Author : Ayuningtyas
Title : Absolute Music and Art
Length : Sequel
Genre : Romance
Cast : MBLAQ member

Absolute Music and Art –Sketch.1

Cho Hyori story…

Pentas seni Universitas M adalah pekan raya yang diadakan setiap setahun sekali . Dalam pentas seni tersebut, tidak hanya music dan tarian yang ditampilkan. Kami juga menampilkan berbagai jenis karya dimulai dari seni pahat, seni ukir, seni tembikar, dan termasuk juga seni lukis.

“Sunbaenim…. Ada namja yang menunggumu tuh di depan.” Ujar salah satu hoobaeku yang turut serta menjaga stand seni tembikar bersamaku. Aku keluar dari stand dan menemui namja yang ternyata adalah Cheondung oppa.
“Annyeong.” Ujarnya sambil mencium pipiku, “Bagaimana? Kamu berhasil menjual tembikar-tembikarmu?”
“Yah lumayan…. Ada sekita 10 gelas-gelas yang bisa kujual,” jawabku antusias, “Kamu sendiri bagaimana? Penampilan solomu jam berapa?”
“Jam…. Sekitar jam 7 malam, masih lama sekali ya? hehehehe.” Jawab Cheondung oppa sambil menggaruk garuk kepalanya, “Kita ke tempatnya Dain yuk, pasti banyak lukisan yang sangat bagus disana.”
Aku mengangguk dan kami berdua segera pergi ke pameran seni lukis.

…..

