tidak ingin kehilangan lagi untuk yang kesekian kalinya. Sudah cukup aku kehilangan kedua orang tuaku karena perbuatan makhluk bengis itu.

Selanjutnya, kami lebih memilih untuk diam dan larut dalam pikiran masing-masing. Ku rasa Myungie marah padaku. Hhh, ya sudahlah, setidaknya dengan begini aku tidak perlu merasa khawatir lagi. Ya, kau akan aman bersamaku sayang.

Aku mengalihkan perhatianku pada suasana jalan yang agak macet. Di sana-sini terdapat banyak kendaraan yang memadati jalan, ditambah dengan suara gaduh yang dihasilkan oleh pemilik kendaraan yang mulai merasa tidak sabaran.

Aku tersentak secara tiba-tiba ketika pandanganku menangkap sesosok yang sedang berdiri di pinggir jalan, terlihat sedang bersembunyi di balik box minuman dan menatap tajam ke arahku. Aku melirik ke arah Myungie yang sedang termenung di tempatnya, lalu kembali memperhatikan sosok makhluk itu. Dari dalam taksi ini, aku bisa melihat ia tengah tersenyum sinis ke arahku.

Aku merasakan seluruh darah yang ada di tubuhku berkumpul di kepalaku, hingga tanpa sadar aku mengepalkan kedua tanganku sambil mendengus kesal, “Makhluk sialan itu…”

“Jjong-ah?” Myungie sedikit menegurku saat mendengar gumamanku. Dengan cepat aku mengubah kembali ekspresiku agar terlihat tenang.

“Pak, tolong tambah kecepatan taksi ini ya… Aku ingin cepat sampai ke rumah…” ujarku pada supir taksi itu yang langsung disambut kening yang berkerut oleh Myungie.

“Tidak tidak… Putar arahnya, aku ingin pulang ke rumah saja…” ujar Myungie kemudian. Awalnya aku ingin protes, tapi setelah ku pikir-pikir lagi, mungkin ia bisa aman di rumahnya.

Akhirnya taksi yang kami tumpangi pun melaju menuju rumah Myungie, mengantarkannya pulang dan setelah itu aku sendiri juga memutuskan untuk pulang ke rumah.

+++

Tidak banyak hal yang bisa ku lakukan saat berada di rumah. Kadang aku hanya berjalan mondar-mandir dan baru akan duduk saat aku mulai merasa sangat kelelahan. Terkadang yang ku lakukan juga hanya berjaga-jaga di depan televisi, menonton setiap berita yang ditayangkan saluran manapun, dan semua itu ku lakukan karena aku merasa sangat khawatir. Aku yakin, makhluk itu tidak akan tinggal diam.

Aku terus berusaha untuk menenangkan diriku dan berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun kenyataannya semakin aku mencoba, aku hanya semakin merasa kacau. Hhh, cobaan yang harus ku hadapi ini menjadi terasa semakin berat.

Tak lupa pula aku meletakkan ponselku tidak jauh dari jarak yang bisa ku jangkau dengan cepat sehingga aku bisa mengontrol keadaan Myungie melalui telepon kapan pun juga, walaupun sebenarnya perbuatanku itu hanya membuat Myungie tak henti-hentinya memarahiku dan menganggapku terlalu berlebihan.

Hhh, maafkan aku, tapi kau tidak tahu kejadian yang sebenarnya.

Hal tersebut terus berlangsung hingga malam hari tiba dan aku tidak lagi bisa menahan diriku untuk tetap berpikiran jernih, kemudian akhirnya aku memutuskan untuk memeriksa sendiri keadaan Myungie sebab ia tak pernah lagi menjawab teleponku.

Aku memacu mobilku dengan sangat tidak sabaran dan untung saja suasana di sekitar jalan yang ku lewati cukup sepi. Sesekali aku melirik jam tanganku yang ternyata sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Setibanya di depan rumah Myungie, aku menghentikan mobil secara mendadak hingga ban yang bergesekan langsung dengan aspal itu menghasilkan suara decitan. Aku lalu berlari menuju depan pagarnya dengan tergesa-gesa.

Sesaat kemudian aku berhenti sebentar dan mulai memikirkan satu hal. Aku tidak mungkin diizinkan masuk ke dalam rumahnya, mengingat sekarang waktu sudah cukup larut dan orang tuanya tentu saja tidak memperbolehkan seorang lelaki menemui anak gadisnya, apalagi aku tidak bisa memberikan alasan yang bisa membuat mereka mengerti akan tindakanku.

