Title    : [HeeSeira Couple] Married by Accident 2 – Never Ending Story

Author : Seichiko a.k.a Dhitia

Length : Continue

Genre  : Romance, Comedy (?), Sad

Cast     :

Kim Heechul

Kim Seira

Park Jino

Super Junior

Other Cast

Annyeong readers… ini adalah part 2 dari FF Married by Accident. Finally, HeeSeira sampai juga pada ending. Alesannya? Karna uri Heechulie udah wamil. Untuk endingnya, author sengaja mau buat HeeSeira Couple jadi agak drama. Author harap HeeSeira bisa membekas dihati para readers *ciaaahelah*. Sama kaya Seira yg selalu dukung Chulppa, semua reader juga harus dukung! FIGHTING OPPA!!! *semangat 45’*. Ups, author juga minta maaf banget kalo HeeSeira lama munculnya. J

Next project, author mau buat FF dengan cast Donghae, Kyu & Hongki *author lagi falling in love sama nih orang 3*.  Okay, langsung aja lah author beri HeeSeira. Happy reading allJ

Recommed song: SHINee – Quasimodo, Super Junior – Memories

Super Junior – My Love, My Kiss, My Heart (*I love this song)

Semua lagu-lagu K-pop yang sedih, dalem & happy ending

*****

…Super Junior’s dorm, 11th floor…

“Hahaha, patrick babo!!!” ujar Heechul sambil tertawa keras. Saat ini dirinya sedang menonton kartun Sponge Bob dan menampilkan adegan patrick yang luar biasa bodoh.

“Hyung, apa kau tidak lelah tertawa terus sejak tadi?” tanya Ryeowook yang sudah bosan mendengar tawa Heechul. Padahal episode yang sedang mereka tonton itu sudah sering diputar.

Heechul hanya menoleh sebentar, lalu mengalihkan kembali pandangannya pada tv. Hari ini ia sangat butuh hiburan, dan menonton DVD Sponge Bob sangat membantu mencairkan kembali otaknya yang sempat keruh karena permintaan Seira tadi sore. Saat Seira meminta Heechul untuk menjemput, dan Heechul terpaksa menolak karena malu dengan potongan rambutnya.

Kyuhyun melemparkan PSP lama miliknya pada Heechul. “Ayo kita bertanding hyung. Aku juga bosan mendengar tawamu yang sangat sumbang,” tawar Kyuhyun pada Heechul.

“Mwoya?”

“Ayo kita bertanding Starcraft.”

“Okay!” Heechul merasa tertantang dengan kalimat Kyuhyun.

“Kalau begitu aku mau menonton tv saja ya hyung.” Tanpa mendapat persetujuan Heechul, Donghae mematikan DVD yang sedang mereka tonton dan menggantinya dengan acara masak-memasak. Menurut Donghae dengan melihat acara memasak akan sedikit menghibur perutnya yang sedang lapar.

Suasana dorm sangat sepi. Hanya ada Heechul, Kyuhyun, Donghae dan Ryeowook yang sejak tadi berkumpul diruang tengah. Sedangkan yang lainnya ada tugas keluar.

“Hahaha, evil Kyu babo! Kali ini kau tidak akan menang dariku,” ledek Heechul yang kini menguasai permainan. Tawanya masih mengembang, seakan tidak ada beban yang menghampirinya.

“Yaa! PSP-ku yang cantik, kenapa kau payah sekali hari ini?” tanya Kyuhyun pada benda paling cantik (menurutnya) dijagad raya ini. Kyuhyun masih berusaha mengejar Heechul.

“Mau puding cokelat?” tawar Ryeowook pada Donghae.

“Hwoaaa, Wookie daebak! Kau tahu saja jika aku sedang lapar.” Donghae segera memakan puding itu dengan lahap.

Tangan Donghae yang satunya menekan remote dan mulai mencari channel tv yang bagus. Ia bosan melihat acara memasak itu karena kini perutnya sudah kenyang.

Beberapa kali Donghae mengganti channel, sampai ada satu berita…

Pukul delapan malam tadi, terjadi kecelakaan diwilayah Incheon.

Menurut petugas, kecelakaan terjadi karena pengemudi taksi sedang dalam keadaan mabuk dan tidak sadarkan diri.

Kejadian ini memakan dua korban. Yaitu Tuan Park Soo Kim selaku pengemudi taksi, dan seorang mahasiswi dari Universitas Negeri bernama… Kim Seira.

Mata Donghae terbelalak, tangannya memukul bahu Ryeowook agar ia menoleh dan ikut mendengarkan berita tersebut. Volume tv juga ikut dikencangkan agar terdengar ke seluruh ruangan.

“Hyung…” Donghae menarik tangan Heechul hingga terduduk disebelahnya.

Heechul terkejut saat Donghae menarik tangannya. Ada rasa takut yang tiba-tiba muncul. Suara tv yang menggema membuat jantungnya nyaris berhenti.

Di stasiun tv itu sedang menampilkan sebuah berita live, dengan gadis berambut pendek yang wajahnya sangat familiar. Awalnya gadis itu hanya membacakan berita, lalu suaranya berubah histeris saat menyebutkan kalimat terakhir.

Kim Seira…

Itulah kalimat terakhir yang membuat reporter itu histeris, dan sesudahnya layar tv menjadi gelap. Mungkin kameramen segera mematikan kameranya ketika mendengar jeritan gadis itu.

“Hyung…” Kyuhyun menyentuh bahu Heechul yang sejak tadi terdiam kaku. Tidak ada suara, tidak ada ekspresi yang terpancar dari wajah Heechul.

“Heechul hyung,” kali ini Ryewook yang memanggil. Ia khawatir pada kondisi Heechul yang mengenaskan.

Jiwa Heechul terasa terhempas, tidak ada yang dapat ia lakukan saat ini. Tubuh Heechul masih ada, namun jiwanya tiba-tiba lenyap. Ia tidak dapat berfikir, tidak dapat mengeluarkan air mata, ia hanya dapat terdiam.

Donghae yang masih berpikiran jernih segera mengambil handphone Heechul, dan berusaha menelepon Dara yang ternyata sedang dalam perjalanan menuju Rumah Sakit.

Sampai didalam mobilpun, Heechul masih belum tersadar. Dirinya duduk terdiam disebelah Kyuhyun. Sedangkan Donghae dan Ryeowook duduk dibelakang tanpa mengucapkan sepatah katapun. Hanya diam yang menyelimuti mereka.

*****

…Busan, 08.10 PM…

 

Jino meluruskan kakinya pada ruang tunggu Busan Hospital. Saat ini Jino baru saja menyelesaikan tugas wawancara sesi satu dengan dokter Park, seorang dokter muda sekaligus Direktur Utama Rumah Sakit ini.

Jino kembali menatap handphone, barusan saja sambungan teleponnya dengan Seira terputus. Jino khawatir jika ada sesuatu yang menimpa Seira.

“Seira-ya, ayo angkat teleponnya…” Jino berusaha menelepon Seira kembali, namun hasilnya tidak ada. Sambungannya terputus, Seira tidak dapat ditelepon.

Jino mendesah kesal. Ini sudah yang kedua kalinya Jino tidak dapat membantu Seira. Kejadian yang pertama saja sudah membuatnya menyesal setengah hidup, yaitu saat Seira tersesat di Ansan (baca HeeSeira Couple: Miss You). Saat itu Jino juga sedang ada tugas wawancara, dan ia menyesal tidak dapat menjemput Seira. Karena keesokan harinya, Seira pergi dari rumah dan membuat Heechul dan eommanya panik.

Kali ini kejadiannya sama. Seira meminta Jino untuk menjemputnya, namun Jino tidak bisa menjemput karena ada tugas wawancara di daerah Busan. Entah kali ini ada masalah apa lagi yang akan terjadi.

Jino menatap tv yang ada ditengah ruangan. Tugasnya baru selesai satu jam lagi, dan itu membuat Jino frustasi karena tubuhnya yang sudah terlalu lelah.

Jino memejamkan matanya selama beberapa menit, dengan maksud melepas penat untuk beberapa saat.

Pukul delapan malam tadi, terjadi kecelakaan diwilayah Incheon.

Menurut petugas, kecelakaan terjadi karena pengemudi taksi sedang dalam keadaan mabuk dan tidak sadarkan diri.

Kejadian ini memakan dua korban. Yaitu Tuan Park Soo Kim selaku pengemudi taksi, dan seorang mahasiswi dari Universitas Negeri bernama… Kim Seira.

Telinga Jino mendengar jelas apa yang diucapkan reporter di tv itu. Suara yang sangat Jino kenal, yang empat tahun lalu menjadi teman satu sekolahnya bersama Seira.

Seketika mata Jino terbuka lebar. Terlebih saat mendengar jeritan keras diakhir kalimat yang diucapkan oleh reporter itu. Semakin menegaskan siapa korban yang dimaksud.

“Kim Seira…” Jino mengucapkan nama Seira lirih, hatinya terasa beku.

Tanpa banyak berpikir lagi, Jino segera berlari meninggalkan Rumah Sakit dan tidak menghiraukan panggilan dari dokter Park.

“Park Jino-ssi, kau mau kemana?” tanya dokter Park yang baru saja keluar dari ruang operasi.

“Mianhae, ada urusan yang harus aku selesaikan dokter Park!” teriak Jino sambil berlari keluar Rumah Sakit.

Jino melarikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jino ingin segera menemui Seira, mengatakan sejuta maaf padanya, semua… untuk Seira. Gadis yang lima tahun ini selalu ada disisi Jino, menjadi sahabatnya, dan menjadi satu-satunya gadis yang paling Jino sayangi didunia ini.

“Yobosaeyo,” sapa satu suara diseberang.

“Hyorin-ah…” Jino menekan tombol calling pada nama Park Hyorin.

*****

…Seoul International Hospital…

 

Hyorin menatap tubuh kaku dihadapannya. Air matanya terasa jatuh sampai ke hati. Hyorin hanya dapat memejamkan mata dan menggenggam tangan Seira erat. Rasanya baru kemarin ia melihat sahabatnya itu tertawa lepas, seolah tidak ada beban. Dan kini, semuanya terasa berputar…

 

Hyorin-ah, bogoshipo

 

Hyorin-ah, kita sudah lama tidak bermain bersama bukan? Ayo kita jalan-jalan. Karena kau sudah bekerja, jadi kau harus membelikanku ice cream. Ayolah…

 

Hyorin-ah, jangan mengeluh seperti itu. Kelak suatu saat nanti, mungkin aku tidak akan menganggumu. Jadi nikmatilah saat-saat menyebalkan seperti ini.

 

“Seira-ya, na do… bogoshipoyo. Jadi jangan pernah meninggalkanku, jebal…” Hyorin memeluk tubuh Seira. Tubuh yang biasanya hangat, bibir yang selalu tersenyum lembut, suara yang terdengar riang, kini menghilang…

“Eonnie, mianhae…” ujar Hyorin pelan begitu panggilan darinya diangkat oleh pemilik telepon yang ada diseberang.

