My Love in Maple Tree

 

Author: Chenhye

Genre: Romance, Angst, Sad

Length: Ficlet

Cast: Park Jiyeon T-ara, Yoo Seung Ho actor

 

My Love in Maple Tree

About you and I

Semilir angin sore segera menerpa wajah ku ketika kaca mobil disisi kanan ku bergerak turun. Mata ku yang sejak tadi memandangi tempat itu dari balik kaca mobil, kini dapat dengan jelas melihat tempat itu. Tempat itu.. taman itu.. Ya, taman itu masih sama. Indah dan tenang.

 

“ Pak, tunggu sebentar. Saya ingin jalan-jalan sebentar disini. “ kata ku pada sopir pribadi ku. Beliau hanya mengangguk.

 

Aku segera membuka pintu mobil. Angin sore yang sejuk kembali menerpa wajah ku hingga membuat rambut ku yang panjang menutupi sebagian sisi wajah ku. Aku menghembuskan nafas perlahan, mencoba mengatur nafas ku. Mencoba untuk menenangkan emosi ku. Ya, taman ini memang selalu membuat aku harus mengendalikan emosi ku.

 

Ku genggam sebuah map warna biru yang sejak tadi tergantung ditangan ku dengan lebih erat. Lalu melangkahkan kaki ku perlahan, melangkah diatas hamparan rumput hijau yang indah.

 

Setiap langkah ku mengingatkan sesuatu yang begitu berarti dalam hidup ku. Di taman ini, sesuatu yang bahkan tak bisa ku lupakan dalam hidup ku sekali pun. Sesuatu yang sekarang lebih pantas disebut kenangan.

 

Ku edarkan pandangan ku ke sekeliling taman. Hamparan rumput hijau, pepohonan yang daun-daunnya mengering, semak-semak, dan beberapa bunga-bunga yang cantik menghiasi taman ini. Bagi ku taman ini adalah taman yang paling indah yang pernah ada di Korea.

 

Memang, semua taman pasti identik dengan objek-objek yang telah ku sebutkan. Tetapi taman ini berbeda, bagi ku taman ini yang paling indah, terindah. Karena, di taman ini lah aku menemukan cinta pertama ku. Cinta pertama dan terakhir ku.

 

Tiba-tiba mata ku yang sejak tadi menerawang menangkap sesuatu. Sesuatu yang begitu berkesan dimemori ku. Sesuatu yang bahkan hingga tua pun aku pasti akan selalu teringat.

 

Pohon maple

 

Mata ku menangkap sosok pohon itu yang berada tepat didekat sebuah kursi panjang. Pikiran ku melayang, teringat pada kejadian yang pernah terjadi dibawah pohon maple itu.

 

Flashback

 

Angin musim gugur menerpa wajah ku hingga membuat mata ku yang sejak tadi terpejam menikmati suasana di taman ini terbuka perlahan-lahan. Ku selipkan rambut ku yang berkibar-kibar karena tertiup angin, rambut itu menghalangi pandangan ku.

 

Ku rasakan sesuatu yang ringan terjatuh tepat dikepala ku, segera ku raih benda itu dari kepala ku. “ Ah, daun maple! “ seru ku riang. Aku lalu mendongakan kepala ku ke atas, dedaunan kering dari pohon maple turun berjatuhan. Sangat indah.

 

Maple tree.. Oh maple tree.. Place I found someone. Someone that make me interested..

A girl that sleep in long desk.. Autumn girl..

 

Tiba-tiba aku mendengar suara seorang lelaki bernyanyi diiringi dengan petikan gitar. Suaranya sangat merdu hingga membuat aku tertarik untuk mendengarkannya lagi.

 

Autumn girl.. You.. You.. You.. My autumn girl under maple tree

 

Aku mendengar kembali suara lelaki itu. Sepertinya dia sedang menciptakan sebuah lagu. Aku segera beranjak dari bangku panjang dan mencari asal suara itu. Hingga mata ku menangkap sosok seorang lelaki yang sedang duduk bersandar dibawah pohon maple, pohon yang sama dengan ku. Lelaki itu sedang bergumam sembari sesekali memetik gitar yang terpangku dipahanya.

 

Rambut lelaki itu agak kehitaman, tubuhnya cukup berisi, dan terlihat sangat tampan. Untuk beberapa saat aku terpaku ditempat, memandangi lelaki itu. Pertama kalinya, aku melihat seorang lelaki tampan berada di taman ini.

