YeVie world : An odd love with my mysterious maid~~ (Part 2)

Author : Choi Vie
Length : Continue
Genre : Romance
Cast : Kim Jongwoon/ Yesung , Choi Soo Mi/Choi Vie

It’s just a simple love

Simple dream

And simple wish.

 

Aku mencintainya.

Mencintai kepribadiannya meski terkadang tampak sedikit aneh.

Dia yang mampu membuat jantungku berdegub kencang.

Mampu membuatku tertawa melihat tingkahnya.

Mampu menangis melihat kepedihannya.

Mampu membuatku tergila-gila karena parasnya.

Dialah….

Kim Jongwoon..

 

Author’s POV

 

“Jongwoon-ah, apa kau bisa membantuku?”

Vie tiba-tiba menghampiri Yesung yang kini sedang duduk disofa ruang tv menghabiskan hari liburnya dengan menonton segala kaset film koleksinya. Vie langsung duduk disebelah Yesung, rautnya cukup kusut entah kenapa sebabnya. Sebagai tanda merespon Yesung langsung mengalihkan tatapan matanya ke arah Vie.

“Wae?”

“Ini.”

Vie menjulurkan sebuah amplop. Dan dengan perasaan bingung Yesung meraih amplop itu dari tangan Vie. Memandang yeoja disampingnya dengan penuh tanda tanya. Perlahan tangan Yesung membuka amplop itu. Dikeluarkannya beberapa kertas dari dalam amplop itu.

“Nilai IP?”

Tanya Yesung seraya membaca isi kertas itu. Matanya kini menatap Vie seakan bertanya apa maksudnya Vie memberikan itu padanya. Vie mengangguk lesu dan semakin menekuk wajahnya. Seakan menginginkan bala bantuan dari Yesung secepatnya.

“Kau kuliah?”

Dan lagi-lagi Vie hanya mengangguk lesu menjawab pertanyaan dari Yesung. Yesung kini menggeser duduknya agar berhadapan dengan Vie. Membuat jarak keduanya semakin mendekat.

“Kemarin siang aku mengambil hasil ujianku dikampus. Dan kau bisa lihat disitu nilaiku sangat buruk.”

“Lalu?”

“Aku takut orang tuaku marah. Aku takut mereka mengajakku pulang kerumah dan membuatku berhenti bekerja denganmu.”

“Ma..maksudmu?”

Seakan baru tersadar dari mimpi Vie membulatkan matanya. Karena terlalu pening memikirkan nilainya yang menurun, Vie sampai lupa kalau ia sedang menyamar menjadi seorang pembantu dan hampir membongkar identitas aslinya.

“Mm..Umm.. Begini maksudku. Orang tuaku itu hanya tahu bahwa aku kuliah di Seoul. Aku anak dari keluarga kurang mampu yang tinggal di Daegu. Mereka sebenarnya tak mengijinkanku kuliah dan tinggal sendiri di Seoul, namun karena tekatku yang kuat akhirnya mereka menyerah dan mengijinkanku pergi, dengan alasan aku harus selalu mendapatkan nilai yang baik disetiap semester. Dan mereka juga tidak tahu bahwa aku membiayai sekolahku dengan bekerja seperti ini, mereka hanya tahu kalau aku mendapatkan beasiswa. Bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan pada mereka kalau nilaiku jelek seperti ini? Aku tidak ingin pulang ke Daegu.”

Vie menunduk menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia tampak sangat bersedih namun tidak sampai menangis. Dan cerita Vie sukses membuat Yesung iba padanya. Dan tanpa peringatan tangan Yesung terjulur untuk mengusap kepala Vie. Berusaha untuk menenangkan gadis itu.

“Aku pernah mengalami itu.”

Ungkap Yesung. Vie langsung mengangkat kepalanya dan membuka kedua tangannya. Ia kini melihat Yesung yang ingin mulai bercerita.

“Lalu apa yang kau lakukan?”

“Saat itu, aku sangat ingin mengejar impianku menjadi seorang penyanyi. Setiap hari aku hanya menghabiskan waktu untuk berlatih menyanyi dan itu cukup menyita waktu belajarku. Dan saat diakhir ujian hasilnya aku mendapatkan peringkat ke 22. Bayangkan. Jauh sekali kan posisi ku saat itu?”

“Apa orang tuamu marah?”

