LOVES ME, NOONA part 2

Title:  LOVES ME, NOONA

Author: Song Miin Ah

Main Cast : Kim Jonghyun, Park Hyunra

Support Cast : SHINee

Length : sequel

Genre : Romance

Rating : General

 

~~~~~

Hyunra POV

Benar-benar semakin dingin saja. Musim gugur. Aku menyukainya. Kurasa Jonghyun juga menyukainya, karena dia benci dengan panas. Tapi aku benci kalau sudah mulai hujan. Aku benci hujan. Setidaknya hari ini belum turun hujan.

Aku menuruni tangga gedung saluran televisi Korea, KBS. Hari ini anak didikku akan tampil disana. Jadi aku datang menemani. Kebetulan acaranya masih nanti sore, saat ini mereka sedang check-sound. Jadi kupikir tidak akan jadi masalah kalau aku tinggal sebentar untuk makan siang diluar.

“Hyunra-noona!!” panggil seseorang dari bawah tangga. Aku memicingkan mataku. Tampak seorang namja berambut pirang kecoklatan melambai-labaikan tangannya padaku. Kibum? Taemin? Yang jelas bukan Jinki dan Minho.

“Kibum-ah?” seruku memastikan. “Hehe, annyeong Noona. Mau kemana?” tanyanya. Aku melirik tampangnya yang sumringah. Kibum memang selalu ceria. Kali ini, pakaiannya terlihat sangat… eumh, terlihat seperti namja. Ia  mengenakan jas coklat tua dan memakai celana jeans hitam. Karena dia pakai syal, aku tidak tahu dia pakai baju warna apa. Kukira warna abu-abu.

“Aku mau makan diluar, Kibum. Kau tidak ikut check-sound?” tanyaku. Dia menggeleng cepat, “SHINee sudah check-sound kemarin. Hari ini aku datang ingin mengajak noona keluar.”

“Benarkah?” tanyaku. Dia mengangguk. “Kalau begitu, kau traktir aku ya?” tawaku. Siapa sangka dia mengiyakan?

 

~~~

Key POV

Aku  berhasil mengajaknya makan siang bersama. Jujur saja aku sedikit gugup ketika melihat sosoknya menuruni tangga tadi. Noona terlihat segar seperti biasa. Cantik dan terlihat muda tak sesuai usianya. Dia hanya mengenakan coat hijau tosca dan syal rajutan berwarna broken white. Seperti biasanya, rambutnya selalu dibiarkan tergerai. Ia hanya menjepit poni depannya kebelakang. Aku selalu suka stylenya yang sederhana itu.

“Waeyo Kibum-ah? kenapa kau perhatikan aku seperti itu?” dia menoleh kearahku setelah sadar aku perhatikan. Wajahku sontak memerah. “Noona terlihat cantik hari ini…” ucapku tanpa sadar.

Dia memamerkan senyumnya padaku, “Benarkah? Kukira aku berantakan sekali hari ini. Tadi kami terlambat soalnya. Tapi… kau malah bilang aku cantik. syukurlah, aku jadi lega.”

Kami bicara terus selama perjalanan. Aku ingin membawanya kerestoran terjauh yang bisa kucapai. Aku tidak mau percakapanku dengan Hyunra-noona berakhir rasanya.

“Kapan rambutmu kembali coklat lagi, Kibum-ah?” tanyanya.

“Ah ini? Aku tidak tau, noona. Mungkin setelah debut Jepang selesai. Rencananya, aku akan beritahu stylist kami. Aku ingin setelah Lucifer Jepang, rambutku kembali coklat. Aku kurang nyaman dengan rambut blondeku. Kurasa ini tidak bagus…” keluhku sambil meraba-raba rambutku.

“Bagus kok. Coba Noona lihat…” dia meraih rambutku dan membetulkan letak poniku. Astaga, aku merasa ada ribuan kereta terasa melewati jantungku. Aku bahkan merinding ketika tanganya menyentuh rambutku. Bahkan hanya rambutku.

