Cover Intrigue 2

Title

INTRIGUE

Author

misskangen

Length

3 Shots

Genre

Romance, Drama

Rating

General

Main Cast

Im Yoon Ah (SNSD), Choi Siwon (Super Junior)

Support Cast

Im Seulong (2AM), Im Jin Ah (After School), Shim Changmin (TVXQ), Park Jung Soo (Super Junior), Kim Taeyeon (SNSD), Im Sung Han (OC)

Disclaimer

Cerita ini adalah fiktif dan murni karangan penulis. Bila terdapat kesamaan cerita dengan kehidupan nyata maka itu suatu kebetulan semata. FF ini sebelumnya telah di-publish di WP YWK dan WP pribadiku

Summary

Ini adalah kisah singkat bagaimana seorang wanita menjalani hidupnya yang dipenuhi beragam intrik dan konspirasi. Di saat satu masalah membuatnya kalut, tapi masalah lain juga datang membuat hidupnya makin complicated. Apa yang akan dilakukannya untuk bertahan, haruskah mengalah atau tetap mempertahankan ego dan harga diri?

 

INTRIGUE 1 : I KNOW WHAT YOU ARE!!

 

Ini pesan terakhir ayahmu sebelum beliau meninggal Yoona…

Eomma tahu kau adalah putri yang berbakti pada orang tua.

Eomma juga percaya kau tak mungkin mengecewakan appa-mu…

Eomma mohon padamu… setidaknya kau bisa berusaha terlebih dahulu, belajar untuk menerima. Eomma rasa itu tidak berat bila kau bisa melakukannya dengan tulus…

 

Kalimat itu masih terus terngiang-ngiang di telinga Yoona. Kalimat nasehat sekaligus permohonan tulus dari seorang ibu yang menginginkan anaknya memenuhi wasiat terakhir sang ayah sebelum menjemput kematian. Yoona tak kuasa untuk menolak, tapi tak juga bisa dengan mudah menerimanya. Sangat sulit baginya untuk memenuhi wasiat sang ayah yang memintanya sesegera mungkin menikah dengan anak kolega ayahnya.

 

Menikah dengan seseorang yang tak dikenalnya akan menjadi suatu beban tersendiri bagi Yoona. Bagaimana mungkin menjalani suatu kehidupan pernikahan tanpa dilandasi rasa cinta? Selama ini hal itu selalu menjadi pertimbangan Yoona hingga memberatkan hatinya untuk tulus menerima kenyataan itu.

 

Ketidakkuasaan untuk menolak juga menjadi batu sandungan yang paling besar dan sulit dihindarinya. Sebagai putri bungsu dari keluarga Im tak membuatnya bisa bermanja-manja dengan anggota keluarga yang lain. Bukannya Yoona tidak disayangi oleh keluarganya, bahkan mereka semua sangat peduli pada Yoona. Yoona mempunyai ibu, seorang kakak laki-laki dan perempuan. Kedua kakaknya telah berumah tangga dan tentunya sibuk mengurusi kehidupannya masing-masing.

 

Selama ini Yoona hidup bersama sang ibu di rumah besar keluarga Im peninggalan sang ayah. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus wanita yang mempunyai karir cukup baik di bidang bisnis mendampingi sang ayah. Dua tahun lalu ayahnya tiba-tiba kolaps karena penyakit jantungnya yang kumat dan tak lama kemudian meninggal. Banyak pihak yang mencium adanya kejanggalan dari kematian Tuan Im yang mengejutkan banyak orang. Selama ini tuan Im dikenal sebagai orang yang rajin menjaga kesehatannya, tiba-tiba ditemukan dalam keadaan kritis di ruang kerjanya akibat serangan jantung dan stroke. Beberapa orang sempat menyebarkan gosip bahwa penyebab kejadian itu adalah konspirasi yang dilakukan oleh putra angkat tuan Im sendiri.

 

Ayah Yoona mengangkat seorang putra dan dibawa ke dalam keluarga mereka sekitar 8 tahun yang lalu. Saat itu Im Sung Han, sang putra angkat, seumuran dengan Yoona. Entah kenapa kehadiran Sung Han tidak dengan mudah diterima oleh tiga bersaudara itu. Mereka selalu merasa ada yang tidak beres dengan karakter Sung Han yang seperti menyembunyikan sesuatu. Im Jin Ah, anak tertua keluarga Im selalu mencurigai bila Sung Han mempunyai motif ingin mengambil alih kuasa atas perusahaan milik keluarga Im, tapi kedua orangtuanya selalu menegurnya cukup keras. Sedang Im Seulong, putra tunggal keluarga Im, masih selalu berusaha berpikir positif walau dalam hatinya menyimpan sejuta kecurigaan pada Sung Han. Sedangkan Yoona sendiri adalah pihak yang paling keras memperlihatkan ketidaksukaannya pada pemuda itu. Yoona tak pernah sedikitpun bersikap manis, bahkan kebenciannya semakin menjadi-jadi dengan adanya berita konspirasi yang dilakukan Sung Han.

 

Kecurigaan Yoona semakin kuat setelah dengan diam-diam melakukan pengamatan terhadap gerak-gerik Sung Han semenjak namja itu bekerja di perusahaan keluarga Im, dengan dalih mendampingi Seulong dalam bekerja. Tetapi beberapa kali Yoona mendapati Sung Han melakukan kecurangan terhadap klien dan Sung Han seperti berusaha membuat dua blok dalam satu perusahaan. Satu blok adalah miliknya dengan kekuasaannya. Apakah Sung Han berniat melakukan kudeta? Mengapa dia berbuat begitu padahal Appa selalu baik padanya? pikiran Yoona itu yang saat ini mengganggu Yoona, sehingga untuk memikirkan perjodohan tidak menjadi prioritasnya.