Setelah menelepon Dara eonnie, Hyorin segera tertunduk lemas dilantai yang dingin. Kakinya gemetar, ia bahkan tidak dapat duduk dengan tenang dikursi tunggu. Yang dapat Hyorin lakukan adalah menunggu didepan pintu ruang ICU, berharap dokter segera membuka pintu dan mengatakan hal yang baik pada Hyorin.

Kurang dari satu jam, keramaian mulai menghampiri Hyorin. Terlihat appa, eomma, eonnie Seira dan Kangin berlari menghampiri Hyorin.

“Hyorin-ah,” Dara ikut tertunduk dan memeluk tubuh Hyorin.

“Eonnie…” tangis Hyorin pecah didalam pelukan Dara. Sejak perjalanan tadi, sejak Hyorin menemani Seira ke Rumah Sakit, sebenarnya mata Hyorin sudah tidak dapat menampung air mata lagi. Tapi Hyorin masih berusaha menahan tangisnya. Dan kini, saat pelukan hangat eonnie menemaninya, Hyorin kembali menangis.

“Seira-ya…” eomma Seira merasa sedih melihat kondisi putrinya yang terbujur kaku ditemani beberapa dokter diruangan ICU.

Appa Seira memeluk tubuh istrinya, berusaha menenangkannya. Meskipun didalam hati Tuan Kim juga sangat sedih. Andai bisa diganti, maka ia akan memohon pada Tuhan agar  mengganti posisinya dengan Seira.

Satu setengah jam kemudian, pintu ruang ICU terbuka. Para dokter yang tadi menangani Seira segera mempersilahkan keluarga untuk masuk.

“Dokter, bagaimana kondisi putri kami?” tanya Tuan Kim pada dokter separuh baya yang terlihat sangat tenang.

“Kondisi nona Seira masih koma. Benturan keras dikepala membuatnya tidak sadarkan diri.”

“Eottokhae? Apa yang harus kami lakukan agar ia bisa sadar dokter?” tanya Nyonya Kim kalut.

“Kita lihat dulu perkembangannya selama dua hari kedepan, kami harap putri anda segera sadar dari koma,” ujar dokter muda yang memakai name tag Kim Junsu dengan lembut.

Setelah mengatakan kondisi Seira, seluruh dokter segera pergi meninggalkan ruang ICU. Dokter berpesan bahwa keluarga Seira harus bergantian jika ingin menjenguk. Maksimal dua orang jika ingin masuk.

Appa dan eomma memakai pakaian khusus sebelum masuk kedalam ruang ICU. Sedangkan Dara masih duduk dikursi depan, berusaha menenangkan Hyorin yang masih shock

Sepuluh menit kemudian, empat namja berpakaian aneh muncul. Alis Dara terpaut, namun salah satu dari namja itu membuka syal yang menutupi wajahnya. Kini Dara dan Hyorin tahu siapa yang ada dihadapan mereka.

“Heechul-ssi…” pekik Dara setengah terkejut.

“Omo, oppadeul…” kali ini giliran Hyorin yang bersuara. Dirinya nyaris berteriak seandainya ia tidak menutup mulut dengan satu tangan.

“Dara noona, bagaimana keadaan Seira?” tanya Kyuhyun yang masih menutupi wajahnya dengan masker hitam.

“Seira koma, ia belum sadarkan diri.”

“Hyung…” Tangan Kangin menepuk bahu Heechul, berusaha memberikan kekuatan pada Heechul. Namun sayangnya, Heechul tidak membalas. Ia masih terdiam, berusaha menganggap bahwa ini semua tidak nyata.

“Dara-ssi, apa aku boleh menjenguk Seira?”

Dara merasa sangsi dengan permintaan Donghae. Karena Dara sendiri belum menjenguk Seira. Mana mungkin ia membiarkan orang lain masuk terlebih dahulu. “Hemn, mungkin kau bisa menunggu dulu Donghae-ssi. Karena aku dan Kangin saja belum menjenguk Seira. Dan… Kim Heechul juga belum menjenguk Seira kan?”

Hyorin mengamati sosok keempat member SuJu dan Dara eonnie secara bergantian. Kenapa mereka terlihat sangat akrab? Seingat Hyorin, Seira itu sangat anti Heechul. Tapi kenapa saat ini Hyorin merasa bahwa Heechul yang paling memiliki kepentingan? Sebenarnya apa sudah yang terjadi setelah fan meeting itu.

“Oppadeul, apa kalian tidak salah menjenguk orang?” tanya Hyorin dengan nada polos.

“Yaa! Seira itu kekasih Heechul hyung, dan kami adalah sahabat Seira. Jadi apa salah jika kami datang kesini?” balas Ryeowook pelan, takut jika ada yang mendengar pembicaraan mereka.

“Mwoya?”

“Aissh jinjja,” Ryeowook segera membungkam mulut Hyorin dengan satu tangan. Gadis ini tidak bisa diajak kerja sama rupanya.

“Ne, aku tidak akan berteriak lagi,” janji Hyorin pada Ryeowook.

“Baguslah.” Ryeowook segera membuka mulut Hyorin kembali.

Hyorin menatap Heechul cukup lama. Ternyata Heechul adalah kekasih Seira. Jadi namja yang kemarin Seira ceritakan adalah Heechul? Namja yang membuat Seira terpojok karena hubungan yang dirahasiakan. Aigoo, poor Seira.

Nyonya dan Tuan Kim membuka pintu, terlihat matanya yang memerah karena menahan tangis. Nyonya Kim terlihat sangat rapuh, melihat putri bungsunya terbujur kaku tidak sadarkan diri.

“Kalian berdua masuklah,” ujar Nyonya Kim pada Dara dan Kangin.

“Ne.”

Dara dan Kangin berganti pakaian, dan masuk kedalam ruang ICU yang terasa sangat dingin. Dara menatap Seira tajam, tangannya sejak tadi mencengkram tangan Kangin dengan erat.

“Seira-ya…” Dara mengusap kepala Seira lembut. Perlahan Dara mulai mencium kening Seira, air mata Dara menetes dan ikut membasahi kening Seira.

“Dongsaeng-ya,” Kangin berganti mencium kening Seira. Bagaimana bisa seperti ini. Kangin sudah lama tidak bertemu Seira, sepupu kesayangannya. Dan saat mereka bertemu kembali, Kangin harus melihat kondisi Seira yang mengenaskan.

“Kangin-ah, hiksss…” Dara memeluk tangan Kangin dengan erat. “Bagaimana bisa aku melihat kondisi Seira yang seperti ini? Kangin-ah,” air mata Dara kembali mengalir.

Kangin terdiam, ia hanya bisa mengusap bahu Dara. Kangin sangat ingin Seira sadar, tapi apa yang dapat ia lakukan? Hanya berdoa. Karena nyawa Seira ada di tangan Tuhan. Keluarga Seira, Heechul, semua sahabat Seira dan dokter hanyalah perantara yang Tuhan berikan untuk membantu Seira.

Dara dan Kangin keluar ruang ICU setelah melepas semua rasa bersalahnya pada Seira. Sesungguhnya Dara sangat ingin menemani Seira, namun ia berusaha memahami kondisi saat ini. Bahwa masih banyak orang yang ingin menjenguk Seira.

“Masuklah hyung,” Kangin menepuk bahu Heechul.

Semua tatapan beralih pada Heechul yang sedang berganti pakaian. Sejenak Heechul menghentikan aktivitasnya, sesi ketiga ini hanya dirinya yang masuk ke dalam. Karena semua orang ingin memberikan kesempatan pada Heechul.

Heechul menarik nafas panjang, matanya lurus menatap pintu ICU yang kini terlihat seperti jurang. Jurang yang mungkin akan menghempaskan jiwa Heechul ke dasar yang tidak ada ujungnya.

Tangan Heechul gemetar saat membuka pintu, ia berjalan menunduk ke dalam ruangan. Hati Heechul, terasa sangat sesak, ia tidak dapat bernafas dengan normal.

Heechul menutup pintu, dan berjalan pelan menuju satu titik. Diatas ranjang sana, ada satu tubuh kaku yang bisa membuat Heechul mati detik ini juga.

“Sei-ya…”

Heechul berdiri tegak disisi Seira, memperhatikan sosok Seira lama. Tidak ada ekspresi yang keluar dari wajah Heechul. Semuanya terlihat datar.

“Yaa! Irona!!!” perintah Heechul. Mata Heechul menatap wajah Seira dengan tajam. Berusaha mencari sesuatu dibalik sepasang mata bulat yang kini sedang terpejam.

“Ironaaa!” ucap Heechul setengah menjerit.

Tidak ada jawaban. Semua kalimat Heechul hanya dijawab oleh bunyi jarum jam dan alat-alat yang menempel pada tubuh Seira.

Heechul mendekatkan tubuhnya pada Seira. Menatap wajah pucat dihadapannya cukup lama, dan perlahan… Heechul mulai mendekatkan bibirnya pada pipi kiri Seira. Bibir Heechul yang hangat hinggap dipipi Seira yang dingin.

Mata Heechul masih menatap Seira yang tidak memberikan respon. Perlahan Heechul mulai menutup kedua matanya, tanpa melepaskan ciumannya.

Selama beberapa menit Heechul masih dalam posisi yang sama, yaitu mencium pipi Seira lembut. Semakin lama kesabaran Heechul habis sudah. Diraihnya pipi Seira, dan ia kembali mencium pipi putih itu, dengan sedikit kasar.

Heechul masih terdiam, bibirnya terasa beku. Dan perlahan, air mata Heechul mengalir dari kedua matanya yang masih tertutup rapat.

“Sei-ya, ironaaa!” ucap Heechul dengan suara parau.

Heechul tahu persis seperti apa sifat Seira. Gadis yang tidak pernah mau disentuh oleh Heechul. Kini Heechul sengaja mencium Seira lama, berharap jika Seira akan bangun dari tidurnya, kemudian memukul kepala Heechul dengan kasar. Namun semuanya hanya harapan, karena Seira tidak juga membuka matanya.

Setelah sadar bahwa ini bukan mimpi, Heechul segera melepaskan ciumannya. Pipi Seira bahkan ikut basah karena air mata Heechul.

Heechul menghempaskan tubuhnya pada kursi kecil disebelah Seira. Mata Heechul menatap Seira dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kening yang terbalut plester, tangan yang dihinggapi selang infus, kaki yang diperban. Betapa menyedihkan kondisi Seira saat ini.

“Sei-ya, mianhae…” Heechul meraih tangan Seira, mengecupnya lama, dan meraihnya kedalam genggaman. “Aku, namja paling babo sedunia! Aku membuatmu terluka lagi! Ini semua salahku. Sei-ya, irona! Bangun dan pukulah aku sesukamu! Aku bersumpah tidak akan membalasnya.” Teriakan Heechul memenuhi ruangan yang kedap suara itu.