Cheondung oppa tak berhenti membuka mulutnya, melihat karya-karya Dain yang luar biasa. Disana terlihat Dain yang sedang sibuk menggambar sesuatu.
“Annyeonghaseo Dain-sshi.” aku menyapanya dengan ramah, “Wah tampaknya lukisanmu laris manis ya?”
Dain yang sedang serius langsung terlonjak melihat kami berdua, “Oh.. annyeong Hyori. Iya nih padahal masih pukul 12 siang tapi sudah banyak yang minta dibuatkan sketsa wajah. Bagaimana dengan gelas, piring, dan mangkuk buatanmu?”
“Yahaha…. Sudah terjual beberapa set sih. Sisanya hanya anak-anak SMA yang tertarik dengan jurusan seni tembikar ini,” jawabku. “Oh iya, kau akan menonton pertunjukkan Nana kan hari ini?”
Dain mengangguk sambil konsentrasi lagi dengan lukisannya. Aku mengamati sekeliling, tidak hanya Dain yang konsentrasi penuh seperti itu. Tapi masih ada 8 orang lain yang melakukan tugas yangs ama seperti Dain, ada yang melukis dengan orang yang ingin dilukis, ada juga yang melukis berdasarkan foto di sebuah kertas ataupun HP. Ada juga yang melukis suasana ruang pameran.
“Kureyo….. lebih baik kita segera pamit Dain, sepertinya kau sedang sibuk sekali.” Jawab Cheondung oppa sambil melihat gambar-gambar Dain, “Kau istirahat pukul berapa?”
“Molla… mungkin pukul 2 aku sudah ganti tugas, dari melukis jadi mempromosikan.” Jawab Dain tak hilang konsentrasi terhadap lukisannya, “Nana pentas jam berapa?”
“Jam…. Jam berapa ya Hyori?” tanya Cheondung oppa padaku, “Oh… jam 5 sore. Jangan lupa nonton loh, kau kan juga chingunya.”
“Nee arra arra.” Jawab Dain tak berpaling dari sketsanya. Sembari aku memperhatikan Dain menggambar, tiba-tiba aku teringat sesuatu…
“Ah Dain-sshi…. memang sebenarnya kemarin kamu kemana sih?” tanyaku penasaran, “Apa kau mau memberitahuku?”
Dain menghentikan gerakan tangannya, lalu tersenyum kepadaku. “Jesonghabnida Hyori-sshi, aku tidak bisa memberitahumu karena aku sudah janji padanya kalau pertemuan kami itu rahasia.”

~~~~~

Author tells..

Dain mengucurkan banyak keringat setelah kepergian Hyori dan Cheondung. Entah kenapa, ia sebenarnya tidak senang keberadaannya terganggu oleh dua apsangan itu. Tapi apa boleh buat, Hyori sudah berbaik hati menengok dan menanyakan keadaannya.
“Ah…. Aku malas sekali kalau harus melihat penampilan Nana. Nanti kalau Joon sunbae melihat dan mendatangiku bagaimana? Walaupun beliau anak musik, tapi dia kan juga mengikuti ekskul tari.”
Dain, mengamati asil karyanya dengan puas, “Yeah…. Tinggal menelpon si pemesan.” Jawabnya sambil memencet mencet kontak dan langsung menelpon pelanggannya itu, “Annyeongsimika. Nee…. Ini saya Hwang Dain yang melukis sketsa wajah. Lukisannya sudah jadi omonim, silahkan kembali untuk mengeceknya. Gamsahabnida.”
“Oh betapa sibuknya yeoja ini….. sampai-sampai pesan dan teleponku tidak diangkat.”
Dain mendongak dan menemukan Lee Joon di depan wajahnya. Sebenarnya ia agak terkejut, namun ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya itu, “Mian.”
“Yak… ada apa sih denganmu? Apa aku melakukan salah padamu?” tanya Joon yang langsung duduk di sebelah Dain tanpa ijin dari yeoja itu, “Kenapa waktu itu kau tidak menemuiku di aula belakang?”
Dain diam saja dan menghembuskan nafas sepanjang panjangnya, “Aku takut kau terluka kalau kau mendengarnya.”
“Em waeyo?” tanya Joon dengan wajah yang penasaran, “Gwenchana, ceritakan saja daripada aku penasaran.”
Dain menatapi Joon dengan rasa tidak enak dan berkata, “Aku pergi dengan Seungho sunbaenim.”
Benar saja, wajah Joon berubah menjadi tidak enak. Ia menelan ludah berkali-kali dan matanya yang kecil menjadi agak lebar; siap meledakkan kemarahan.
“Eh eh…. kau janji kan tidak akan marah? Uri neun chingu ka?” ucap Dain sebelum Joon meledakkan amarahnya yang terlihat sangat besar. Lee Joon yang mendengarnya langsung lumer dan… mengangguk dengan sedikit terpaksa.
“Nee, urineun chingu.” Jawab Joon, “Tapi lain kali jujur saja ya, tidak usah disembunyikan seperti itu.”
Dain mengangguk dengan perasaan yang amat bersalah, “Mianhae. Ngomong-ngomong….. kau bukan Maetel lagi?” Dain menggapai rambut Joon yang kini sudah kembali menjadi warna coklat dan agak sedikit berantakan,
“Hahahahaha aku sudah bosan dengan warna rambut appeun namja itu.” Ucap Joon dengan nada yang senang. Ia meikmati tangan Dain yang memegang megang rambutnya cukup lama.