Hal itu berarti aku terpaksa harus menggunakan cara lain. Aku melirik sebuah jendela yang berada di lantai dua rumah ini, dan ku rasa itu adalah jendela yang berhubungan langsung dengan kamar Myungie. Baiklah, ku rasa memang hanya itu satu-satunya jalan.

Sekali lagi aku mengecek keadaan, dan di saat aku yakin tidak ada seorang pun yang sedang memperhatikanku, aku mulai memanjat pagar, menaiki tembok pembatas yang cukup tinggi, meraih besi-besi penyangga hingga aku bisa bergelantungan di pembatas balkon lantai dua, dan selanjutnya aku hanya tinggal memanjat pembatas balkon itu agar tubuhku bisa naik seutuhnya. Hal yang cukup mudah.

Perlahan-lahan aku berjalan mendekati jendela tersebut, dan dari gorden yang sedikit tersingkap di balik kaca itu aku akhirnya bisa melihat Myungie yang sedang sibuk berkutat dengan buku-buku di meja belajarnya. Aku memperhatikannya sekali lagi dan ku rasa ia baik-baik saja. Syukurlah.

Tadinya aku memutuskan untuk kembali pulang, namun setelah memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi kalau saja aku tidak menjaganya, aku akhirnya lebih memilih untuk tetap memantaunya dari sini. Ya, apalagi malam hari merupakan waktu yang tepat bagi makhluk itu untuk mempermudah aksinya.

Aku mencoba untuk duduk di balkon sambil melemaskan otot-ototku yang terasa sangat tegang dan lelah. Aktivitasku hari ini memang sangat berat, dan itu membuat punggungku yang belum sembuh total ini terasa sangat menyakitkan. Tanpa ku duga aku merasakan sesuatu yang berbentuk cair mengalir dari lubang hidungku. Aku mengusapnya dengan ujung lengan bajuku dan mendapati cairan kental berwarna merah itu kini memenuhi lengan bajuku.

‘Ah, sial…’ umpatku dalam hati.

Beberapa saat kemudian Myungie terlihat bersiap-siap untuk tidur. Dan saat ia benar-benar sudah tertidur, tanpa sadar mataku yang terasa cukup berat ini mulai menutup perlahan-lahan hingga membuatku tertidur.

+++

Ternyata tidurku tidak pernah tenang. Sesekali aku kembali terbangun untuk sekedar memastikan bahwa Myungie masih dalam keadaan yang baik-baik saja. Saat aku kembali terbangun untuk kesekian kalinya, aku tiba-tiba tersentak saat melihat pemandangan yang ada di kamar Myungie itu. Myungie memang terlihat masih tertidur dengan tenang di atas tempat tidurnya, tapi tepat di samping tempat tidurnya itu berdiri sesosok makhluk yang selama ini sangat ku takutkan kehadirannya di dekat Myungie. Makhluk itu terlihat menyeringai lebar ke arahku, sementara kedua tangannya perlahan-lahan bergerak mendekati tubuh Myungie.

“TIDAK! MENJAUH KAU DARI SANA! JANGAN MENYENTUHNYA! CHOI MYUNG AH! BANGUN!” aku berteriak sekeras yang aku bisa sambil menggedor-gedor jendelanya dengan sangat keras.

Myungie sontak terbangun dan langsung berlari menghampiriku dengan ekspresi kaget dan panik yang tergambar jelas di wajahnya.

“ASTAGA KIM JONGHYUN!” jeritnya sambil membuka jendelanya dengan cepat. Aku langsung menghambur masuk ke kamarnya melalui jendela yang sudah terbuka lebar itu dan bergegas menghampiri makhluk yang masih berdiri di tempatnya itu.

“CHOI MYUNG AH! CEPAT LARI!” pintaku padanya sesaat sebelum aku menghampiri makhluk itu.

“Sial…” makhluk itu berdesis pelan, dan belum sempat aku memberinya pelajaran, makhluk itu berubah menjadi serpihan debu, menyatu dengan udara dan keluar dari kamar ini melalui jendela. Aku lalu berjalan menghampiri Myungie yang terlihat terkejut dengan kejadian ini.

“Syukurlah kau baik-baik saja… Hhh, ku rasa sudah saatnya kau harus mengetahui semuanya…” ujarku padanya dengan napas yang sangat terengah-engah. Ia tetap diam, sama sekali tidak menanggapi perkataanku dan hanya menatapku dengan mata yang ia kerjapkan berkali-kali.