“Jelas. Sangat marah bahkan. Namun setelah ku pikir-pikir, nilai itu adalah nilai dari tangan manusia. Jadi bisa diperbaiki kecuali jika itu nilai dari Tuhan aku akan sangat sulit memperbaikinya, jadi, untuk apa aku menyesalinya. Lebih baik aku bangkit lagi dan berusaha untuk membenahi segalanya, sebelum terlambat. Karena aku tahu, waktuku masih banyak untuk merubah segalanya. Dan buktinya aku bisa menyelesaikan semuanya dengan baik. Kau bisa lihat seperti apa aku sekarang.”

“Lalu bagaimana denganku? Aku harus apa? Apa orang tuaku akan memaafkanku jika mereka tahu nilaiku tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan?”

“Pasti. Aku yakin mereka juga ingin kau sukses. Wajar jika dalam menuju jalan kesuksesan seseorang terjatuh. Jika tidak seperti itu kau tidak akan merasakan bagaimana pengalaman kehidupan. Ku rasa mereka akan mengerti. Apa perlu aku yang berbicara pada mereka? Kau itu bodoh, salah kata kau malah membuat mereka yang tadinya kasihan melihatmu malah menjadi marah karena kebodohanmu.”

“Yak! Kenapa kau berbicara seperti itu?!”

Vie mengerucutkan bibirnya dan menggembungkan pipinya. Namja didepannya mungkin memang tak pernah bisa diajak serius dalam berbicara.

“Sudah ku bilang jangan menunjukkan ekspresi seperti itu. Kau memang berminat untuk ku makan sepertinya.”

Yesung tiba-tiba memajukan wajahnya dan mengecup kening Vie secara tiba-tiba. Dan bahkan Yesung sendiri tak sadar dengan apa yang ia lakukan. Keduanya kini sama-sama terdiam. Shock dengan kejadian yang berlangsung barusan.

“Umm.. Sepertinya filmku sudah selesai. Ahhh, lebih baik aku mencari film lain yang lebih menarik.”

Yesung langsung bangkit dari duduknya dan berusaha menetralisir suasana canggung diantara mereka. Vie masih terdiam. Ia merasakan jantungnya kini sedang mendesak-desak dadanya untuk meloncat keluar. Bagaimana bisa seorang Yesung mencium keningnya seperti itu? Apakah itu bukan tidakan pencurian namanya?!

 

**

 

Vie’s POV

 

Hari semakin sore. Meski hari ini seakan berjalan dengan cepat namun menurutku hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan dan pastinya berkesan. Ya, apalagi kalau bukan kejadian tadi siang. Meski hanya sebuah kecupan singkat dan mendadak namun cukup membuat rasa hangat bibirnya tak pernah hilang dari keningku. Dan jantungku juga sampai sekarang masih berdetak dengan cepat. Astaga Kim Jongwoon aku semakin menggilaimu.

Ku ceritakan kejadian yang terjadi hari ini kepada ketiga teman-temanku. Ya, hitung-hitung berbagi kebahagiaan. Dan karena itu sore ini mereka memintaku untuk bertemu dengan mereka dan menceritakan semuanya lebih lengkap di hadapan mereka langsung. Baiklah, dengan senang hati.

“Jongwoon-ah.”

“Hm?”

Aku menghampiri Yesung dimeja makan yang sedang sibuk berkutat dengan laptop dan cemilan didepannya. Mulutnya sibuk mengunyah makanan sampai tak bisa menjawab panggilanku. Meski tahu aku sudah ada didepannya ia tak juga melepas tatapannya pada layar datar itu. Entah apa yang sedang dia lakukan dengan laptopnya itu.

“Ish, Kim Jongwoon!”

Aku berteriak keras memanggilnya lagi. Ia langsung melontarkan tatapan tajamnya. Dengan cepat mulutnya mengunyah dan menelan makanan itu. Kini pandangannya focus kepadaku.

“Yak! Kau ini! Apa kau tidak bisa tidak kurang ajar padaku?! Kau itu sembilan tahun lebih muda dariku! Apa kau tidak bisa sopan sedikit? Setidaknya panggil aku oppa!”

“Ish! Shirreo! Aku tidak terbiasa memanggilmu seperti itu.”

“Aish jinjja. Kau memang gadis jadi-jadian. Bagaimana bisa gadis kecil sepertimu berani pada pria yang jelas-jelas lebih tua sembilan tahun darimu?!”