“Ah….. baguslah kalau kau sadar. Warna kuning platina kurang cocok untukmu, soalnya kulitmu jadi terlihat pucat seperti orang sakit.” Jawab Dain, “Keurigo…. Hari ini kau tidak pentas?”
“Nanti kalau aku pentas, kau terkejut lagi.” Jawab Joon penuh rahasia, “Tapi tenang saja. Kalau aku pentas aku pasti akan memberitahumu secepatnya.”
Joon pergi sambil mengacak acak rambut Dain dengan gemas, “Eish micheo namja itu mengganggu sekali. Rambutku jadi berantakan deh.”
“Yak Hwang Dain, itu kan Lee Joon sunbaenim. Apa kau sekarang kencan dengannya?” tanya salah seorang pelukis yang duduk di sebelah Dain.
“Anii…. Aku dan dia hanya teman baik, tidak lebih kok.” Jawab Dain sambil nyengir. Ia baru ingat kalau ini pertama kalinya dia dan Joon terlihat bersama di depan umum.
“Oh, baguslah kalau kalian berteman.” Jawab pelukis lain, “Tapi jangan sampai ya kalian berdua kencan. Aku bisa mencekikmu kalau kau melakukannya.”
Dain hanya tertawa mendengar ancaman temannya itu, “Ampun chinguduel……”

…..

Pukul 4 sore…

“Dain-sshi…. apa waktu jaga mu sudah selesai? Ayo kita menonton pentas bersama.” Ajak Seungho dibalik telepon Dain.
“Berdua saja? Byunghee oppa tidak diajak?” tanya Dain yang sedang membereskan stand lukisnya, “Aku juga ingin menonton penampilan Nana pukul 4 ini, bagaimana kalau kita bertemu disana saja?”
“Oh ide bagus, aku tunggu disana ya.” jawab Seungho sambil mengakhiri pembicaraan. Setelah menutup telepon, Dain segera mempercepat beres-beresnya dan segera menuju aula tempat pementasan berlangsung. Disana begitu ramai dikunjungi ratusan ribu manusia yang juga ikut menyaksikan penampilan kesukaan mereka. Namun mereka kurang menyukai tarian tradisional, sehingga Dain dengan mudahnya menerobos barisan depan yang mundur perlahan.
“Annyeong dongsaeng,” sapa Byunghee yang sudah dibelakang Dain bersama Seungho, “Kau sendirian saja disini? Mana chingumu si….. Lee Joon itu?”
Dain tidak menghiraukan godaan yang terlontar dari mulut Byunghee dan dengan cuek menatap panggung, “Diam lah oppa, penampilan Nana sebentar lagi nih.”
“Yak, kau mengacuhkan sunbaenimmu hah?” seru Byunghee sambil mencubit pipi Dain dengan gemas, “Kau mau mati dengan cubitanku??”
Dain yang dicubiti pipinya hanya bisa meringis dengan kesal, “Ah ah~!! Apuda apuda~~”
“Yak Byunghee-sshi.. kenapa sih kau menjahili dongsaengmu terus?” ujar Seungho yang melepaskan tangan Byunghee dari pipi Dain perlahan lahan, “Tuh lihat penampilannya sudah mulai. Lagipula kenapa kau tidak segera menghubungi Hyoni sih?”
Wajah Byunghee yang jahil tiba-tiba berubah menjadi bingung, “Ah molla….. lengan kirinya terkilir karena aku, jadi aku menyuruhnya istirahat. Tapi ia terus memaksa berlatih sehingga tangannya membengkak.”
“Ah pantas saja tadi pagi aku melihatnya ke rumah sakit bersama appanya.” Ujar Seungho. “Lalu… bagaimana dengan penampilanmu? Haruskah ditunda sampai besok?”
Byunghee menggeleng tanpa suara dan menatapi panggung yang meriah dengan tarian tradisional yang dibawakan para mahasiswa jurusan seni tari, “Aku akan melakukan solo, tanpa instrument apapun.”
Sementara mereka berbincang bincang pelan, Dain ternganga nganga melihat penampilan Nana yang begitu memilaukan di atas panggung, “Astaga… Seungho sunbae, Byunghee oppa~!! Lihat deh, itu temanku. Yang itu tuh…”
Dain menunjuk Nana yang keluar panggung bersama grupnya, “Oh… yeoja chingunya Mir ya? dia memang berbakat sih
“Mir? Siapa tuh?” tanya Dain yang kebingungan, “Nama namja nya itu Bang Cheolyong, bukan Mir.”
“Hahahahaha…. Kami memanggilnya Mir, Dain-sshi.” jelas Byunghee, “Soalnya dia kalau tertawa, mulutnya lebar sekali seperti naga (Mir)”
Dain manggut manggut, “Tapi menurutku, Cheolyong tidak seperti…..”
PET! Tiba-tiba lampu ruangan mati sehingga semua orang di dalam panik, “Yak… Byunghee oppa? Seungho sunbae? Kalian masih disitu?”
“Byunghee sedang menelepon Hyoni-sshi..” jawab Seungho, “Kau dimana Dain-sshi?”
Sebelum Dain menjawab, tiba-tiba ia merasakan ada Sesuatu yang menyentuh pipinya lembut. Seperti…. Seperti sebuah bibir?
“Ah.. ternyata kau disitu. Kemari, nanti kau nyasar lagi.” Seungho yang melihat Dain ketika lampu nyala kembali, langsung menarik tangan Dain dan mengganggamnya.
Sementara Dain…. Masih syok dan bertanya-tanya. Siapakah yang tadi mencium pipinya?