 

“ Omona! “ seru lelaki itu, terkejut ketika menyadari ada seseorang berdiri didekatnya. Seruannya pun berhasil membuat ku tersadar dari keterpesonaan ku pada sosoknya. “ Seoseonghamnida. “ ucap ku sembari menundukan kepala kaku padanya. “ Ah, aniya. Seharusnya aku yang minta maaf, karena telah mengganggu ketenangan mu. “ kata lelaki itu sembari beranjak berdiri. Wajahnya tampak terkejut.

 

Aku kembali terpaku ketika melihat lelaki itu berdiri, sosoknya jauh lebih tampan dibanding ketika aku melihatnya duduk. Tubuhnya tinggi, tatapan matanya teduh, sosok lelaki yang benar-benar sempurna. “ Suara mu bagus. “ ucap ku sembari tersenyum kecil.

 

“ Eh? Ahh.. gomawo. “ jawab lelaki itu sembari mengaruk tengkuknya, salah tingkah. “ Kau sedang membuat sebuah lagu? “ tanya ku lagi. “ Nee..  “ jawabnya sembari tersenyum senang. “ Bolehkah aku mendengarnya lagi? Sedikit saja. “ pinta ku agak gugup. Aku benar-benar merasa tertarik dan ingin mendengarnya dengan lebih jelas lagi. “ Hmm.. tentu.“ jawab lelaki itu agak ragu.

 

Lelaki itu kemudian kembali duduk dan mulai bernyanyi sembari memainkan gitarnya. Entah kenapa, aku merasa ada yang janggal dengan lirik lagu itu. Sepertinya lirik itu menggambarkan diri ku. “ Lagu ini memang menggambarkan diri mu. “ ucap lelaki itu tiba-tiba, membaca pikiran ku.

 

“ Eh? “ tanya ku agak terkejut. “ Ketika melihat mu, tiba-tiba aku mendapatkan inspirasi untuk menulis lagu. “ ucap lelaki itu. Aku hanya bisa terdiam, tak tahu harus berkata apa.

 

Lelaki itu pun tampak agak malu dan tidak enak pada ku. “ Tidak apa-apa. Aku senang ada orang yang mengekspresikan diri ku dalam sebuah lagu. “ jawab ku asal, berusaha untuk membuatnya tidak canggung.

 

“ Jinjjayo? Gomawo.. “ ucap lelaki itu lagi. “ Oh iya, kenalkan.. aku Yoo Seung Ho. “ ucapnya sembari mengulurkan tangannya. “ Aku.. Park Jiyeon. “ ucap ku sembari membalas uluran tangannya dengan ragu. Dia tersenyum manis, aku pun membalasnya dengan senyuman kecil.

 

Flashback End

 

Disana lah -pohon maple- pertama kalinya aku melihat sesosok pangeran berkuda putih, pangeran berkuda putih yang berhasil merebut hati ku, untuk pertama kalinya. Yoo Seung Ho, dia lah pangeran berkuda putih itu. Sosok pria tampan yang berhati lembut.

 

Sejak saat itu, kami menjadi lebih dekat hingga menyatakan perasaan suka yang sebenarnya sudah sejak pertama kali bertemu kami rasakan. Taman ini, di tempat ini lah awal cerita cinta kami. Menyenangkan, mengharukan, semuanya, terjadi di taman ini.

 

Namun, semua itu telah menjadi kenangan. Karena pangeran berkuda putih itu telah menghilang. Menghilang dari hidup ku, dari muka bumi ini. Dia telah menghilang dibalik angin, dia.. sudah tenang di alam yang berbeda dengan ku. Mengingat itu, mata ku mulai terasa panas. Hati ku mulai tak bisa mengendalikan emosi ku.

 

Aku kemudian berjalan, mendekati pohon maple itu. Hati ku benar-benar terasa perih, langkah ku amat terasa berat untuk melangkah menuju pohon itu. Pohon yang penuh kenangan indah. Perlahan-lahan, daun-daun maple mulai berguguran, seperti menyambut kedatangan ku. Aku tersenyum kecil memandangi dedaunan maple yang berguguran.

 

Sesaat kemudian aku berjalan menghampiri bangku panjang yang ada dibawah pohon maple. Bangku panjang tempat aku biasa tertidur karena terlalu asyik menikmati angin musim gugur. Di pohon ini juga, tempat Seungho menyanyikan sebuah lagu yang memang sengaja diciptakaannya untuk ku. Semuanya terasa sangat menyenangkan bagi ku.

 

Bahkan hingga sekarang, walau sebenarnya jauh didalam hati ku aku merasakan sakit yang teramat. Aku bahagia karena ada seseorang yang sangat mencintai ku. Tanpa ku sadari, cairan bening mengalir dari kedua mata ku. Aku mulai merasakan sesak didada ku.