“Mianhae, mianhae, jheongmal mianhaeyo…” Heechul memeluk tubuh Seira. Berusaha untuk menyampaikan sejuta maafnya pada Seira.

*****

…Monday, 1 August 2011 [05.00 AM]…

 

Hari ini Teaser MV Mr. Simple akan rilis, namun Heechul tidak bersemangat sama sekali. Sejak semalam Heechul tidak dapat memejamkan mata. Tubuhnya terasa mati rasa.

“Minumlah hyung,” Kangin memberikan satu gelas kopi hangat pada Heechul. Sejak semalam, hanya Heechul dan Kangin yang bertugas untuk menjaga Seira.

Awalnya appa, eomma dan eonnie Seira bersikeras untuk ikut menunggu Seira. Namun Heechul dan Kangin menolak, mereka tidak ingin kondisi semuanya ikut jatuh jika terlalu lelah menunggu Seira.

Prak! Pintu ruang ICU terbuka. Beberapa dokter dan suster terlihat sibuk mengurus Seira.

“Dokter, apa yang terjadi pada Seira?” tanya Kangin pada dokter Park.

“Kondisi Seira mulai membaik. Meskipun ia masih koma, namun ia sudah dapat bernafas dengan normal, jadi kami putuskan untuk memindahkan Seira dari ruang ICU.”

Heechul dan Kangin menarik nafas lega. Mereka mengikuti sosok Seira yang kini berpindah ke ruangan VIP.

Dokter dan suster yang memindahkan Seira segera keluar ruangan setelah mengecek semua kondisi Seira.

Heechul menatap tangan Seira yang terlihat pucat karena jarum infus yang menempel. Tangan Heechul mendekat, dan membenarkan letak selang infus yang tadi sempat tertekuk sedikit.

“Darahnya bisa naik jika selang infusnya tertekuk, ara?!” tanya Heechul pada Seira.

Kangin melirik jam tangannya. Jam tujuh nanti ia harus pergi ke Bandara. Kangin mendapat tugas dari sebuah majalah untuk pergi ke Pulau Nami selama satu bulan. Kangin sudah tanda tangan kontrak, jadi ia tidak dapat membatalkan kepergiannya meskipun Seira sedang sakit. Kangin kembali melihat jam tangannya, berniat untuk izin pulang pada Heechul. “Hyung, pukul tujuh nanti aku harus berangkat ke Bandara. Aku ada pekerjaan di Pulau Nami selama satu bulan. Apa sekarang aku boleh izin pulang?”

“Pergilah. Biar aku yang menjaga Seira. Kau tidak perlu khawatir,” Heechul berusaha menenangkan Kangin.

“Jinjja?”

“Ne, pergilah.”

“Baik, aku pergi sekarang ya hyung.” Kangin berjalan menuju pintu dan berniat meninggalkan Rumah Sakit. Sebelum menutup pintu, mata Kangin menangkap sosok Heechul yang sedang merapikan selimut Seira. Kangin tersenyum, sepertinya ia tidak salah jika menyerahkan Seira pada Heechul.

Sepeninggal Kangin, tinggalah Heechul dan Seira. Jika sendiri seperti ini, ingin rasanya Heechul memeluk Seira erat, menangis sepuasnya, dan tidak ingin melepaskan Seira dari pelukannya.

Heechul duduk diam disebelah Seira. Perlahan tangan Heechul bergerak, dan mengusap kepala Seira dengan lembut.

“Mianhae…” ujar Heechul, dan ia kembali mendekatkan bibirnya pada wajah Seira.

Heechul mencium rambut Seira perlahan, kemudian bibir Heechul mulai bergerak turun dan mencium kening serta kelopak mata Seira yang masih terpejam.

“Mianhae, ini semua salahku. Tidak seharusnya aku egois seperti ini. Harusnya aku menjemputmu, tidak membiarkanmu menunggu seorang diri.”

Dada Heechul terasa sesak.

Hanya karena takut kau membenci penampilan baruku, aku membuatmu terbujur kaku seperti ini.”

Perlahan, kenangan empat tahun lalu berputar. Hari dimana seorang evil magnae bernama Cho Kyuhyun berada dalam posisi yang sama seperti Seira sekarang. Saat itu Heechul merasa sedih, melihat sahabatnya koma dan tidak sadarkan diri. Setiap hari Heechul datang menjenguk dan menunggu Kyuhyun, berharap bahwa keajaiban datang pada Kyuhyun. Doa Heechul terjawab. Karena sampai detik ini Kyuhyun masih dapat bernafas dengan baik.

Hari ini Heechul juga butuh keajaiban. Ia berharap agar Seira segera sadar dari koma. Heechul butuh keajaiban itu, sekarang! Karena nafasnya mulai sesak ketika melihat kondisi Seira yang masih koma.

Heechul ingat satu teori, bahwa saat seseorang dalam kondisi koma, sebenarnya ia dapat mendengar orang-orang disekitarnya. Hanya saja ia tidak dapat membalas, karena kondisinya yang belum sadarkan diri.

“Mianhae, mianhae, jheongmal mianhaeyo…” Heechul mengusap rambut Seira yang lembut.

Sejak semalam Heechul bertekad untuk tegar. Ia tidak ingin Seira sedih karena Heechul yang terus menerus mengluarkan air mata. Jika Seira tahu Heechul tegar, Heechul yakin Seira akan berjuang seperti dirinya.

“Sei-ya, mau aku nyanyikan satu buah lagu tidak? Lagu baru Super Junior, Memories. Bukankah kau sangat ingin mendengarnya? Baik, aku akan bernyanyi spesial untukmu. Tapi ada imbalannya. Kau harus bangun dan mencium pipiku. Aku akan menunggu bayarannya. Lusa, ne… lusa bayarannya harus sudah lunas. Kau tahu kan jika suaraku itu sangat mahal?”

Heechul memejamkan mata, dan perlahan suara lembut Heechul mulai memenuhi ruangan.

saranghae tjanha uri hamkkehan manheun nal dongan
hamkke apahaetjanha seoroui irin juldo moreugo

neon eodi inneun geoni naui moksori deullijil annni
apeun nae simjangi neoreul chatneunda neoreul bureunda michidorok

gaseumi nunmuri tto neoui gieogi
han bangul han bangul tto nae gaseume heulleo naerinda
ureodo ureodo jiwojiji annneun gieogeul ttara
oneuldo bin nae gaseumeul tto jeoksinda

johahaetjanha jageun nae misoe useojwotjanha
hamkke ureosseotjanha naui nunmure apahaetjanha

jigeum eodi inneun geoni jichin nae moseubi boijil annni
apeun nae simjangi neoreul chatneunda neoreul bureunda michidorok

gaseumi nunmuri tto neoui gieogi
han bangul han bangul tto nae gaseume heulleo naerinda
ureodo ureodo jiwojiji annneun gieogeul ttara
oneuldo bin nae gaseumeul tto jeoksinda
naegero dorawajullae maeil ne ireum bureumyeo
jichin gidarim soge neoreul chaja hemaeneun najanha

sarangi nunmuri neowaui chueogi
han bangul han bangul tto nae gaseume heulleo naerinda
ureodo ureodo jiwojiji annneun gieogeul ttara
oneuldo bin nae gaseumeul tto jeoksinda

“Selesai…” Heechul menepuk tangannya dan tersenyum lembut. Heechul kembali mengusap rambut Seira. “Sei-ya, suaraku sangat bagus bukan? Kau harus segera sadar, atau… akan ada banyak yeoja yang berebut untuk menarik perhatianku.”

*****

…10.00 PM…

 

“Heechul-ah…” Nyonya Kim terlihat beberapa kali mengusap matanya yang memerah karena mengantuk.

Sudah 2 hari ini Seira dirawat di Rumah Sakit. Setiap malam Heechul akan datang ke Rumah Sakit, dan bertugas untuk menjaga Seira hingga pagi harinya. Tadi siang Nyonya Kim memaksa Heechul untuk kembali ke dorm. Nyonya Kim tahu jika jadwal Super Junior sedang menggila, ia tidak ingin Heechul sakit karena terlalu lelah menjaga Seira. Sebelum menikah, anak gadis merupakan tanggung jawab kedua orang tuanya. Itulah keyakinan Nyonya Kim.

“Ahjumma, minum dulu.” Heechul memberikan satu gelas cokelat hangat pada Nyonya Kim.

“Gomawo.”

Heechul dan Nyonya Kim hanya duduk berdampingan dan terdiam untuk waktu yang cukup lama. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Masing-masing dari mereka hanya diam dengan pikiran yang tertuju pada Seira.

“Ahjumma, tidurlah. Biar aku yang menjaga Seira.”

Nyonya Kim kembali mengusap matanya yang mulai terasa lelah. “Tidak usah, ahjumma masih bisa menjaga Seira. Kau pulang saja.”

“Ahjumma, apa kau tidak percaya padaku?” tanya Heechul dengan senyum lebar. “Ahjumma… meskipun aku sangat menyayangi Seira, tapi aku tidak mungkin menculiknya saat ia sedang sakit.”

Nyonya Kim terkekeh perlahan. “Aigoo, uri Heechul tidak ada lawannya. Baiklah, ahjumma akan pulang. Besok pagi ahjumma akan datang kembali. Jadi, jaga putri kecilku ini baik-baik. Ara?”

“Siap, Nyonya Kim!” Heechul menggerakkan tangannya dan memberi tanda hormat pada Nyonya Kim.

Heechul ikut keluar ruangan untuk mengantar Nyonya Kim sampai parkiran. Setelah mobil Nyonya Kim menghilang dibelokan, barulah Heechul kembali ke ruangan Seira.

Wajah Heechul menunduk, berkali-kali Heechul menutupi wajahnya dengan syal ketika melewati lobby Rumah Sakit. Heechul bahkan sengaja naik tangga agar tidak terjadi keramaian didalam lift.

Heechul menatap ruangan Seira, dan dari ujung sana, ada satu sosok yang berlari kencang. Ia berhenti sejenak, kemudian masuk ke dalam kamar Seira.

Dengan langkah pelan Heechul berjalan menuju pintu kamar Seira. Heechul tidak langsung masuk, ia hanya diam dan mengintip dari balik pintu. Ia ingin tahu apa yang akan orang itu lakukan pada Seira.

Heechul menatap Jino. Wajah yang beberapa kali ia lihat, namun tidak pernah berbicara langsung dengannya meskipun Heechul tahu bahwa Jino adalah sahabat Seira selama lima tahun.

Jino berjalan perlahan menuju tempat tidur Seira, dan begitu sampai didekat Seira, Jino segera menarik tangan Seira dan menciumnya dengan lembut.

Mata Heechul melebar seketika, kini Heechul membuka pintu kamar Seira sedikit. Sehingga ia dapat dengan jelas melihat adegan demi adegan yang Jino lakukan.