~~~~~

Jung Byunghee story…

“Beri aku waktu 4 hari untuk menyembuhkan lenganku, niscaya aku pasti bisa menemani oppa minggu depan.”

“Jung Byunghee… mana partnermu?” tegur seosangnim yang sedang mengarahkan para mahasiswa seni music lain untuk tampil.
“Aku… akan menyanyikan lagu secara solo seosangnim, tanpa instrument.” Jawabku mantap.
Seosangnim yang mendengarnya langsung marah dan protes, “Micheoseo? Kenapa kau tidak lapor sama saya dari tadi? Ah kau ini merepotkan sekali. Yak! Tolong carikan mahasiswa musik yang menganggur untuk menemani Byunghee tampil!”
“Tidak usah seosangnim. Butuh tambahan waktu untuk mempelajari lagunya, karena nadanya agak susah,” jawabku. “biar saya tampil sendiri saja.”
Setelah sedikit argument dengan dosenku, akhirnya ia menyuruhku untuk maju ke depan panggung dan segera melangsungkan penampilan.
“A.. annyeonghaseo, Jung Byunghee ibnida. Kali ini saya akan menyanyikan salah satu lagu buatan teman saya yang berjudul ‘You’re my +’ selamat menyaksikan.”
Aku menarik nafas mendengar orang yang berkasak kusuk karena penampilan soloku yang terkesan nekad ini. Tapi, waktu tidak bisa diputar lagi… ini saatnya unjuk bakatku.

naneun neoui Sweety… naegen neomu yeppeun neo
ojig neoman boyeo
jigeum naege dagawa nal an-wajwo niga neomu joh-aseo naegen
neomu sojung hangeol…

You know I….. you & I… ijesoya nege gobaeghalgoya
You know I …..you & I ..niga nae oggae e gidaelsuitgei

“When I fall in love love oh baby love love…. nan noreul johahandan marya~” tiba-tiba terdengar suara gitar bersama dengan suara khas yang selalu ku dengar setiap harinya. Suara Hyoni…
“When I fall in love love so many love love… nan ni sarangi piryohae nuga muoraedo , say I love you boy.”Ia memainkan gitar dengan sempurna, seperti saat kami berlatih. Ia tersenyum melihatku… dan kami bernyanyi bersama.

Baby U oh baby U….. Baby you&you no man saranghandan yagsog
no reul mae mam sogei gyeisog damadulgoya
Baby U oh baby U…. Baby you&you mallo pyohyonhal su obso
nae simjangi ganeundeiro marhae Say I love you

…..