“Aku tidak peduli. Aku sedang tidak ingin beradu mulut denganmu Kim Jongwoon babo. Tujuanku menghampirimu adalah aku ingin meminta ijin padamu untuk keluar berjalan-jalan sore ini dengan teman-temanku. Apa aku boleh keluar?”

“Cish, jadi karena itu. Aniy. Tidak boleh!”

Jawabnya tegas. Yesung kembali berkutat dengan laptopnya dan kembali mengacuhkanku. Bagus. Ingin membuatku berteriak lagi sepertinya. Jangan salahkan aku jika telinganya akan rusak karena seringnya mendengar teriakanku.

“Yak! Kim Jongwoon!!!!”

“Tidak boleh!”

“Jongwoon-ah!!”

“Ku bilang tidak ya tidak!”

“Jongwoon op..pa”

“Aniy!”

“Ish!”

Aku kesal. Kesal dengan namja menyebalkan yang ada dihadapanku ini. Benar-benar membuatku naik darah menghadapi sikapnya. Aku pun pergi meninggalkannya dengan amarah yang menggebu didalam dadaku. Ish! Jika aku tidak menggilainya mungkin ia sudah kubunuh dan ku cincang tubuhnya. Aku langsung berjalan menuju kamarku untuk mengurung diri. Kim Jongwoon kau sangat mengesalkan!!

 

**

 

Yesung’s POV

 

Brakk~

 

Terdengar suara bantingan pintu. Aku tahu itu pasti ulah Soo Mi. Dasar gadis labil. Kelakuannya kekanakan sekali. Meski terlihat tidak wajar karena seharusnya seorang pembantu tidak kurang ajar kepada tuannya. Dan seharusnya aku juga berhak memecatnya namun entah mengapa aku sangat suka dengan kepribadiannya yang ajaib itu. Ia bahkan sama sekali tidak benar-benar selalu membuatku kesal. Hanya saja aku senang jika terjadi keributan diantara aku dan dia. Seakan duniaku tidak pernah sepi jika aku bertengkar dengannya. Dan itu. Sangat menyenangkan.

Aku kembali sibuk dengan laptopku, memainkan semua games yang ada disana.

Krukk….krukkk..

 

Tiba-tiba terdengar suara bunyi alarm peringatan lapar dari perutku. Kulirik jam yang melingkar dipergelangan tanganku. Tak terasa sudah pukul 8 malam. Meski aku sedari tadi sibuk memakan cemilanku tapi tetap saja tidak membuat perutku lantas merasa kenyang. Dan aku butuh makan sekarang. Dan satu-satunya yang bisa membuatkanku makanan hanya dia. Gadis aneh itu.

Aku langsung bangkit meningkalkan meja makan dan berjalan menghampiri kamar gadis itu. Saat sampai didepan pintu kamarnya aku menempelkan telingaku dipintunya. Sepi sekali. Apa ia sedang tidur? Tidak mungkin. Jam tidur siang sudah habis dan belum tiba saatnya jam tidur malam. Lalu apa yang ia lakukan? Apa ia masih marah karena aku melarangnya pergi tadi dan ia memutuskan untuk kabur? Bodoh! Itu lebih tidak mungkin, apartementku ada dilantai 10 jadi tidak mungkin ia melompat keluar jendela untuk kabur. Kecuali jika ia ingin mati diusia muda.

Aku memegang handel pintunya dan membukanya perlahan. Tidak dikunci. Ku tengok kedalam dan aku melihatnya sedang menelungkup diatas ranjangnya. Entah dia sedang tidur atau tidak karena aku tidak dapat melihat wajahnya. Ku langkahkan kaki ku dengan hati-hati masuk kedalam kamarnya.

Kini aku sudah ada didekatnya dan berjongkok tepat disamping wajahnya. Kuperhatikan wajahnya dan ternyata ia tidak tertidur. Ku miringkan wajahku semakin menatapnya.

“Soo Mi-ah.”

Kupanggil namanya pelan. Ia diam. Tak ada jawaban. Benar, sepertinya ia marah.

“Choi Soo Mi aku memanggilmu.”

Ia langsung beranjak dan memutar tubuhnya. Kini ia duduk tepat ditengah ranjangnya. Wajahnya ditekuk dan masih saja diam. Aish, melihatnya seperti ini justru membuatku takut daripada melihatnya marah-marah dan meneriakiku. Aku kini juga beranjak dan duduk disampingnya.

“Kau marah padaku?”