“Noona hanya rindu dengan rambut coklatmu. Tapi, bukan berarti blonde jelek loh? Menurut noona, kibum adalah orang pertama yang cocok diapakan saja. Tau kenapa? Karena Kibum tampan. Satu hal lagi yang tak bleh kau lupa, semua itu karena Kibum Istimewa…”

Dia, gadis itulah yang membuatku selalu ingat kejadian 2 tahun lalu.

 

-flashback-

           

Aku akan menyumpahi stylist brengsek yang telah memotong rambutku hingga begini. Oh Tuhan… apa yang dia lakukan padaku? Hanya setengah kepalaku yang berambut. Dan… oh tidak ini kacau.

            kami akan mulai comeback stage kami, Lucifer. Konsepnya luar biasa bagus. Tapi ini… ahhh!!! Stylist itu memang sialan. Akan kusuruh manager-hyung memecatnya. Bahkan aku tidak berani menatap bayanganku di cermin. Rasanya ingin menangis…

            “Jonghyun-ah? ah maaf…” seseorang membuka pintu ruangan kami. Ah, dia Park Hyunra. Dan dia jadi orang pertama-aku tidak menghitung stylist brengsek itu-yang melihat rambutku ini.

            “Kibum-ah? Kau baik-baik saja?” dia menatap mataku dari cermin. Aku memalingkan wajahku. membenamkannya di antara tanganku. Aku bisa mendengar derap kakinya yang mendekatiku. “Angkat wajahmu, Kibum-ah.” dia memutar kursiku dan berlutut dihadapanku. “Kau baik-baik saja? Noona khawatir.”

            Aku tidak menjawab, hanya mengelus tragis rambutku yang ‘sedikit’ itu.

            “Tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Kau terlihat sangat bagus.” Ujarnya meyakin kan. “Ini buruk. Sungguh.” Balasku tanpa mengangkat wajahku. dia tertawa pelan lalu mengangkat wajahku.

            “Hem… coba noona lihat… kurasa tidak ada yang buruk. Mungkin kau salah lihat kibum-ah. Ini benar-benar bukan Kim Kibum yang terlihat buruk. Tapi Kim Kibum yang terlihat sangat tampan. Coba kau lihat dicermin.” Dia kembali memutar kursiku menghadap cermin.

            Bagaimana yeoja ini bisa menghilangkan hampir 75 persen keraguan yang tadi menghantuiku hanya dengan beberapa kalimat?

            “Kau tau? Menurut noona juga menurut penggemarmu, kibum adalah orang pertama yang cocok diapakan saja. Tau kenapa? Karena Kibum tampan dan sangat profesional. Dan satu hal lagi, itu karena Kibum Istimewa. Tidakkah Kibum merasakan hal yang sama seperti noona?” tanyanya sedikit membisik kearahku.

            Sedetik kemudian aku bahkan sudah lupa kalau aku sempat kehilangan kepercayaan diriku. 2 detik kemudian, aku berdebar hebat ketika melihatnya tersenyum padaku.

 

-flashback end-

 

Aku membawanya ke sebuah  TK tempat sepupuku bersekolah. Tadi aku sudah izin padanya. Dia bilang tidak masalah kalau aku membawa sepupuku. Syukurlah, untung dia perempuan yang suka anak-anak.

“Siapa namanya, Kibum?” tanyanya semangat ketika kami masuk ke TK. “Imra.” Balasku. Dia nampak senang sekali. Aku harus terus menahan tawaku ketika melihatnya terpesona dengan TK itu.

“OPPA!!!!!!!!!!!!” ah, anak itu sudah pulang.