“Seira-ya…” Jino merangkul tangan Seira kedalam genggamannya. Air mata Jino mengalir, rasanya Jino sudah tidak kuat menampung beban bersalahnya pada Seira.

“Mianhae, mianhae, mianhae, mianhae, mianhae, mianhae, mianhae, mianhae, jheongmal mianhaeyo…” berkali-kali Jino mengucapkan kata maaf pada Seira.

Heechul ingin segera masuk saat itu juga, namun langkahnya terhalang karena kalimat Jino.

Jino menunduk dalam. “Seira-ya, mianhae. Ini semua salahku. Harusnya aku berlari dari Busan untuk menjemputmu. Tidak membiarkanmu menunggu sendiri. Kau masih punya aku bukan? Sesibuk apapun Kim Heechul, kau masih memiliki aku yang ada disisimu selama 24 jam. Jika Heechul tidak dapat menjemputmu, harusnya aku yang datang. Lima tahun aku menjagamu. Dan kini, hanya karena satu urusan aku kembali mengabaikanmu. Membuatmu terluka seperti ini.”

“Seira-ya, aku cemburu pada Heechul. Aku sangat cemburu pada hubungan kalian. Egois memang. Aku berusaha untuk menahan semua perasaanku padamu dengan cara menghindar. Karena aku tahu, kau telah telah jatuh cinta padanya. Kim Seira yang dingin telah jatuh cinta pada Kim Heechul. Dan aku patah hati karenanya. Apa kau tahu bagaimana rasanya jadi aku?”

Jino kembali mengusap tangan Seira. “Seira-ya, mianhae… aku tidak dapat menahan perasaanku lagi. Aku tidak butuh jawaban, karena aku tahu perasaanku ini tidak akan pernah terbalas. Aku hanya takut… jika aku tidak memiliki waktu untuk menyatakan perasaanku padamu.”

Heechul masih terdiam diluar ruangan. Sudah satu jam ia duduk dibawah dan bersandar pada dinding, Heechul tidak ingin bergerak dari sana. Sampai ada satu gerakan yang terjadi pada pintu. Heechul menoleh ke arah sumber suara. Dan mendapati Jino yang keluar dari kamar Seira dengan mata memerah.

“Mwo?” pekik Jino begitu membuka pintu. Ada sepasang mata tanpa ekspresi yang menatapnya lekat. Mata milik Heechul. “Ah, Heechul-ssi.” Jino menunduk hormat pada Heechul.

Melihat Jino yang sudah keluar, Heechul segera berdiri dan menghampiri Jino.

“Sudah selesai?” tanya Heechul dingin.

“Ah, ne.” Jino menggaruk kepalanya. “Heechul-ssi, sudah berapa lama kau duduk disitu?” tanya Jino takut.

“Satu jam.”

“Mwo? Kenapa kau tidak mengetuk pintunya?” Jino mulai salah tingkah. Jika benar Heechul sudah menunggu satu jam, maka dapat Jino pastikan jika Heechul mendengar semua kalimat yang ia katakan untuk Seira.

“Karena aku tidak ingin mengganggu.” Heechul melipat tangannya didepan dada. “Apa kau sudah mengatakan semuanya? Kalau begitu baguslah. Karena mulai sekarang, waktumu sudah habis, Park Jino-ssi.” Heechul mengeluarkan tatapan dinginnya, sengaja menantang Jino.

“Mwo?”

Heechul tersenyum sinis. “Ne, karena mulai sekarang akan kupastikan Seira berada disisiku. Selamanya!”

*****

…Tuesday, 2 August 2011 [08.30 PM]…

 

Esok hari album ke-5 Super Junior akan rilis. Semuanya sibuk mempersiapkan konferensi pers comeback-nya Super Junior yang akan diadakan pada tanggal 4 Agustus.

Malam ini Heechul kembali datang untuk menjenguk Seira. Tadi pagi para member Super Junior bergantian untuk menjenguk Seira. Ada yang sedih dihati semua member ketika melihat Seira yang belum sadarkan diri, terlebih Leeteuk.

Tibalah Heechul pada hari itu. Hari dimana dirinya sangat lelah, melihat Seira koma selama tiga hari sama seperti melenyapkan lapisan oksigen didalam paru-paru Heechul secara perlahan.

Heechul mengendarai mobilnya dengan sangat lambat, menyusuri malam yang dingin. Sesekali mata Heechul menatap suasana sekitar. Dan mata Heechul menangkap sesuatu. Sebuah bangunan tua ditepi jalan sebelum belokan menuju Rumah Sakit. Heechul menghentikan mobilnya dipinggir jalan.

Setelah merasa penampilannya cukup aman dan tidak dikenali, Heechul menyeberang jalan dan berdiri terpaku didepan bangunan itu. Heechul terdiam, ia tidak tahu jika ada gereja kecil didekat Rumah Sakit.

Dalam keheningan… Heechul melipat tangan, menutup mata, dan mulai mengatakan semua yang ada dihatinya.

“Tuhan, aku lelah dengan semua ini. Hatiku… aku seakan tidak dapat bernafas lagi. Aku tahu selama ini aku jarang bebicara padamu. Tapi kali ini, aku tidak dapat menahannya lagi. Hanya pemilik jiwa ini yang mampu menjawab semua rasa sedihku.”

“Tuhan, aku tahu jika aku dapat bertahan hidup tanpa gadis galak bernama Kim Seira. Tapi aku tidak ingin melakukannya. Aku ingin bersamanya Tuhan, aku ingin Seira ada dihidupku selamanya. Apa boleh?”

“Tuhan, aku rela menanggung semua rasa sakit Seira. Biarlah aku yang terbaring di Rumah Sakit itu.  Karena selalu ada rasa sedih setiap melihat mata ahjumma yang berkaca setiap melihat Seira. Ada rasa haru ketika melihat ahjussi yang berusaha tegar, padahal aku tahu jika ahjussi sangat sedih. Ada rasa bangga saat melihat Dara yang begitu menyanyangi dongsaengnya. Ada rasa terima kasih ketika melihat para sahabat Seira yang datang menjenguk. Semuanya hanya untuk Seira…”

“Tuhan, maaf… karena sampai kapanpun aku tidak akan menyerahkan Seira pada Jino atau namja lain. Meskipun aku tahu mereka lebih baik dariku.”

Heechul menghembuskan nafasnya perlahan. Mungkin ini adalah doanya yang paling utama. Inilah yang paling Heechul harapkan didalam hidupnya.

“Tuhan… jika Seira bangun dari tidurnya, aku berjanji akan menjaganya seumur hidupku. Aku akan meminta Seira pada ahjussi. Aku ingin menikahinya, mengikatnya, agar ia tidak dapat lari dariku.”

Semua isi hati Heechul telah tercurah, dan kini Heechul kembali membuka kedua matanya. Sesaat Heechul merasa aneh dengan suasana sekitar. Seperti ada yang mengawasinya. Mata Heechul menatap sekitar, dan mendapati sepasang mata elang.

“KIM HEECHUL…” gertak seseorang yang berada tidak jauh dari Heechul.

“Omooo, ah-ju-ssi…” suara Heechul nyaris terputus ketika mengetahui siapa sosok yang sedang menatapnya tajam.

Tuan Kim berjalan mendekat, dan dengan suara kencang ia memarahi Heechul. “YAA! KIM HEECHUL, APA KAU SADAR DENGAN APA YANG BARU SAJA KAU LAKUKAN?!”

“Ne?” jawab Heechul singkat.

“Apa kau tahu jika kita tidak boleh berkata asal jika sedang berdoa?!”

“Ne, arasseo.”

“Kau bilang ingin meminta Seira dariku? Hah! Pemikiran macam apa itu! Apa kau tahu jika Tuhan akan mencatat setiap perkataan kita?!” tanya Tuan Kim sinis.

“Ne, karena itu adalah isi hatiku. Itu adalah harapanku, ahjussi.” Heechul menundukkan wajahnya, tidak berani menatap Tuan Kim.

“Kau!!!”

Dara segera menarik tangan Tuan Kim yang hendak memukul bahu Heechul. Sejak tadi Dara ada didekat Heechul dan Tuan Kim. Dara mendengar semua perkataan Heechul. Namun Dara hanya terdiam, ia tahu jika appanya sedang marah besar.

“Appa, sebaiknya kita pulang.” Dara menarik tangan Tuan Kim kedalam mobil.

Sepanjang perjalanan pulang, wajah Tuan Kim terlihat kesal. Karena mulai lelah, maka Dara ikut menyampaikan segala perasaannya. “Appa, Heechul tidak salah. Ia hanya ingin menyampaikan semua perasannya.”

Tuan Kim terdiam.

“Appa, Seira itu sangat berharga dimata Heechul. Aku yakin jika ia tidak akan menyakiti Seira. Appa harus percaya itu…”

*****

 

Derap langkah Heechul menggema dilorong Rumah Sakit yang dingin. Sambil menutupi wajahnya rapat-rapat dengan hoodie hijau, Heechul berlari agar segera sampai ke kamar Seira.

“Yaa! Sei-ya…” Wajah Heechul merah padam setelah kejadian tadi. Kini Heechul duduk didekat Seira, dan berkali-kali mengusap wajahnya yang mulai memanas.

Baru saja Heechul mengatakan semua perasaannya, tapi ia tertangkap basah oleh appa Seira. Kini Heechul sangat malu menemui appa dan eonnie Seira.

“Haahhh… mungkin sudah takdirnya seperti ini.” mata Heechul menatap Seira yang masih belum sadarkan diri. “Sei-ya, disaat aku ingin mengatakan perasaannku dengan jujur untukmu, pasti selalu ada masalah.”

Heechul menaruh tangannya pada ranjang, dan menyandarkan dagunya pada kedua tangan. “Sei-ya… aku sudah mengatakan semuanya pada Tuhan. Bahwa aku sangat menyayangimu. Aku, tidak berjanji akan hidup dengan normal jika tidak ada dirimu disisiku…”

Heechul mencium kening Seira lembut. “Sei-ya… good night. Have a nice dream. I hope, tomorrow always better than today.”

*****

 

Matahari pagi masuk melalui celah jendela. Tangan Heechul masih menggenggam tangan Seira lembut, enggan untuk melepaskannya.

Ada yang balas memegang tangan Heechul lembut. Satu tangan mungil yang sangat Heechul kenal. Dan kini, Heechul yakin jika ia sedang bermimpi. Mimpi yang sangat indah.

“Sei-ya…” Heechul membalas genggaman tangan dalam mimpinya itu dengan lembut.

“Sei-ya…” Kini tangan Heechul mulai  menarik tangan itu lebih kencang.

Heechul masih memejamkan matanya. Ini sungguh mimpi yang sangat indah. Heechul ingin tidur beberapa saat lagi.

Plak!

Tiba-tiba saja ada yang memukul kepala Heechul kencang, disertai satu teriakan dengan suara serak. “Yaa! Heechul oppa babo!”