Ia masih diam. Omona, kenapa dia seperti ini? Membuatku bingung saja. Aku ini tidak pandai menghadapi seorang gadis yang sedang marah. Apa yang harus aku lakukan?

“Mianhae. Tadi aku hanya bercanda. Aku tak tahu kalau kau akan semarah ini. Lagipula bukankah tadi kau sendiri yang bertanya padaku apa aku mengijinkanmu pergi atau tidak. Jadi, aku tidak salah sepenuhnya kan jika aku menjawab tidak?”

Ia masih tidak mau menjawab. Gadis ini benar-benar membuatku salah tingkah dan mati kutu.

“Baiklah, sekali lagi aku minta maaf. Kalau begitu kau boleh jalan-jalan keluar. Aku mengijinkanmu.”

 

Bukkk~~

 

Seketika guling miliknya mendarat mulus diwajahku. Astaga, ini yang kedua kalinya ia melakukan tindakan kekerasan padaku. Meski barang buktinya hanya sebuah guling tetapi tetap saja modusnya ia melakukan tindakan balas dendam. Setidaknya dia harus dihukum! Dasar gadis menyebalkan!

“Yak mau mu apa, hah?! Aku tidak ijinkan kau marah, dan sekarang aku ijinkan kau malah semakin marah. Kau ini kenapa sih?!”

“Lebih baik kau keluar saja dari kamarku!”

“Bagus. Sekarang kau juga mengusirku? Ini rumahku! Bahkan kamar yang kau tempati sekarang juga bagian dari rumahku!”

Ia hanya mendelikan matanya menatapku sekilas. Kemudian mulai bangkit dari ranjang dan hendak keluar dari kamar. Aish, satu sifat yang baru ku ketahui tentangnya. Ia sangat pemarah sekali.

“Kau mau kemana?”

Aku mengejarnya. Dan berhasil menghentikan langkahnya dengan menarik tangannya. Aku memang harus ekstra bersabar menghadapi gadis labil seperti dia. Aish, apa ini layak disebut sebagai seorang majikan dengan pembantunya? Mungkin lebih baik jika disebut sebagai sikap seorang namja kepada yeojanya. Tunggu. Apa yang ku katakan barusan? Ini sudah gila!

“Aish, harus berapa kali aku katakan padamu. Mianhae. Jeongmal.”

Ku tangkup wajahnya dengan kedua tanganku. Dan kali ini aku menyadari kebodohanku. Jantungku berdetak cepat saat wajah kami saling berhadapan seperti ini. Aku mengutuki diriku sendiri yang merasakan perasaan aneh ini. Semua ini karena gadis gila ini.

“Beri aku hadiah.”

Ucapnya polos dengan mata membulat dan mengerjap. Tak ada lagi nada atau aura marah seperti tadi. Ia terlihat lebih menggemaskan dengan mata mengerjap-ngerjap seperti itu. Lucu.

“Baiklah. Aku akan memberimu hadiah. Bagaimana jika kekecewaanmu tidak bisa bermain dengan teman-temanmu aku gantikan.”

“Dengan apa?”

“Ayo main bersamaku!”

 

**

 

At Child Green Place

Author’s POV

 

Kini sudah pukul sepuluh malam. Udara diluar juga cukup dingin. Namun tak mengurungkan niat Yesung untuk mengajak Vie berjalan-jalan. Dan beruntungnya jalanan serta taman juga tampak sepi. Jadi mereka bisa bebas melakukan apapun tanpa perlu khawatir fans Yesung membuntuti mereka atau mengganggu mereka.

“Apa kau mau es krim?”

Tanya Yesung saat mereka sudah sampai didepan disebuah ayunan. Vie langsung duduk diatasnya sembari mengayun-ayunkan tubuhnya pelan ke udara.

“Ini kan dingin. Kau ingin membuatku mati beku?”

“Siapa bilang makan es krim di musim dingin seperti ini diharamkan? Justru akan menambah sensasinya saat kau memakannya diudara seperti ini. Mau dicoba?”

“Umm baiklah. Aku mau.”

“Tunggu disini sebentar, aku akan membeli es krimnya.”

Yesung tersenyum mengusap kepala Vie. Kemudian pergi berlalu keluar dari taman. Meninggalkan Vie sendirian diatas ayunan.

 

**

 

“Ini.”