 

~~~

Hyunra POV

“OPPA!!!!”

Aku langsung mendelik kearah lorong. Seorang gadis kecil dengan seragam pink berlari dan memeluk lutut Kibum. “Hai, Imra. Bagaimana sekolahmu?” balas Kibum sambil berlutut didepannya. “Menyenangkan.” Balas anak itu.

Aih…. Kyeopta… rambutnya merah dan dikepang dua. Aku jadi ingat Taeya, sepupu Jonghyun, ketika Taeya masih kecil ia juga terlihat sangat manis. Dia melirikku dengan tatapan heran. “Siapa dia, oppa?” ia berbisik pada Kibum.

Kibum tertawa pelan lalu mendorong Imra berdiri didepanku, “Dia teman, oppa. Park Hyunra-eonni. Coba dengar Imra, nama keluarganya sama denganmu kan?”

“Namaku Park Hyunra. Senang berkenalan denganmu.” Aku ikut berlutut didepannya dan mengulurkan tangan kananku. Dengan malu-malu dia menerima uluran tanganku.

“Park Imra imnida. Senang berkenalan denganmu juga, eonni.”

Aku merasakan tangannya yang sedikit dingin dan wajahnya yang memerah. Dia kediginan rupanya. Aku melepaskan syalku dan memakaikannya di leher Imra. “Kau kedinginankan? Ini kuberikan syalku. Kau harus jaga baik-baik pemberian eonni ini ya? Arrachi?” ujarku mengulurkan kelingkingku padanya.

 

~~~~

Key POV

 

Dia bukan hanya pandai menarik hati namja kurasa. Hanya setengah jam, Imra bahkan sudah sangat dekat dengannya. “Kau mau makan apa, noona?” tanyaku. “Mmh… apa ya? Imra-yah, kau mau makan apa?” tanyanya balik pada Imra.

“Takoyaki! Ayo kita makan Takoyaki di taman, oppa!!” serunya. Aish, aku kan bertanya pada Hyunra-noona. Bukan kau. Tapi apa boleh buat. Kurasa Hyunra-noona juga tak akan keberatan.

Aku memajukan kecepat mobilku dan hanya dalam 15 menit kami sudah sampai di taman kota. Begitu sampai, Imra langsung ngacir keluar mobil. Susah juga. padahal tadinya aku ingin makan siang romantis. Kurasa keputusanku menjemput Imra pulang tidaklah benar.

“Wah, aku tidak tahu kalau disini ada warung takoyaki…” ujar Hyunra-noona. Dia terus saja menggosok-gosokkan tangannya. “Kemari noona…” aku langsung memakaikannya syalku. Aku bisa melihat wajahnya yang kaget karena perlakuanku. “Dinginkan? Sudah sepantasnya namja melindungi yeoja. Apalagi kalau yeojanya yeoja cantik seperti noona.” Tukasku.

~~~~

Jonghyun POV

 

“Ada urusan apa?” kurasa itu kata pertama yang paling tepat kuucapkan ketika aku menjemput Sekyung. Bukan menjemput kurasa, dia yang memaksaku datang kesini.

“Apa-apaan kau? Kenapa kasar? Kita kan mau makan siang bersama, Jonghyunnie…” katanya sambil masuk kedalam mobilku. “YA! kenapa kau duduk disampingku? Duduklah dibelakang…” aku langsung menarik seatbelt-nya. “Kau mau dianggap sebagai supirku?” tanyanya sambil memicingkan matanya seperti biasa.

“Lebih baik aku dianggap supirmu daripada dianggap pacarmu,” aku langsung duduk dikursi kemudi. “Lebih baik aku naik mobil sendiri daripada duduk dibelakang. Kau, siap-siap saja akibatnya!” ancamnya.

Gadis ini tidak tampak seperti malaikat se ujung jaripun. Bahkan kurasa dia bukan gadis. Nenek sihir mungkin. Aku harus berterimakasih pada dongeng karena telah membuat tokoh jelek yang bisa kusandangkan pada Sekyung.

“Naik. Hitungan 1 sampai 3. Atau kutinggal kau.”

Dia langsung naik dan memasang seatbelt-nya. “Tapi aku yag tentukan kita makan dimana.” Kataku sambil menyalakan mesin.

 

~~~~

Key POV

 

Dia sibuk menyuapi Imra takoyaki. Mumpung mereka sedang tenang, aku mengeluarkan kamera dan mulai memotret. Dia cantik. Aku selalu mengagumi wajahnya yang tulus dan keibuan. Tatapannya teduh dan selalu memberi isyarat tenang-kau-aman-Aku-bersamamu.