“Hyoni-sshi….. kukira kau tak akan datang,” jawabku dengan nada tak percaya.. kalau Hyoni sekarang ada di depan mataku.
“Aku disini oppa, kenapa kau tak harus percaya. Hehehehe.” Jawabnya dengan senyum khasnya, “Mianhae… sudah membuatmu khawatir.”
Aku mengulum senyum dan merangkul pundaknya, “Kaja… kita harus pergi ke suatu tempat.”
“Memangnya kita mau kemana oppa?” tanya Hyoni yang mengikutiku berjalan, “Kau tahu? Tadi pagi aku sampai ke rumah sakit untuk membalut trisepku. Yah…. Supaya aku bisa bermain gitar bersamamu, aku kan sudah janji waktu itu. Kalau aku akan menemani oppa menyanyi.”
Aku menatapinya tak percaya. Terlihat sangat jelas kalau Hyoni adalah yeoja yang tak pantang menyerah dan selalu menepati janjinya, benar-benar sifat yang menawan…
“Duduklah… “ aku membawanya ke belakang aula gedung seni tari, tempat yang nyaman untuk bicara berdua saja, “Mau aku bantu?”
Hyoni memberikan gitarnya dan mencoba duduk perlahan-lahan, “Oppa… tolong jangan sampai membentur gitarnya ke tanah atau ke dinding. Aku merinding sekali mendengarnya.”
“Oke arraseo,” jawabku sambil ikut duduk dan menaruh gitar pelan-pelan, “Hyoni-sshi…. gamsahabnida. Tadi aku merasa senang sekali mendengar tepuk tangan yang meriah dari para penonton. Perasaan ini… begitu bergejolak. Ada rasa senang, bahagia, bangga, sekaligus sedih.”
Hyoni menatapiku dalam-dalam, “Sama-sama oppa…. Aku, tak mungkin melakukannya kalau bukan dengan… aigo, aku nyaris keceplosan~!!”
“Kalau bukan kenapa?” tanyaku yang penasaran dengan lanjutan kata-kata Hyoni, “Kenapa harus kau sembunyikan seperti itu sih?”
Hyoni tersenyum malu-malu dan… ia mengatakan sesuatu, “Aku tak mungkin membela belakan semua ini, membalut trisepku, dan berlari kesini…. Kalau bukan karena Byunghee oppa.”
“Wa…. Waeyo? Kenapa begitu?” tanyaku dengan wajah agak merona. Jangan bilang kalau dia…..
Hyoni terdiam sebentar, lalu tertawa tawa kecil dengan wajah yang memerah. “Nan…. Dangsineul joahaeyo oppa. Hehehehehe mianhanda kalau oppa tidak menyukai perasaanku.”
Aku mengerjap ngerjapkan mataku tidak percaya. Aku tidak salah dengar kan? “Jinjjaeyo? Kau tidak bohong kan? Wae…. Waeyo? Kok bisa suka sama aku?”
“Molla.” Jawabnya dengan wajah semerah kepiting bakar, “aku suka suaramu ketika bernyanyi oppa, aku menyukainya sejak pertama kali aku menjadi mahasiswa jurusan instrument musik. Seungho oppa yang mengetahuinya menyuruhku untuk mendampingimu menyanyi untuk ujian akhir dan pameran seni. Seungho oppa sengaja melakukannya supaya aku bisa lebih dekat denganmu oppa. Ia sengaja melakukannya,”
Aku terdiam mendengar pengakuan Hyoni, dasar si mata panda~!! Seenaknya saja merencanakan pendekatan dongsaengnya terhadapku. Tidak sopan!!!
“Lalu… setelah kau kenal aku lebih jauh, apa….. kau tidak menyesal mengenalku? Aku kan sering mengomel dan protes.” Tanyaku kepada Hyoni. Tapi…. Sekali lagi ia menjawab,
“Aku tidak menyesal kok. Aku senang bisa dekat dengan oppa seperti sekarang, aku senang bisa mendengar suaramu setiap kita berlatih. Dan aku menyukai semua yang ada dalam dirimu oppa, aku tahu kau mengomel untuk kebaikan kita masing-masing kan? Jadi…. Aku tidak pernah memikirkan hal itu.”
Ah… yeoja mandiri ini lagi lagi membuat wajahku merona seperti ini. Sepertinya….. aku pun mulai menyukainya~
“Ini….. pundak ini.” Aku menyentuh pundak kirinya, “Apa kalau disentuh seperti ini terasa sakit?”
Tiba-tiba Hyoni berjengit setelah pundaknya kusentuh, “Ah nee oppa, memang sakit. Tapi 3 hari lagi mungkin sudah bisa sembuh.”
“Ah kelihatannya sih begitu.” Aku masih memegangi pundak kiri Hyoni yang cedera itu, “Semoga….. ini bisa menghilangkan sakitnya sedikit.”
Dengan perlahan tapi pasti, aku merapatkan bahuku kearahnya, sembari meraih pundak kanannya yang tidak terluka. Kudekap Hyoni perlahan, dan…. Aku merasa sangat senang berada di dekatnya seperti ini.

Ah… aku jadi teringat ucapan Dain. Sepertinya yeoja yang ia maksud adalah Hyoni…..

Bersambung..

Credit : You’re my A+ By MBLAQ
Note: Sketch.1 sama dengan Inst. 11