Yesung menyodorkan satu cup kecil es krim strawberry vanilla ke wajah Vie. Dengan senang hati Vie menerimanya. Yesung kini duduk bersila didepan Vie yang masih betah duduk diatas ayunannya.

“Darimana kau tahu aku suka es krim strawberry vanilla?”

“Entahlah. Mungkin karena aku juga menyukai rasa itu jadi aku memutuskan untuk membelikan mu rasa yang sama. Dan tak disangka kesukaanmu juga sama.”

Vie hanya tersenyum merespon ucapan Yesung. Malam ini tidak ada kekesalan atau perdebatan tidak penting diantara mereka setelah kejadian diapartement tadi. Perasaan mereka sedang tenang satu sama lain.

Kini Yesung sudah menghabiskan es krimnya. Tapi tidak dengan Vie. Es krim ditangannya masih ada setengah. Vie masih terus berusaha menghabiskannya meski tubuhnya sudah merasakan kedinginan yang luar biasa. Ternyata ucapan Yesung tak sepenuhnya benar. Memakan es krim dimalam hari dengan suhu udara dibawah nol derajat. Membuat rasa dingin semakin mudah masuk menyelimuti seluruh tubuh Vie.

Tanpa Vie sadari sedari tadi Yesung memperhatikan dirinya. Menatap dan menjelajah tiap inti dari wajah Vie. Bahkan matanya tak melewatkan satu senti pun bagian-bagian wajah Vie.

“Jangan diteruskan lagi.”

Seketika Yesung langsung beranjak dan langsung meraih es krim itu dari tangan Vie. Di buangnya es krim itu sembarangan. Vie menatapnya bingung. Dan dengan gerak cepat tiba-tiba Yesung menangkup wajah Vie dengan kedua tangannya dan mencium bibir Vie. Membuka sedikit mulutnya menyesap sisa es krim dipermukaan bibir Vie.

Vie hanya terdiam kaku. Bahkan kehangatan dari sebuah ciuman malah membuatnya membeku seperti ini. Ia tak pernah menyangka bahkan tak pernah membayangkan Yesung akan melakukan ini padanya. Ini sungguh diluar dugaan.

Yesung melepas ciumannya. Ia juga tampak salah tingkah. Namun tetap menyembunyikan perasaannya. Ia tetap bersikap biasa seolah-olah  tidak terjadi apa-apa barusan.

“Bibirmu sudah pucat. Pipimu juga sudah memerah dan dingin. Sebaiknya kita pulang sekarang.”

Vie masih dalam diam duduk diatas ayunannya. Yesung menggenggam tangan Vie. Menautkan jari-jarinya dengan jari-jari tangan Vie.

“Apa perlu ku cium lagi agar kau mau pulang?”

 

**

At SM Entertainment Building

Yesung’s POV

 

 

Aku bangun lebih awal pagi ini. Managerku bilang kami ada rapat pagi hari. Jadi aku meninggalkan Vie sebelum ia bangun. Semalam sebelum aku tertidur aku sempat mencuri masuk kedalam kamarnya. Ia sudah terlelap, namun wajahnya tampak pucat. Dan saat ku periksa suhu tubuhnya terasa panas. Pasti ia demam karena aku mengajaknya bermain dan memberinya es krim semalam. Kasihan. Sebenarnya aku khawatir meninggalkannya sendirian tapi apa boleh buat aku harus pergi bekerja.

“Kau kenapa Yesung-ah? Sepertinya kau sedang tidak berkonsentrasi?”

Leeteuk hyung yang duduk disebelahku sukses mengagetkanku yang sedang melamun.

“Ah, wae? Aniy hyung. Nan gwenchana.”

“Arraseo. Umm seharian kemarin kau kemana? Kenapa kau sulit dihubungi? Padahal semua member ingin mengajakmu berjalan-jalan.”

“Ah, kemarin aku ada urusan Leeteuk hyung. Mianhae.”

“Jeongmal hyung?”

Tiba-tiba Eunhyuk menyambar ikut berbincang dengan Leeteuk dan aku.

“Ne Hyukie.”

“Tapi semalam saat aku melintas melewati sebuah taman aku melihat seorang namja yang mirip denganmu sedang berduaan dengan seorang yeoja yang duduk disebuah ayunan. Apa itu kau hyung?”

“M..mwo?!”