“Dengarkan aku. Kau dalam bahaya. Makhluk tadi, dia tak akan henti-hentinya mencoba untuk menyakitimu. Oke, kau pasti bertanya-tanya kenapa makhluk itu bisa mengincarmu. Akan ku beritahukan padamu, tapi ku mohon kau harus percaya padaku sepenuhnya” aku mulai menggenggam kedua tangannya lalu melanjutkan perkataanku “Aku ini manusia super. Maksudku, sejak lahir aku sudah dikaruniai kelebihan yang tidak dimiliki oleh manusia lain. Oleh karena itu, aku merasa memiliki tanggung jawab untuk menolong setiap orang yang membutuhkan pertolongan. Makhluk tadi, dia itu adalah musuh terbesarku. Kau tahu siapa penyebab segala kerusakan yang terjadi di kota ini? Dia! Dan tentu saja aku tidak akan membiarkan dia berbuat seenaknya dan merugikan banyak pihak. Aku selalu menggagalkan setiap rencana jahatnya, dan itu membuatnya menaruh dendam padaku. Dia tidak akan pernah puas sebelum melihatku benar-benar menderita, termasuk dengan cara menyakitimu…”

“Apa yang kau bicarakan ini Kim Jonghyun?!”

“Aku berbicara kejadian yang sebenarnya… Ku mohon, aku tidak akan pernah bisa mengampuni diriku sendiri kalau ternyata makhluk itu merebutmu dariku. Aku sudah kehilangan kedua orang tuaku karena ulah makhluk itu, dan aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi padamu…”

“ADA APA DENGANMU KIM JONGHYUN?!” sekali lagi ia menjerit, dan sedetik kemudian, air matanya terlihat mengalir dengan sangat deras di pipinya.

+++

(Myung Ah P.O.V)

“ADA APA DENGANMU KIM JONGHYUN?!” aku menjerit dengan keras. Aku tidak tahan lagi. Air mataku langsung mengalir tanpa bisa ku cegah.

“Choi Myung Ah, aku hanya ingin melindungimu. Aku tidak ingin kehilanganmu… Aku tidak akan membiarkan siapapun berani menyakitimu…”

“Siapa yang akan menyakitiku? Makhluk apa yang kamu maksud hah?!”

“Makhluk yang tadi hampir saja menyakitimu saat kau tertidur…”

“Kau ini sedang bermimpi Kim Jonghyun! Aku sama sekali tidak melihat ada makhluk lain di sini selain kau! Dan apa yang kau katakan tadi? Kau kehilangan kedua orang tuamu akibat perbuatan makhluk yang kau maksud itu? Kemana ingatanmu Kim Jonghyun? Bukannya orang tuamu saat ini masih hidup dan sedang berada di luar negeri karena urusan bisnis huh?” bentakku dengan emosi yang meluap-luap. Aku lalu menutup wajahku dengan kedua tanganku dan menangis sejadi-jadinya.

KLEKK!!

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan sangat cepat. Aku menoleh ke arah pintu dan mendapati ayah dan ibuku sedang menatap kami berdua dengan ekspresi yang sangat terkejut. Sesaat kemudian, ayahku berjalan mendekati Jonghyun.

“LAKI-LAKI KURANG AJAR! APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI?!” sepatah kata yang keluar dari mulut ayahku yang selanjutnya langsung disusul oleh kepalan tinjunya yang melayang membabi buta ke arah Jonghyun.

“AYAH HENTIKAN!!” aku menjerit sekeras mungkin namun ia terlihat tidak peduli. Ia terus saja menghakimi Jonghyun, sementara ibuku juga hanya bisa menangis sambil memelukku.

Jonghyun terlihat sangat kepayahan dan sama sekali tidak bisa menghindari serangan dari ayahku, dan barulah ayahku berhenti melayangkan pukulan ke arahnya saat ia benar-benar sudah tidak sadarkan diri.

+++

Dua hari kemudian…

Aku akhirnya diperbolehkan untuk menjenguk Jonghyun di rumah sakit. Saat ini aku hanya berdiri di pinggir taman rumah sakit, memperhatikan Jonghyun dari jauh yang sedang duduk dengan lesu di bangku yang ada di seberang.

“Dokter, sebenarnya apa yang terjadi padanya?” tanyaku pada seorang dokter yang berdiri tepat di sampingku, ikut mengamati Jonghyun dari jauh.

“Sudah ku katakan, sebenarnya ia masih butuh tahap pemulihan yang cukup lama, namun beberapa hari yang lalu ia kabur dari rumah sakit dan kami tidak berhasil menahannya. Benturan yang sangat keras yang ia terima akibat beton itu membuat koordinasi sumsum tulang belakang yang berhubungan dengan otaknya mengalami gangguan…”

“Aku sudah merasakan ada yang aneh darinya saat pertama kali ia kabur dari rumah sakit ini… Ekspresi wajahnya selalu tegang… Dan yang paling parah, ia bahkan lupa kalau orang tuanya masih hidup dan menganggap dirinya adalah manusia super…” ujarku pada dokter itu. Ia terlihat mengangguk lalu kembali melanjutkan penjelasannya.