Sadar bahwa bukan mimpi, Heechul segera membuka kedua matanya. Dan, betapa terkejutnya ketika Heechul mendapati sepasang mata bulat yang ia rindukan terbuka kembali.

“MWOYA?” jerit Heechul tidak percaya.

“Yaa! Heechul oppa, jangan remas tanganku lagi! Appo!” Seira berteriak dan menarik tangannya dari genggaman Heechul.

“Sei-ya…” ujar Heechul. Ada sejuta kerinduan diwajah Heechul.

“Yaa! Oppa, apa kau diciptakan hanya untuk menggangguku?! Aissh, jinj…”

CHU!

Heechul mendaratkan satu kecupannya pada bibir Seira. Pelan, lembut dan hanya berselang dua detik.

“Hemft…” mata Seira melebar seketika. Ketika ada satu bibir hangat yang menyapu bibirnya. Memang hanya sekedar menempel, sebentar, namun mampu menyihir Seira.

Heechul melepaskan kecupannya, dan menatap Seira dengan senyum penuh kerinduan. Seira bahkan dapat melihat satu kristal bening pada ujung mata Heechul.

“Yaa! Oppa babo!” Seira bersiap untuk melayangkan pukulannya pada kepala Heechul, namun dapat Heechul cegah dengan cepat. Kini kedua tangan Seira ada dalam genggaman Heechul.

“Sei-ya, lihat tanganmu. Jika kau banyak bergerak nanti darahnya akan naik…” Heechul menurunkan tangan Seira yang sedang di infus, lalu mengusapnya hingga tidak terasa sakit.

Seira menunduk menahan malu. Heechul oppa bukan hanya menodai pipinya. Tapi juga merebut ciuman pertama Seira.

Heechul menatap mata Seira, lalu mengusap dagu Seira lembut. “Mau aku beri fanservice lagi tidak?” tanya Heechul sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Yaa! Heechul oppa!!!” Seira melempar kepala Heechul dengan bantal yang ada diujung ranjang.

Heechul berusaha menghindar, dan ketika Seira lengah, Heechul menarik tubuh mungil Seira kedalam pelukannya. Seira berusaha melepaskan pelukan Heechul, namun ia merasa sangat nyaman dengan pelukan hangat dan aroma tubuh Heechul.

“Sei-ya, gomawo…”

Alis Seira terpaut. “Untuk apa?”

“Karena kau dapat bertahan sampai sekarang. Karena kau telah membuat udaraku kembali terisi penuh.” Heechul mengusap rambut panjang Seira dengan lembut.

“Ani, sebenarnya ada alasan lain yang membuatku sadar.”

“Mwo?”

Seira melepaskan pelukannya. “Aku… takut akan dibakar ELF dan Petals!”

“MWO?!” Heechul terkejut, dan kembali menarik Seira ke dalam pelukannya.

Perlahan tangan kanan Seira balas memeluk bahu Heechul dan membenamkan wajahnya pada dada Heechul. “Aku takut jika jantung oppa akan berhenti berdetak saat melihatku dalam keadaan koma. Dan jelas Petals akan menyalahkanku jika hal itu sampai terjadi.”

Heechul tersenyum senang. “Sei-ya, saranghae…”

Seira membulatkan matanya, seolah sedang menimbang sesuatu. “Tapi aku tidak menyukai oppa.”

“Aissh, jinjja! Jangan banyak bergerak. Aku itu sedang memelukmu.” Heechul merapatkan kembali tubuhnya pada tubuh Seira.

“Aku bosan seperti ini.”

“Diam, atau aku akan menciummu lagi!” ancam Heechul.

Seira segera menutup mulutnya rapat-rapat.

“Sei-ya…” panggil Heechul.

“Ne?”

“Ayo kita menikah.”

“Ne???”

*****

…Saturday, 20 August 2011…

 

Seira memandang wajahnya pada cermin. Perlahan Seira menarik sudut bibirnya, dan memperlihatkan senyumannya yang paling manis.

Seira membenarkan ikatan pada pita hanbok yang ia kenakan. Rasanya sangat panas memakai hanbok seperti ini. Saat sedang sibuk merapikan pakaiannya, Seira kembali ingat pada kalimat yang Dara eonnie katakan padanya dua minggu lalu. Tepatnya saat Seira kembali dari Rumah Sakit.

Heechul itu keterlaluan, kekeke~. Kau tahu apa yang ia katakan saat kau sedang koma? Ia berdoa pada Tuhan dan ingin memintamu pada appa. Ia ingin mengikatmu seumur hidup, nae dongsaeng…

Seketika wajah Seira memerah. Seira menjatuhkan dirinya pada bangku kecil didepan meja rias. Seira kesal, merasa dipermainkan. Apa maksud Heechul mengatakan hal tersebut pada appa? Benar-benar memalukan!

“Yaa! Heechul oppa babo!” jerit Seira kencang. Seira bahkan nyaris melempar kotak tissue pada cermin.

Lagu Memories – Super Junior menggema didalam kamar Seira. Ada satu panggilan rupanya.

“Yobosaeyo, Hyorin-ah…” sapa Seira dengan suara riang.

“Bogoshipo!” balas Hyorin cepat.

“Mwo?”

Hyorin tersenyum. “Aigoo, aku tidak menyangka jika aku akan merindukan suara kencang milik Kim Seira. Seira-ya, bagaimana keadaanmu?”

“Baik, aku sudah sembuh 100% nona Park. Jadi jangan terlalu mencemaskanku, ara?”

“Arasseo. Seira-ya, mianhae. Saat kau keluar Rumah Sakit aku ada tugas liputan di Pulau Jeju. Jadi aku tidak dapat menjeputmu.”

“Gwaenchana.”

“Dan satu hal lagi… chukkae!”

Seira tersenyum. “Ne, gomawoyo.”

“Hari ini sahabat terbaikku akan berubah menjadi gadis dewasa. Seorang sarjana yang pintar. Aigoo, Heechul oppa pasti sangat bangga padamu.”

“Sudahlah jangan membahas Heechul oppa lagi.”

Tok! Tok!

Seira menoleh ke arah pintu kamar, dan menghentikan pembicaraannya dengan Hyorin sebentar.

“Ne, eomma. Pintunya tidak dikunci. Jadi eomma masuk saja,” Seira berteriak kencang agar eomma yang ada diluar kamar mendengarnya.

Setelah berteriak, Seira menyandarkan kepalanya pada meja rias karena merasa pegal berbicara terlalu lama ditelepon.

“Hyorin babo, bagaimana jika kau aku jodohkan dengan Jino.” Tiba-tiba terlintas satu ide bodoh dikepala Seira.

“Yaa! Kim Seira!”

“Kekeke~” Seira tertawa kencang mendengar reaksi Hyorin. Tanpa sadar Seira menegakkan kembali duduknya, melihat cermin, dan…

“Omooo…” jerik Seira kencang, dan handphone yang sedang ia pegang jatuh dengan sempurna.

“Aku tangkap!” ujar satu suara renyah yang sangat Seira hapal. Tepat sebelum handphone Seira menyentuh lantai, satu tangan itu telah menangkapnya, kemudian menekan tombol sehingga pembicaraan Seira yang Hyorin terputus.

“Yaa! Kenapa oppa bisa ada di…”

Heechul segera menutup mulut Seira dengan satu tangannya. Heechul tidak ingin jika rumah Seira didatangi polisi dan Heechul masuk penjara karena dituduh menculik Seira.

Hap!

Seira menggigit tangan Heechul yang menutupi mulutnya.

“Aissh, jinjja! Kentikan kebiasaanmu itu, yeoja vampir!” Heechul melepaskan tangannya dari mulut Seira. Lipstick pink yang tadi Seira kenakan sampai membekas ditangan Heechul.

“Oppa yang salah! Yaa! kenapa oppa bisa ada dikamarku?!” tanya Seira galak.

“Bukankah kau yang menyuruhku masuk,” jawab Heechul enteng. Tanpa menghiraukan Seira, Heechul mulai berjalan mengelilingi kamar Seira dan duduk bersila tanpa sepatu diatas ranjang Seira.

“Oppa, cepat keluar atau aku akan berteriak hingga appa memukul kepalamu!” ancam Seira sadis.

“Untuk apa? Bukankah dua tahun lagi kamar ini juga akan menjadi milikku?” ujar Heechul narsis.

Seira membulatkan matanya, berusaha menahan geram. “Jangan bermimpi, Kim Heechul-ssi. Cepat keluar dari kamarku!!!”

Heechul diam dan tidak membalas Seira, yang kini Heechul lakukan adalah mengambil boneka Teddy Bear berukuran satu meter yang duduk manis didekat bantal, dan memeluk boneka itu gemas.

“Boneka ini sangat lucu, sama seperti pemiliknya. Tidak salah jika aku memberikan boneka ini padamu, kekeke~” Heechul terkekeh pelan.

Sedangkan Seira? Seira sedang memegang ujung meja dengan kencang, berusaha menahan mual.

Heechul kembali mengedarkan pandangannya, dan berlari kencang kesudut kamar. “Omoo~ ternyata kau sangat mengidolakanku, Kim Seira-ssi…”

Menyadari arah berjalan Heechul, Seira segera berlari kencang hingga menabrak rak kecil yang digantung disudut ruangan. Dimana ada satu rak benda-benda koleksi yang berhubungan dengan namja aneh bernama Kim Heechul dan juga Super Junior.

“Appo!” jerit Seira kencang ketika keningnya menabrak sudut rak yang lancip.

“Yaa! Gwaenchana?” Heechul segera menghampiri dan mengusap kening Seira.

Seira masih mengusap keningnya yang berubah warna, sampai ada satu wajah yang semakin mendekat kearahnya. Seira berusaha menghindari kepala Heechul, ia takut kejadian di Rumah Sakit terulang kembali.

“Diam!” perintah Heechul saat Seira menghindar darinya.

Heechul menarik tangan Seira, dan memegang kepala Seira hingga ia tidak dapat menghindar lagi. Heechul semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Seira, dan… Heechul menempelkan keningnya pada kening Seira.

Seira berusaha menahan nafas saat wajahnya begitu dekat dengan wajah Heechul. Rasanya Seira dapat merasakan saat Heechul menghembuskan nafas. Hidung Seira dan Heechul yang mancung ikut bersentuhan. Hanya rambut Heechul yang menghalangi pandangan mereka berdua.

“Heechul oppa, apa yang kau lakukan?” tanya Seira pelan, saat Seira mulai bosan karena Heechul belum melepaskannya selama lima menit.

“Selesai!” Heechul melepaskan wajah Seira, dan menepuk tangannya seperti pesulap gadungan.

“Mwo?” tanya Seira yang tidak mengerti dengan maksud Heechul.

“Aku baru saja menyembuhkan keningmu. Eommaku bilang, ketika kepala kita terbentur sesuatu, maka dapat disembuhkan dengan usapan rambut orang lain.”