“Ya! Kibum-ah… apa yang kau lakukan? Kenapa kau potret-potret?” gerutunya ketika ia sadar. “Tidak apa-apakan? Ini kenangan seumur hidup.” Balasku. “Aih, kau mengucapkannya seakan kita akan berpisah besok.” Tawanya.

“Jangan hanya foto aku! Ayo foto bersama.” Ia menarik lenganku.

“Bagaimana? Aku tidak bawa tripod.”

Dia berfikir sejenak lalu berlari kearah ahjussi yang sedari tadi duduk di kursi yang tak jauh dari kami, “Ahjussi… bisakah kau tolong fotokan kami?”

“Wah, pengantin baru ya? baiklah. Ayo, merapat.” Tawa Ahjussi itu sambil menerima kamera dari tangan Hyunra-noona. Pengantin baru? Mendengar kalimat itu, wajahku sontak memerah. Aku langsung menggendong Imra dan berdiri sedekat mungkin dengan Hyunra-noona.

“Nah selesai. Wah, kalian pasangan yang serasi. Anak kalian juga cantik begini.” Ahjussi itu menunduk dan mengelus-elus rambut Imra. “Aniyo… kami tidak menikah, Ahjussi…” tepis Hyunra-noona, sukses membuatku kecewa.

“Bukan menikah, Ahjussi. Tapi pacaran!! Eonni cantik ini pacar oppaku!!” seru Imra tiba-tiba. “Wah, dia Oppamu ternyata. Kukira kalian pasangan muda. Dan gadis cilik ini anak kalian…” kaget Ahjussi itu.

Entah ada angin apa aku melihat wajah Hyunra-noona memerah. “Lihat-lihat! Mereka pengangan tangan! Mesra kan, ahjussi?” seru Imra girang. Aku langsung menoleh kebawah. Dasar anak kecil nakal, ternyata dia membuat tanganku dan tangan noona bergandengan. Pantas saja wajah noona langsung memerah begitu.

“Wah iya. Haduh. Sudah sana-sana. Kencan lagi. Aku jadi mengganggu kalian kan?” tawa ahjussi itu semakin menjadi.

 

~~~~~

Jonghyun POV

 

“Bukan menikah, Ahjussi. Tapi pacaran!! Eonni cantik ini pacar oppaku!!”

Bukankah itu suara anak kecil bandel yang sering dibawa Key ke Dorm? Suara itu sontak membuatku penasaran.

“Wah, dia Oppamu ternyata. Kukira kalian pasangan muda. Dan gadis cilik ini anak kalian…”

Kali ini suara namja. Namja tua. Aku yakin yang bicara kali ini bukan Key. “Lihat-lihat! Mereka pengangan tangan! Mesra kan, ahjussi?”

Suara itu benar benar mengusikku. Aku pun berdiri dan berjalan mencari asal suara itu. “YA! Jonghyun!! Mau kemana kau?” ketus Sekyung yang tengah asyik makan takoyaki.

“Wah iya. Haduh. Sudah sana-sana. Kencan lagi. Aku jadi mengganggu kalian kan?”

Beberapa detik setelah aku mendengar suara itu, aku melihat sesuatu yang membuatku menjatuhkan semua takoyaki yang menjadi makanan favoritku selama 21 tahun.

 

~~~~

Hyunra POV

 

Ini gawat. Aku terus berdebar hebat. Kepalaku pusing dan aku susah bernafas. Kibum terus saja menggenggam tanganku. Bahkan lebih kencang dari beberapa menit yang lalu. Syal ini juga. baunya bisa tercium olehku. Membuat lututku semakin lemas.

“NOONA!!” seseorang berteriak dari belakang, sontak lututku kembali kokoh berdiri.