“Hal tersebut tidak bisa dikatakan semacam hilang ingatan, walaupun terkadang ia juga sempat melupakan beberapa hal tentang dirinya. Hanya saja hal itu akan membuatnya berpikiran terlalu berlebihan yang bahkan sangat tidak masuk akal… Seperti yang sudah kau ceritakan untuk kasus Kim Jonghyun, ia malah menganggap dirinya seperti manusia super dan mulai memerintahkan otaknya untuk berpikiran secara berlebihan… Atau bisa ku simpulkan bahwa saat ini Kim Jonghyun mengalami trauma akibat kejadian yang menimpanya… Itu sebabnya ia tidak akan pernah merasa tenang dan selalu merasa diintai oleh bahaya”

“Apakah ia bisa disembuhkan?” tanyaku dengan cemas. Ku mohon, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri kalau ternyata penyakitnya itu bisa disembuhkan.

“Kita berdoa saja, semoga Kim Jonghyun bisa melewati semuanya. Walaupun aku sendiri tidak tahu seberapa besar kemungkinan itu, yang jelas kita masih bisa berharap… Semua ini tergantung kepada kemampuannya dan peranan orang-orang di sekitarnya juga…”

Untuk sekian kalinya aku menelan ludahku saat mendengar setiap penjelasan dari dokter itu. Kasihan sekali… Itu membuatku semakin merasa bersalah.

“Oh iya aku permisi dulu, masih ada yang harus ku kerjakan…”

Aku mengangguk dan berterima kasih pada dokter itu, dan saat dokter itu sudah beranjak meninggalkanku, aku mulai berjalan mendekati Jonghyun.

“Jjong-ah…” sapaku padanya lalu duduk tepat di sampingnya. Ia menoleh dan langsung tersenyum saat menyadari keberadaanku.

“Myungie, kau kemana saja selama ini? Kau tidak tahu aku sangat mencemaskanmu? Hhh ternyata aku harus kembali ke rumah sakit ini, dan dokter bodoh itu menahan ponselku sehingga aku sama sekali tidak bisa menghubungimu. Aku merasa hampir gila karena mengkhawatirkanmu Myungie! Bagaimana kalau…”

“Psssttt…” aku menyentuh bibirnya dengan jari telunjukku “Aku baik-baik saja…” ujarku sambil berusaha agar tetap tersenyum. Aku menarik kembali telunjukku dan membiarkan Jonghyun tersenyum dengan sangat lebar.

“Myungie… Punggungku sakit sekali, kepalaku juga pusing…” Jonghyun mencoba untuk bermanja padaku. Ia lalu merebahkan tubuhnya di kursi yang cukup panjang ini dan menempatkan kepalanya di atas pahaku. Ia menyilangkan kedua tangannya di atas dada dan mulai memejamkan matanya perlahan-lahan. Diam-diam aku mulai menangis lagi.

“Myungie, ku mohon jangan jauh-jauh dariku… Aku janji akan terus melindungimu, percaya padaku…” gumamnya dengan mata yang masih terpejam. Ku anggukkan kepalaku dengan kuat sambil terus menangis dalam diam.

“Aku percaya Jjong-ah… Aku percaya…”

Ku lihat ia tersenyum sekilas dan beberapa saat kemudian ku rasa ia benar-benar tertidur. Aku lalu mengusap rambutnya pelan, membiarkannya tertidur sambil mendengarkan napasnya yang sangat teratur.

“Seharusnya aku yang mengalami semua hal ini Jjong-ah, bukan kamu… Terima kasih karena kau sudah mau berkorban untukku… Bagiku, kau bahkan lebih hebat dari seorang pahlawan super… Cepat sembuh Jjong-ah…” ujarku lalu mengecup keningnya.

THE END

Voting ini terbuka bagi semua kalangan, author tetap, author free writer, dan readers.. Silakan memvote FF kesukaan kalian, HANYA BOLEH SATU KALI!

WARNING!! Sebelum kalian menekan tombol vote, pastikan kalau ini merupakan FF yang menurut kalian terbaik. Kami tidak akan bertanggung jawab jika terjadi pendoublean voting dan menyebabkan FF ini didiskualifikasi.. Harap pengertiannya! 😀