“Mwoya? Itu adalah cara teraneh yang pernah aku dengar.”

“Sudahlah, jangan dibahas lagi.” Heechul mengibaskan tangannya, dan kembali menatap semua koleksi Seira sebagai seorang ELF.

“Mwo?” tanya Seira galak.

“Sei-ya, kau benar-benar menyukai kami rupanya.”

Seira ikut menatap koleksi miliknya. “Ne, aku sangaaat mengidolakan Super Junior. Dan aku merasa sangat sedih setiap mendengar bahwa Teuki oppa dan Heechul oppa yang akan mengikuti wajib militer. Bahwa setelah itu Super Junior akan vakum selama beberapa tahun. Biar bagaimanapun, aku ini ELF sejati oppa.”

Heechul menatap Seira, dan melihat ada airan bening yang melapisi mata Seira. “Uljima…”

Seira hanya membalas dengan satu senyuman samar. Meskipun Seira berusaha tegar, tetap saja ada sedikit perasaan sedih setiap mendengar berita tentang Super Junior.

Heechul memakai kembali sepatunya ketika menyadari jam semakin berjalan. Satu jam lagi gadis yang paling Heechul cintai akan menjadi sarjana yang cantik, menjadi gadis dewasa, dan itu tandanya… waktu akan semakin memisahkan mereka.

Sebelum keluar kamar, Heechul menarik tubuh Seira dan membuatnya berdiri tepat dihadapan cermin.

“Sei-ya…”

“Ne.” Seira menatap pantulan dirinya dan Heechul dalam cermin.

Heechul berdiri dibelakang Seira, dan merangkul pundak Seira dari belakang. “Sei-ya, lihatlah… aku memakai jas hitam, dan kau memakai hanbok berwarna pink yang manis. Dengan pakaian seperti ini, kita sudah bisa menikah. Yang perlu kita lakukan hanyalah berdiri disebuah altar, kemudian mengikat janji setia dengan sepasang cincin dan cinta sebagai buktinya.”

Seira tertegun dengan perkataan Heechul. Untuk pertama kalinya Heechul mengatakan hal sangat serius pada Seira. Hal yang menyangkut kelanjutan dari hubungan mereka.

Tok! Tok!

Ada yang mengetuk kamar Seira kembali. Seira segera melepaskan pelukan Heechul dari pundaknya, ia takut jika ada yang memergoki dirinya dan Heechul yang sedang rangkulan.

“Ayo kita keluar.” Heechul berdiri dihadapan Seira, dan memberikan tangan kanannya pada Seira.

Seira berjalan mendekat, dan menerima uluran tangan Heechul dengan senang hati. Untuk sekali ini saja, Seira ingin tahu bagaimana rasanya menjadi sepasang kekasih yang normal.

*****

…Saturday, 27 August 2011…

 

Seira menunduk dan semakin merapatkan hoodie yang ia kenakan. Setiap ada yang lewat, maka Seira akan tersenyum singkat dan kembali menunduk. Hari ini Super Junior akan hadir di acara Music Bank. Heechul sengaja menyuruh Seira berdiri disamping panggung karena Heechul tidak ingin Seira pergi dari pandangannya.

“Yaa! Sei-ya, tenanglah. Tidak akan ada yang mengira bahwa kau adalah yeojachingu Kim Heechul yang tampan.”

Heechul berusaha menenagkan Seira. Berkali-kali Heechul mengusap rambut Seira, dan itu jelas semakin menambah rasa curiga pada orang yang melihatnya.

“Oppa…” Seira menatap sekitar, ada beberapa orang yang memperhatikan mereka, jadi Seira melepaskan tangan Heechul dari kepalanya.

Awalnya tidak ada yang aneh dalam acara Music Bank kali ini. Sampai Heechul mengatakan sesuatu…

Hari ini adalah hari terakhir Heechul tampil bersama Super Junior. Karena dirinya akan mendaftar wajib militer pada tanggal satu September nanti. Lalu menjalani masa pelatihan dasar militer selama empat minggu. Barulah Heechul akan melayani selama 23 bulan untuk tugas kemiliterannya sebagai public service.

Mata Seira memanas, ia tidak menyangka jika Heechul akan mengatakan sesuatu yang harusnya Seira tahu lebih dulu jika dibandingkan orang lain. Sebenarnya apa arti Seira dimata Heechul?

Heechul berlari mengejar Seira yang sedang kalap. Sejak Heechul mengatakan perpisahannya tadi, Seira menghilang. Heechul dapat melihat dengan jelas bahwa mata Seira sangat terluka.

“Sei-ya, chakkaman…” Heechul menarik tangan Seira, membuat Seira berhenti berlari dan terjatuh kedalam dekapan Heechul.

“Lepaskan!” teriak Seira kesal. Berkali-kali Seira memukul dada Heechul, namun Heechul hanya terdiam dan tidak membalasnya.

“Mianhae…” ucap Heechul lirih.

Seira menyerah, dan ia tidak dapat menyembunyikan rasa sedihnya lagi. “Apa arti Kim Seira didalam hidup seorang Kim Heechul?”

Heechul melepaskan pelukannya, dan menatap Seira tajam. “Mwo? Kau bertanya apa arti Kim Seira didalam hidup Kim Heechul?!” Heehul mengulangi pertanyaan Seira.

“Satu dunia saja sudah tahu jika oppa ingin mendaftar wajib militer, dan oppa menyembunyikannya dariku! Aissh jinjja, pantas saja oppa tidak mengizinkanku membuka internet selama beberapa hari ini!” Seira mengusap air matanya yang mengalir.

Ada satu hal yang baru Seira sadari, jika kalimat perpisahan diatas panggung tadi, itu bukan pertama kalinya Heechul katakan. Karena saat Heechul mengatakan hal tersebut, ada beberapa orang yang saling berbisik dan mengatakan jika Heechul benar-benar menepati ucapannya untuk mendaftar militer tanggal satu. Bukakah artinya rumor itu sudah ada sebelum hari ini?

Dan bodohnya lgi, Seira tidak tahu rumor tersebut. Rumor yang sempat membuat ELF dan Petals merasa sedih diberbagai situs jejaring sosial.

“Uljima…” Heechul mengusap sisa air mata Seira dengan telapak tangannya. “Mianhae, aku tidak ingin membuatmu sedih.”

“Oppa, tanggal satu itu sebentar lagi. Jika tidak mengatakannya hari ini, kau ingin menyembunyikannya sampai kapan?”

“Sei-ya, mianhae.” Heechul menunduk dalam.

“Aku benci oppa! Jika oppa tidak ingin melihatku lagi ya sudah! Aku juga tidak ingin bertemu oppa lagi!”

*****

…Tuesday, 30 August 2011…

 

Seira menekuk kedua kakinya, dan menyandarkan kepalanya pada lututnya yang terlipat itu. Sudah tiga hari ini Seira tidak bertemu dengan Heechul, dan itu membuatnya sedih. Karena lusa, Heechul oppa akan meninggalkan Seira untuk waktu yang sangat lama.

Seira menolehkan kepalanya hingga menatap pemandangan diluar jendela. Jadi seperti ini rasanya menjadi Narae eonnie. Seira tidak akan menyalahkan Narae eonnie lagi karena telah putus dari Kangin, karena rasanya memang sakit. Berpisah seperti ini sungguh menyakitkan!

“Bahkan Eunhyuk, Yesung dan Teuki oppa menangis untukmu,” ujar Seira sambil menutup mata. Seira kembali mengingat acara Strong Heart yang menampilkan acara perpisahan Heechul dengan para member Super Junior. Semuanya terlihat sedih, berusaha menahan tangis untuk Heechul.

“Sei-ya…” panggil satu suara yang sudah Seira hafal, meski ia menutup mata.

Seira tersenyum sinis. “Cissh, aku bahkan dapat mendengar suara Heechulie meskipun dalam mimpi!”

Plak!

Satu tangan memukul kepala Seira, dan membuat Seira menoleh kearah oarang menyebalkan itu seketika.

“MWOYA?!” pekik Seira tertahan. Untuk kedua kalinya Heechul muncul didalam kamar Seira. Kali ini apa lagi yang akan Heechul lakukan.

“Kim Seira… jangan pernah memanggilku dengan sebutan Heechulie, ara?!” desis Heechul dengan tatapan tajam.

Bulu kuduk Seira bergidik, ia tidak menyangka jika Heechul akan muncul dirumahnya setelah tiga hari mereka tidak bertemu.

“Ayo ikut…” Heechul menarik tangan Seira hingga berdiri, kemudian memperhatikan pakaian Seira sejenak. “Lima menit lagi kau harus keluar dengan pakaian hangat!” perintah Heechul.

“SHIREO! Untuk apa aku mengikutimu?”

“Ikuti saja, jika tidak…” Heechul mendekatkan wajahnya ada Seira, dan menjilat bibir atasnya sendiri dengan wajah sok seksi miliknya. “Kau tidak mau merasakannya lagi kan?”

Pundak Seira kram seketika. Seira menyerah, ia masih sayang pada wajahnya dan tidak mau dinodai lagi oleh Heechul.

Sepuluh menit kemudian Seira keluar kamar dengan kaos putih dan rambut ikal yang digerai indah. Ditangannya ada sebuah sweater hangat yang sudah Seira persiapkan.

“Kajja, hari ini aku akan menculikmu…” Heechul kembali menarik tangan Seira menuruni tangga. Sesampainya dibawah, Heechul berpamitan pada eomma Seira yang sudah tahu permasalaannya. “Ahjumma, kami pamit dulu.”

“Ne, hati-hati dijalan. Jaga putriku baik-baik, ara?” eomma memperingatkan Heechul.

“Siap, nyonya Kim.” Heechul memberi hormat pada eomma Seira.

*****

Seira mengedipkan matanya perlahan, aissh… kepalanya terasa sakit sekali. Seira memang tidak pernah suka naik pesawat. Seira memandang Heechul yang sedang menyetir. Ah, ini semua memang sudah terjadi.

Tiga jam yang lalu, Heechul membawa Seira pergi dari rumah. Selama perjalanan menuju Bandara, Seira hanya memalingkan wajahnya agar tidak menatap wajah Heechul. Dengan wajah persis penjahat (memakai syal, kacamata hitam dan topi) Heechul merangkul tubuh Seira ke dalam pesawat yang membawa mereka berdua terbang ke Pulau Jeju.

Dan… disinilah Seira berada, disebuah mobil sport yang Heechul sewa untuk mengelilingi Pulau Jeju.

“Sei-ya, kau tidak ingin berbicara sesuatu?” tanya Heechul memecah keheningan.

“Apa pendapatku itu penting? Bukankah oppa tidak pernah mendengarkanku? Jadi untuk apa oppa peduli padaku!” sindir Seira tajam.