Aku mendelikkan mataku. Astaga, ternyata dugaanku salah. Taman memang sepi tapi jalanan tidak mungkin. Pasti satu atau dua orang berlalu lalang dijalanan. Apa yang harus aku katakan pada Eunhyuk yang mungkin bisa dikatakan sudah menangkap basah aku dengan gadis itu semalam ditaman. Bagaimana ini? Aku tidak bisa berbohong dengan teman member Super Junior yang sudah lama berteman denganku yang bahkan sudah seperti saudaraku sendiri. Aku bingung.

“Kenapa kau gugup begitu hyung? Itu kau atau bukan?”

“A..aku…aku..”

“Jadi itu kau?”

Kini Leeteuk hyung seperti memojokkanku. Astaga, aku tidak tahu harus menjawab apa. Baiklah, aku pasrah sekarang.

“Ne.”

Jawabku pelan dan nyaris tak terdengar tapi aku yakin mereka berdua mendengarnya karena jaraknya yang begitu dekat denganku. Aku hanya mampu menunduk malu.

“Astaga hyung. Jadi itu pacarmu?”

“Pacar? Benarkah Yesungie?”

Hyung dan Dongsaengku ini memang tak pernah puas dengan jawabanku.

“Aniy, dia…”

“Kau tidak bisa mengelak Yesung hyung. Kau bahkan menciumnya semalam. Jadi mana mungkin jika itu bukan pacarmu.”

“MWO?!!!!!!!”

Kini semua member terkejut menatap kearahku. Mereka berteriak secara bersamaan ketika mendengar penuturan Hyukjae. Mulut Hyungjae memang tak bisa dijaga sedikitpun. Baiklah, bersiap-siaplah kau menjadi bulan-bulanan mereka Yesungie. Tamat riwayatmu sekarang!

**

 

At Hongdae Apartement residence

Author’s POV

 

Yesung memasuki apartementnya. Pikirannya tampak kacau hari ini karena ulah semua teman-teman Super Juniornya. Dan hanya satu yang bisa membuat moodnya kembali lagi. Menemui gadis aneh yang selalu membuatnya ingin menjahili gadis itu. Dan akan puas setelah gadis itu berteriak-teriak menarik urat lehernya untuk mengeluarkan sumpah serapahnya. Dan apartementlah tujuan utamanya.

“Soo Mi-ah.”

Panggil Yesung setelah menutup pintu apartementnya. Ia berjalan masuk kedalam. Sepi. Diliriknya jam tangan kesayangannya. Masih pukul 7 malam. Apa mungkin gadis itu sudah tidur? Rasanya tidak mungkin.

Yesung menghampiri kamar gadis itu dan membuka pintunya. Nihil. Gadis itu tak ada didalam kamarnya. Yesung melangkah lagi memasuki dapur. Tidak ada. Ruang tv juga sepi. Gadis itu tidak ada diapartement rupanya.

“Kemana gadis aneh itu?”

Seketika mata Yesung menangkap sebuah note yang ditempel dilayar tv yang mati. Ia langsung menghampiri note itu dan melepasnya dari tv. Ternyata note itu ditulis oleh Vie.

 

-Jongwoon-ah mianhae aku tidak meminta ijin padamu dulu kalau aku ingin pergi keluar. Lagi pula kau pasti akan mengijinkanku. Kalau tidak aku akan marah lagi seperti kemarin. Kali ini aku tidak pergi untuk bermain dengan teman-temanku. Melainkan pergi kerumah orang tuaku untuk berlibur setelah ujian kemarin. Mungkin sampai tiga hari kedepan. Karena tidak memiliki nomor ponselmu maka aku memberitahumu melalui note ini. Yasudah aku sudah pegal menulis. Sampai jumpa tiga hari lagi~!!!!!!-

 

Yesung tersenyum membaca note itu. Tapi disatu sisi ia juga merasa sedih dan kesepian. Apa keberadaan gadis itu sudah menjadi kebiasaan untuknya? Bahkan ia mengenal gadis itu belum sampai dua minggu.

“Gadis bodoh, dia kan sedang sakit. Beruntung ia bisa lolos, kalau tidak aku akan memaksa mengantarnya tadi. Aish, aku kan juga menawarkan padanya agar aku yang berbicara kepada orang tuanya tentang nilai IPnya yang buruk itu. Bagaimana kalau ia salah bicara kemudian dimarahi dan tidak diperbolehkan untuk kuliah lagi dan tinggal di Seoul? TIDAK!! Bagaimana kalau ia juga tidak lagi kembali padaku?”

 

**

To be continue~~