 

~~~~

Jonghyun POV

 

Aku berteriak kepadanya, berlari dan menariknya lepas dari Key.

“YA! JONGHYUN-AH! apa-apaan kau ini?!” bentaknya padaku. Aku terus menariknya menjauh dari kerumunan. “Aish, sakit bodoh!” dia meronta dan melepaskan tanganku.

“Apa-apaan kau? Kenapa kau seperti itu sih? Dari beberapa hari yang lalu… kau terus saja bersikap aneh…”

“Apa maksud noona berlaku seperti itu?” tanyaku. “Apa maksudku? Jonghyun-ah kau kenapa?”

“APA MAKSUDMU?” bentakku. Maaf, aku terlanjur marah padamu. Pada Key. Pada diriku. “Apa maksudu jalan berdua dengan Key? Dengan bocah kecil dibelakang kalian itu? Kau ingin terlihat seperti seorang istri dari Kim Kibum?” aku terus saja menunjuk Key.

“Tidak begitu. Kami hanya makan berdua.”

“Kenapa tidak denganku? Kenapa dengan namja lain?”

“Kau juga sibuk dengan Sekyung-ah kan? Memang kau siapa melarangku makan berdua dengan Kibum? Kau hanya dongsaengku. Lagipula kami tidak berdua. Ada Imra-yah disana. Lihat dirimu Jonghyun. Astaga aku bingung padamu. Apa mau mu sebenarnya?”

“Kenapa kau tak pernah melihatku? Kenapa kau hanya melihatku sebagai dongsaengmu?” aku terus menatapnya nanar. “Kau kan memang dongsaeng-ku, Jonghyun!”

“Key juga dongsaengmu kan? Tapi kenapa kau bisa melihatnya sebagai seorang namja. Kenapa aku tidak bisa?”

“Jangan bawa Kibum dalam pembicaraan kita. Aku hanya ingin melihatmu sebagai dongsaengku! Kalau aku melihatmu sebagai namja… aku bisa… bisa saja aku..”

“Bisa apa?”

“Bisa saja aku  tidak mau sedekat dengan ini denganmu. Bisa saja aku, aku tidak mau mengunjungimu lagi. Bisa saja aku…. aku tidak menyayangimu lagi. Kumohon jangan meminta lebih dariku. Aku tidak bisa Jonghyun-ah…” ia mulai mengeluarkan air matanya. Aku tidak suka melihatnya menangis. hatiku pasti akan terasa sangat sakit ketika melihatnya menangis. apalagi aku yang membuatnya menangis.

“Noona…” Key berlari mendekati Hyunra-noona dan memegangi pundak kecil noona. Harusnya aku satu-satunya orang yang boleh melakukan itu pada noona.

“Baiklah. Aku yang akan bertindak.”

Dia mendongakkan kepalanya kearahku.

“Aku yang akan membuatmu melihatku. Menjadi namja yang bisa merebut hatimu. Tapi jangan berharap aku akan memanggilmu Noona lagi. Kau juga… mulai lah biasakan panggil aku dengan nama Jonghyun.” Ujarku sambil belalu secepat mungkin karena Key mulai memeluk ‘noona’ku. Aku bisa mati kalau terus berdiri disana.

 

~~~~

Key POV

 

Aku tau dia akan sedih. Tapi aku tidak menyangka dia akan membisu ketika aku mengantarnya pulang ke apartementnya. Bukan hanya membisu. Dia juga tak mengalihkan pandangannya sama sekali.

Dia hanya membungkuk ketika kami sampai dan aku membukakan pintu mobil. Aku tidak tau kalau dia akan merasa sesakit itu karena Jonghyun. Kuharap dia tidak menyukai Jonghyun.

“Noona…” panggilku ketika dia mulai berjalan kearah apartementnya.

“Wae?” dia membalikkan badannya. Tanpa fikir panjang, aku langsung memeluknya seerat yang aku bisa. “Ki.. Kibum-ah?” aku tau dia akan kaget dengan perlakuanku.

“Kau sayang padaku kan, noona? Kalau begitu boleh aku minta satu permintaan?” pintaku tanpa melepas pelukanku. Dia tidak menjawab. Kuanggap itu sebagai ‘boleh’.

“Izinkan aku berusaha mengambil hatimu. Jeongmal saranghaeyo, noona.”