Heechul melarikan mobilnya dengan kencang, dan itu membuat jantung Seira menggila. Ia tidak ingin kejadian mengenaskan itu terulah kembali. Seira tidak ingin kecelakaan satu bulan lalu menimpanya. Dan Seira juga tidak ingin kecelakaan tahun 2006 silam kembali menimpa Heechul, kecelakaan yang membuat dokter memasangkan sesuatu pada tubuh Heechul.

“Oppa…” air mata Seira nyaris menetes. Tidak pernah ia lihat Heechul oppa menyeramkan seperti ini.

Suara berdecit ban mobil dan aspal terdengar kencang. Heechul menghentikan mobilnya, ketika ia sudah sampai pada tujuan.

Heechul membuka pintu mobil, kemudian berjalan menuju tempat Seira dan membuka pintunya perlahan. “Sei-ya,” panggil Heechul.

Seira masih menutup wajahnya dengan kedua tangan. Heechul menunduk, dan menarik pundak Seira hingga ia keluar mobil.

“Jangan takut.” Heechul memeluk tubuh Seira lembut, dan mengusap punggung Seira yang bergetar akibat ketakutan.

“JIKA HEECHUL OPPA INGIN MEMBUATKU MATI, BUKAN SEPERI INI CARANYA!” jerita Seira tidak terdengar jelas karena ia masih menutupi wajahnya dengan tangan.

Heechul menarik tangan Seira, dan begitu wajah Seira terbuka, Heechul tersentak. Wajah Seira merah menahan kesal, dan air matanya mengalir deras. Jantung Heechul terasa ingin meledak. Ya Tuhan, dalam keadaan kacaupun, Seira masih terlihat cantik.

“Kau takut?” tanya Heechul lembut. Jemari Heechul mulai memegang dagu Seira, membuat mata Seira beralih menatap matanya.

“Ne, aku takut. Tanpa kecelakaanpun, kita akan berpisah oppa. Dan kini kau ingin membuatku mati karena takut. Apa ini yang kau inginkan?!” suara Seira kembali bergetar. Entahlah, hati Seira sangat lelah dengan semua ini.

“Ada banyak hal ingin aku katakan padamu. Aku membutuhkanmu hari ini, jadi jangan membenciku, Sei-ya…”

Seira rindu dengan panggilan ‘Sei-ya’ yang Heechul berikan untuknya. Sangat rindu. Seira menundukkan wajahnya, dan mengizinkan Heechul untuk menggenggam tangannya menuju ke suatu tempat.

“Ini kan…” Seira merasa takjub dengan pemandangan yang ada dihadapannya. Laut lepas yang berwarna biru, dipadu dengan taman bunga berwarna kuning, dan beberapa kincir angin besar yang sangat indah.

“Ada banyak hal yang ingin aku lakukan sebelum kita benar-benar berpisah.”

*****

Sudah lima belas menit Heechul dan Seira terdiam, tanpa berbicara sepatah katapun. Mereka hanya duduk berdampingan disebuah bangku kayu yang menghadap langsung ke laut lepas.

Heechul memandang wajah Seira yang sesekali tersenyum ketika angin mengusik anak rambutnya. Cantik, Seira benar-benar cantik. Dalam keadaan apapun, Seira selalu terlihat mempesona dimata Heechul.

“Mianhae, jheongmal mianhaeyo…” ujar Heechul tanpa menoleh kearah Seira.

Seira menoleh, dan menatap Heechul yang rambutnya sudah tidak terlihat aneh lagi, yang kini semakin terlihat tampan. “Untuk apa?”

“Aku tidak memberitahumu tentang keputusanku itu. Aku melakukan semua ini karena ada alasannya.”

“Mwo?”

Heechul menatap wajah Seira, dan tangannya memegang bahu Seira lembut. “Aku mencintaimu. Benar-benar jatuh cinta padamu. Aku ingin memintamu pada ahjussi. Ingin menikahimu dan menjadikanmu milikku selamanya. Tapi aku tahu, jika aku melakukannya sekarang, maka aku akan berubah menjadi namja yang tidak bertanggung jawab. Karena aku pasti akan meninggalkan istriku selama dua tahun.”

Seira menggigit bibir bawahnya.

“Untuk itu… aku memajukan jadwal wajib militerku. Jika aku pergi sekarang, maka kita akan semakin cepat bertemu. Dan aku bisa semakin cepat mengikatmu.”

“Oppa, kau itu bicara apa!”

“Apa arti Kim Seira dimata seorang Kim Heechul?” Heechul mengulang pertanyaan Seira beberapa hari lalu.

Seira menundukkan wajahnya yang mulai terasa panas.

“Apa arti Kim Seira? Dia sangat penting didalam hidupku. Seira bukan hanya nafas, tapi juga jantung dan paru-paruku. Tanpanya, aku tidak akan hidup.”

“Jika aku sangat penting, kenapa oppa mengabaikanku?”

“Aku tidak ingin melihatmu sedih ketika mendengarku memajukan jadwal militer. Aku tidak ingin kau mengeluarkan air mata untukku, aku hanya ingin melihatmu memberikan semangat padaku. Mendukungku, menemaniku hingga hari itu tiba, dan ketika perpisahan itu terjadi, kau akan mengantarku dengan senyum yang manis. Dan aku akan mengusap kepala dan pipimu dengan lembut. Lalu, awww…”

“Berhenti mengkhayal Kim Heechul-ssi!” desis Seira.

“Berhenti menginjak kakiku Kim Seira-ssi!” Heechul mengusap kakinya yang tadi diinjak oleh Seira. “Appo.”

“Bagimana mungkin oppa tahan mengikuti pelatihan, diinjak saja sudah mengeluh seperti itu!” kalimat sindiran keluar dari bibir Seira yang mungil.

“Tentu saja aku akan tahan,” Heechul menggelengkan kepalanya kencang. “Ah ani, jika aku sampai tidak tahan maka aku akan lari meloncati pagar. Dan aku akan bersembunyi dirumahmu sehingga kau menjadi tersangka atas tuduhan… menyembunyikan seorang Kim Heechul, kekeke~”

“Yaa! Berhenti mengatakan hal yang bodoh, oppa!”

Heechul menatap Seira lekat, hingga Seira tertunduk malu karenanya. “Sei-ya, ada hal ingin aku lakukan sebelum pergi.”

“Mwo?”

Seira terdiam saat mata Heechul menatapnya hangat. Dan detik berikutnya, Heechul mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Seira. Perlahan, bibir Heechul mengecup kening Seira, lalu turun ke kedua mata Seira.

“Oppa…” pekik Seira saat menyadari bahwa bibir Heechul semakin turun, lembut… Heechul mengecup bibir Seira dengan lembut. Dapat Seira lihat dengan jelas bahwa Heechul melakukannya sambil menutup kedua matanya.

Mata Heechul terbuka secara tiba-tiba, dan tersenyum manis ke arah Seira. “Aku benar-benar idola yang baik bukan? Aku bahkan memberikan fanservice langsung pada fans-ku,” goda Heechul sambil mengedipkan sebelah matanya.

Seira berpegangan pada bangku kayu, lagi-lagi menahan mual.

“Lagipula, belum tentu kita tidak dapat bertemu. Dengan kondisiku yang kurang baik, bisa saja kan Pemerintah memberikan tugas yang ringan seperti pelayanan public di wilayah Seoul, yang dapat membuat kita tidak terpisah jauh.” Wajah Heechul kembali melemas seketika. “Keudae, tetap saja selama masa kemiliteran aku tidak boleh menikah.”

“Yaa! Heechul oppa!” Seira menarik rambut Heechul dengan kasar. Bisa-bisanya ia dipermainkan oleh Heechul.

“Dengar! Mulai detik ini, KIM SEIRA ADALAH MILIK KIM HEECHUL! Semua wajahmu itu sudah aku nodai, jadi jangan pernah berpikir untuk lari dariku. Arasseo?”

Seira memalingkan wajahnya yang terasa panas. “Aku berhak mencari namja yang sejuta kali lebih tampan dari Heechul oppa.”

Heechul memicingkan matanya. “Coba saja kalau berani!”

“Memang apa yang akan oppa lakukan?”

“Aku akan berlari dan menghukummu!”

Seira tersenyum hangat. “Jika benar begitu, maka aku tidak perlu khawatir. Kelak jika aku merindukan oppa, maka aku akan berselingkuh. Dengan begitu, oppa akan berlari menemuiku sehingga kita dapat bertemu bukan?”

Heechul tersenyum mendengar kalimat Seira. Gadis ini berubah jadi romantis rupanya. “Aigoo~ uri Seira yang luar biasa manis.”

Matahari semakin memerah, tanda bahwa senja akan segera berganti malam. Pemandangan seperti ini yang harus Seira ingat sepanjang masa. Bahwa dirinya dan Heechul oppa pernah menjadi sepasang kekasih yang normal. Yang dapat menikmati sore hari dengan mengatakan perasaannya masing-masing secara jujur.

Seira menyandarkan kepalanya pada bahu kiri Heechul. Dan Heechul membalas dengan mengusap pipi kiri Seira lembut.

“Sei-ya, Kim Seira…” ujar Heechul.

“Ne oppa?”

“Saranghaeyo…”

Mata Seira menyipit, satu senyuman terukir diwajah Seira. “Na do…”

Heechul kembali mendekatkan wajahnya pada Seira. Dan, chu! Satu kecupan mendarat kembali dibibir Seira untuk yang kedua kalinya dalam hari ini. Kali ini Seira tidak menolak, karena Heechul hanya melakukannya selama dua detik.

“Omonaaa… kalian ini senang sekali melakukan skinship!” teriak satu suara dan berdiri tegap disamping Seira.

Seira bangkit dan pandangannya tertuju pada suara tersebut. “Mwoya?” jerit Seira saat melihat siapa yang baru saja mempermalukan mereka berdua.

“Hyorin-ah,” cicit Heechul tidak kalah terkejutnya.

Hyorin yang sedang ada tugas liputan di Pulau Jeju tiba-tiba muncul, dan mengabadikan moment penting yang baru saja HeeSeira lewati.

“Akan aku jual foto kalian dengan harga satu juta won, hahaha…” Hyorin tertawa lebar dan berlari meninggalkan Seira yang masih memasang wajah super babo.

“YAA! PARK HYORIN, NEO…!” Seira berlari kencang mengejar Hyorin yang sedang tertawa puas dan mengibaskan kamera yang didalamnya terdapat barang bukti dirinya dan Heechul.

Heechul tersenyum menatap kedua gadis yang kini terlihat seperti anak anjing. Kelak, inilah yang akan Heechul rindukan. Saat-saat bahagia yang Heechul lewati bersama gadis keras kepala bernama Kim Seira.

*****

…Thursday, 01 September 2011…

 

Heechul merapikan pakaian dan memasukkan semua kedalam tas yang cukup besar. Kali ini ia tidak sedang ingin SuShow atau tour lainnya, tapi kali ini ia ingin merubah diri menjadi namja dewasa yang bertanggung jawab pada negara. Suatu kewajiban yang harus namja dewasa lakukan di Korea Selatan.