 

Aku segera menghapus air mata itu perlahan, dan memejamkan mata ku. Membiarkan diri ku menikmati angin musim gugur dibawah pohon maple seperti dulu.

 

Maple tree.. Oh maple tree.. Place I found someone. Someone that make me interested..

A girl that sleep in long desk.. Autumn girl..

Autumn girl.. You.. You.. You.. My autumn girl under maple tree

 

Tiba-tiba telinga ku mendengar sebuah lagu yang familiar, lagu itu.. lagu yang diciptakan Seungho untuk ku. Awalnya aku merasa lagu itu hanya sebuah khayalan, namun entah kenapa lagu itu terasa amat jelas ditelinga ku. Aku segera membuka mata ku dan beranjak dari bangku, berjalan ke balik pohon maple. Berharap menemukan dirinya disana, sama seperti dulu.

 

Namun, aku tidak menemukan sosok orang itu. Sosok Yoo Seung Ho yang dulu bersandar dipohon ini sembari memetik gitarnya. Ku rasakan, air mata mulai membasahi pipi ku lagi. Kali ini hati ku benar-benar terasa amat perih. Aku merindukannya, aku merindukan sosok Yoo Seung Ho.

 

Ku rasakan kaki ku mulai melemah, hingga kaki ku tidak mampu lagi menompang tubuh ku. Aku terkulai lemah sembari membekap mulut ku, berusaha untuk merendam isak tangis ku yang semakin menjadi-jadi. Aku tidak bisa membohongi diri ku lagi, aku benar-benar merindukannya.

 

Mata ku tiba-tiba menangkap sebuah ukiran yang ada dibatang pohon maple, tulisan itu terlihat samar-samar, namun aku masih bisa melihatnya. Dengan tangan gemetar, ku sentuh ukiran itu.

 

Seungho ^^ Jiyeon

 

Tulisan dibatang pohon itu. Aku teringat, saat hari kelulusan sekolah, Seungho mengukir tulisan itu dengan sebuah batu. Katanya, ini menandakan bahwa cinta kami bersemi di pohon maple.

 

Lagi dan lagi, air mata ku kembali mengalir mengingat kejadian itu. Mengapa ini semua terasa amat menyulitkan untuk ku. “ Oppa, waeyo? Kenapa kau harus pergi dari hidup ku? “ gumam ku sembari menyandarkan tubuh ku dipohon maple. Ku tekan dada ku kuat-kuat, mencoba meredam rasa sakit di dada ku.

 

“ Hari ini.. sebenarnya hari ini adalah hari yang amat berarti bagi ku. Aku kesini untuk memberitahu pada mu, bahwa aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah ku di Australia. “ ucap ku berusaha berbicara ditengah isakan tangis ku.

 

“ Aku sudah menjadi remaja yang pintar sesuai yang kau inginkan, kan? “ ucap ku lagi, seolah aku sedang berbicara pada Seungho. Perlahan aku membuka map biru yang sejak tadi ku genggam, didalam map itu ada bukti surat kalau aku mendapat beasiswa kuliah di Australia.

 

“ Oppa.. aku tahu, seharusnya aku tersenyum mendapatkan ini semua. Tetapi, bagaimana aku bisa tersenyum ketika orang yang selama ini membantu dan menemani ku hingga aku menjadi seperti sekarang telah tiada? “

 

“ Oppa, aku merindukan mu. Aku merindukan semua yang ada pada diri mu. Aku.. ingin.. mendengarkan kau bernyanyi lagu itu lagi untuk ku. “ ucap ku dengan terbata-bata.

 

“ Besok aku akan berangkat ke Australia, ….jam 9 pagi. “ Aku terdiam sejenak, mencoba untuk mengatur nafas ku yang terasa sesak.

 

“ Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih, karena oppa telah memberikan ku kesempatan untuk mencintai dan dicintai. Terima kasih untuk semua yang telah oppa berikan pada ku. Terima kasih, karena oppa telah membuat hidup ku lebih berwarna. “

 

“ Oppa, saranghae.. “

 

Ku rasakan angin sore terasa semakin kencang, hingga membuat rambut ku berkibar dan menutupi sebagian wajah ku. Dedaunan di pohon maple pun berguguran dan terbang dibawa angin.

 

Aku tahu, walau sosok Yoo Seung Ho kini telah tiada, tetapi cintanya masih dapat ku rasakan. Aku tahu, selamanya Seungho mencintai ku sama seperti aku mencintainya. Selamanya, cinta kami akan terukir di pohon maple ini.

 

The End