“Hyung, mau aku bantu tidak?” tawar Ryeowook yang pagi ini muncul di kamar Heechul.

Kemarin Heechul pulang ke rumah untuk berpamitan pada Orang Tua dan noonanya, lalu malam harinya ia berkumpul bersama teman-teman. Jika ada yang menawarkan bantuan, tentu Heechul akan menerima dengan senang hati. Namun, Heechul tidak ingin member yang lain merasa sedih. Karena Heechul tahu jika sesungguhnya mereka merasa berat hati melepaskan Heechul pergi.

“Tidak usah, aku bisa melakukannya sendiri,” tolak Heechul secara halus.

“Hyung, jadi kau tidak membutuhkan bantuanku lagi?” balas Ryeowook dengan wajah sedih.

“Aniii. Wookie-ya, kau itu adalah dongsaeng yang paling baik sedunia. Keundae, mulai sekarang aku harus bersikap lebih dewasa dan tidak merepotkan orang lain lagi.”

“Heechulie…” panggil Kyuhyun dari depan pintu kamar.

“Mwo?”

“Aku, pasti akan merindukanmu. Karena kau adalah satu-satunya lawanku yang cukup tangguh, meskipun aku tahu jika aku lebih hebat darimu.”

Heechul tersenyum. “Ne, kau memang master game. Tapi kau harus ingat, kau itu belajar sifat evil dari siapa hah?”

“Heechul-ssi, beberapa bulan lagi aku juga akan menyusulmu.”

“Ne, Leeteuk-ssi. Karena kita berdua yang paling tua, jadi kita berdua harus menerima nasib jika harus mengikuti wajib militer terlebih dahulu.”

“Hyung, baik-baiklah disana.”

“Ne, Yesungie. Aku akan baik-baik saja.”

“Hyung, jangan suka memakai masker lagi. Atau kau akan digantung di tiang bendera hyung,” pesan Eunhyuk.

“Aissh, jinjja!” satu pukulan mendarat di kepala Eunhyuk.

“Hyung, kau harus makan yang banyak agar kuat mengikuti wajib militer.”

“Aku bukan kau, Shindong-ah.”

“Hyung, jangan lupa berdoa. Jika ada masalah, hubungi aku saja.”

“Ne, aku akan berdoa. Siwonie, kau pikir disana ada handphone yang dapat kugunakan untuk menghubungi orang luar. Aissh, jinjja.”

“Hyung, fighting!” Sungmin mengeluarkan wajah aegyonya pada Heechul.

“Arasseo, arasseo, tapi jangan membuatku mual dengan wajah aegyomu itu Sungminie.”

“Hyung, aku berjanji akan menjaga Cutie Fishes dengan baik! Kau tidak perlu khawatir hyung…”

Plak!

Pesan yang terakhir itu benar-benar membuat Heechul naik darah. Heechul memukul kepala Donghae dengan sedikit kencang. Ternyata EunHae memang senasib. “Tidak perlu, Lee Donghae.”

“Aku pergi…” Heechul melambaikan tangan pada semua member Super Junior dan beberapa manajer yang sengaja datang untuk mengantar kepergiannya.

Hanya sebatas Dorm. Semua kerabat hanya mengantar Heechul hanya sebatas Dorm. Karena Heechul tidak ingin mereka mengantar kepergiannya. Hey, bukankah dua tahun lagi Heechul akan kembali? Dan yang para member lainnya harus lakukan adalah, terus mendukung dan membahagiakan para ELF.

Semua member dan manajer tersenyum. Mereka melambaikan tangan, berusaha untuk bersikap tegar. Tidak disangka, Kim Heechul yang sangat senang merawat diri berani maju lebih dulu untuk memenuhi kewajibannya sebagai warga negara yang baik.

“Aku pergi…” Heechul tersenyum lembut.

Selama perjalanan menuju Choongnam, Heechul membuka kaca mobilnya sehingga membuat wajahnya diterpa udara yang sejuk. Goodbye Super Junior, goodbye ELF, goodbye my Seira…”

Heechul kembali tersenyum. Dua minggu yang lalu, tepat sebelum Seira keluar dari rumah sakit, Heechul dapat mendengar dengan jelas seperti apa perasaan Seira. Sore itu Jino muncul, berniat untuk menjenguk Seira. Namun yang Seira lakukan adalah mengajaknya berbicara. Ya, berbicara dengan jujur adalah satu-satunya cara yang dapat Seira lakukan untuk menyelamatkan hati Jino.

“Jino-ya.”

“Ne.”

“Jangan jatuh cinta padaku,” ujar Seira dengan wajah menunduk.

“Mwo?”

Seira mengangkat kepalanya, hingga pandangan Jino dan Seira bertemu. “Jangan jatuh cinta padaku, jebal.”

“Waeyo? Kenapa aku tidak boleh jatuh cinta padamu?” Jino melemparkan sebuah pertanyaan yang membuat Seira salah tingkah.

“Karena aku…”

“Karena kau jatuh cinta pada Kim Heechul,” potong Jino dengan cepat.

Seira memalingkan wajahnya yang terasa panas. “Aniiii, aku tidak jatuh cinta padanya.”

Jino menatap Seira dengan lembut, semua rasa kesalnya menghilang. Sampai kapanpun, Jino tidak akan bisa membenci Seira. “Kim Seira telah jatuh cinta pada Kim Heechul, itulah kenyataannya. Dan aku, tidak dapat melakaukan apa-apa.”

“Jino-ya…”

“Seira-ya, semua yang aku katakan waktu itu adalah kenyataan. Keundae, aku tidak akan memintamu untuk membalas perasaanku. Kau hanya perlu mengetahuinya. Karena akau tidak dapat menyembunyikaan perasaanku selamanya bukan?” Jino tersenyum hangat.

“Ne, gomawoyo.”

Jino mengacak rambut Seira. “Berbahagialah dengan Heechul hyung. Dan aku akan tetap menjadi sahabat terbaik untukmu.”

Mata Seira membulat seketika. “Mwo? Heechul hyung?”

“Aissh, jinjja. Jangan berteriak seperti itu. Aku bisa malu jika ada yang tahu bahwa seorang Park Jino mau memanggil Kim Heechul dengan sebuatan hyung.”

“Kekeke~ Park Jino babo!”

Dari sudut yang tidak diketahui, Heechul membalikkan tubuhnya, dan perlahan satu senyuman mengembang diwajah Heechul. Ternyata perasaan Jino itu memang tulus. Dan Heechul salut padanya. Jino membuat Heechul merasa tenang. Karena dibelahan dunia ini, ada satu orang yang dapat Heechul percaya untuk menjaga gadis kecilnya ketika Heechul tidak ada disebelah Seira.

Dan Seira. Ah… gadis itu benar-benar membuat Heechul bahagia. Tanpa mengatakan cinta secara langsung, Heechul dapat mengetahui seberapa besar perasaan Seira padanya. Hanya dengan mendengar pembicaraan Seira dan Jino, maka semua sudah terlihat jelas. Dan yang harus Heechul lakukan mulai sekarang adalah, mempercayai gadis bernama Kim Seira.

*****

 

Seira menatap langit lepas. Sejak satu jam  yang lalu, mata Seira dengan setia menatap langit dan pemandangan disekitar halaman rumahnya yang dipenuhi pepohonan.

Seira tertidur dan menyandarkan kepalanya pada kedua tangan diatas sebuah ayunan yang terbuat dari kayu. Seira tersenyum saat mengingat bagaimana cara Heechul berpamitan pada ELF saat dirinya bersiap untuk melakukan pelatihan dasar di Choongnam, Nonsan beberapa hari yang lalu. Perpisahan itu hanya berlangsung selama beberapa menit. Namun mengesankan. Karena Kim Heechul tetaplah Kim Heechul. Namja narsis yang selalu membuat orang tersenyum dengan tingkahnya. Disaat para ELF bersedih, Heechul meminta para wartawan agar mengambil fotonya dengan angle yang bagus. Ah, Heechul oppa…

Lagu Memories kembali menggema. Satu pesan singkat masuk ke dalam handphone Seira.

From: Hyorin-ah

Seira-ya… Neo ara? Aku baru sadar satu hal. Ternyata Heechul oppa-mu itu memang tampan. Saat memakai pakaian militer sekalipun, ia tetap mempesona, kekeke~ Pantas saja banyak yang suka pada wajah Heechul oppa.

Satu hal lagi, oppa-mu itu… aku rasa ia akan baik-baik saja. Ia terlihat sangat serius dan tidak galak lagi seperti dulu. Aku yakin kau akan selalu mendukungnya J

From: Miss. HeeSeira

Arasseo. Aku tahu bahwa Heechul oppa akan baik-baik saja. Keundae, sedang apa kau di Choongnam? Jangan bilang bahwa kau sengaja meliput kegiatan Heechul oppa. Yaa! Park Hyorin.

Setelah pesan singkat itu, Hyorin mengirim sebuah foto. Seira rasa saat ini Hyorin sedang meliput kegiatan Heechul oppa. Hal itu terbukti dari foto yang Hyorin kirim. Foto saat Heechul sedang menjalani pelatihan. Dengan seragam militer, kepala yang nyaris botak, tangan yang sedang memberi hormat dan wajah yang serius, Heechul oppa terlihat sangat tampan.

Seira memandang foto itu dengan rasa rindu yang teramat sangat. Hyorin benar, Heechul oppa terlihat baik-baik saja. Dan itu tandanya, Heechul oppa dapat membuat ELF dan Petals merasa lega. Mengingat bahwa ada banyak air mata sejak Heechul oppa memutuskan untuk memajukan jadwal militernya.

“Heechul oppa, bogoshipo… Na do, saranghaeyo.”

Aku selalu berkata jika ada gadis yang merindukan Heechul oppa, pasti gadis itu sudah gila. Dan saat ini aku merasa gila, karena aku sangat sangat merindukanmu. Aku yakin oppa tidak tahu.

Oppa, baik-baiklah disana. Dan jangan pernah mencari gadis lain! Karena aku yakin, tidak ada gadis yang lebih baik dariku. Aku juga percaya kata-kata Kangin oppa. Bahwa disana hanya akan ada ahjumma tua.

Apa oppa tahu bagaimana perasaanku saat oppa mengatakan bahwa oppa ingin aku ada dihidup oppa selamanya? Bahagia… aku bahagia mendengarnya.

Aku tidak pernah mengatakan perasaanku dengan jujur. Karena aku tahu, mungkin suatu saat nanti oppa bisa membuatku terluka. Keundae, oppa tidak melakukannya. Oppa tidak pernah membuatku terluka.

Heechul oppa aneh, galak, menyebalkan. Tapi oppa selalu memberikan kata bahagia untukku. Dan itu sudah lebih dari cukup. Karena aku menyukai oppa dengan semua sifat aneh yang oppa miliki…