 

“Ne..Eomma, aku terima perjodohan ini. Aku akan pergi menemuinya untuk membicarakan kelanjutan perjodohan ini pada pernikahan,” suatu hari Yoona menjawab permintaan ibunya dengan keterpaksaan. Ibunya hanya mengangguk, mengerti bahwa putrinya terpaksa memenuhi wasiat sang ayah dengan harapan ayahnya akan tenang di alam baka.

 

Yoona POV

Dengan berat hati aku melangkahkan kaki menuju restoran yang ada di lantai 12 sebuah hotel berbintang enam. Empire Hotel, itulah namanya. Salah satu hotel termewah dan termahal di kota Seoul, tempat aku berjanji bertemu dengan calon suamiku. Calon suami katanya… aku masih memikirkan kata itu bila orang yang menyandang sebutan itu bukanlah seseorang yang aku harapkan.

 

Choi Siwon, itulah nama namja yang menjadi calon suamiku. Tidak sepenuhnya aku tak mengenalnya. Siapa yang tidak kenal Choi Siwon, seorang eksekutif muda yang tampan dan tentu saja kaya raya. Empire Hotel adalah salah satu aset miliknya. Bagaimana tidak, Choi Siwon adalah putra tunggal Choi Kiho, seorang taipan Korea Selatan yang mempunyai kerajaan bisnis super besar.

 

Bila menilik latar belakangnya, siapa yang tidak akan silau dengan apa yang dimiliki Choi Siwon. Tapi dibalik itu juga Choi Siwon mempunyai reputasi cukup mengagumkan di kalangan wanita-wanita borjuis. Namja itu sangat pantas menyandang gelar Cassanova atau Don Juan. Dengan pesona yang dimilikinya, dia bisa menggaet wanita manapun yang diinginkannya, baik yang muda bahkan yang sudah berstatus ‘nyonya’ sekalipun.

 

Choi Siwon pasti akan selalu muncul pada pesta-pesta yang diadakan oleh kaum yang setara dengannya – kaum jetset. Pesta-pesta itu jelas bukan pesta sembarangan dan tentunya diselimuti dengan kemewahan disana-sini.

 

Choi Siwon sangat populer di antara gadis-gadis muda yang belum apa-apa sudah terpesona oleh ketampanannya. Tak mungkin dipungkiri lagi bahwa Choi Siwon adalah seorang player yang berpengalaman dibidangnya. Aku dengar namja itu juga mempunyai sikap cukup dingin dan arogan. Terlebih bila sedang berkumpul bersama dua teman dekatnya, yang juga anak-anak taipan dengan nilai kekayaan yang sangat sulit dibayangkan oleh orang biasa.

 

Dengan reputasi Choi Siwon yang seperti itu membuatku sakit kepala bila membayangkan kehidupanku nantinya setelah menikah dengannya. Aku sendiri adalah tipe orang yang sangat menjunjung tinggi kejujuran dan kesetiaan, pasti akan sangat sulit bagiku menerima sikap Siwon yang suka mencari kesenangan dengan menggoda banyak wanita. Aku jadi teringat nasihat kakakku, Jin Ah Eonni, yang mengatakan bahwa aku tak boleh menjadi lemah hanya karena harus tampil lembut sebagai seorang wanita, tapi sesekali aku harus menunjukkan bagaimana seorang wanita dapat berkuasa. Aku terus mematri kalimat itu dalam diriku, entah aku bisa melakukannya atau tidak, aku sendiri tidak tahu sampai waktu yang akan membuktikannya.

 

Sesaat kemudian lamunanku berakhir setelah mendengar kasak-kusuk beberapa pengunjung restoran yang melihat kedatangan beberapa pria berbaju formal hitam-hitam masuk kedalam restoran. Mereka semua menggunakan kacamata hitam, semua pasti tahu kalau mereka adalah pengawal atau bodyguard bila melihat satu orang yang berbeda sendiri berjalan dengan tegap di depan mereka. Namja itu menggunakan setelan jas berwarna putih, sehingga terlihat sangat bertolak belakang dengan para pengawalnya. Dia berjalan menuju meja tempatku menunggu, dengan beberapa langkah lebar dia sampai di tempatku.

 

Dia lah Choi Siwon. Aku memang tak pernah bertemu langsung dengannya, tapi aku sering melihatnya di majalah atau televisi. Namja itu punya penampilan bak model pria internasional dan seperti yang dikatakan banyak orang, dia memang sangat tampan.

 

Aku berdiri menyambutnya dan sedikit membungkuk sekejap memberi hormat. Tanpa tedeng aling-aling dia langsung duduk dihadapanku. Kemudian dia membuka kacamata hitamnya dan memamerkan sedikit senyum padaku. Aku masih berdiri terpaku melihat sikapnya. “Duduklah…” katanya mempersilahkanku dengan sedikit gestur tangannya. Aku pun langsung duduk dengan posisi punggung tegak dan terkesan kaku.

 

“Jadi kau nona Im… yang akan dijodohkan denganku?” tanya nya langsung.

“Ne, Im Yoona imnida,” jawabku sambil mencoba tersenyum.

“Choi Siwon imnida. Kau pasti sudah pernah melihatku di televisi atau di majalah-majalah bisnis. Jadi pasti sudah banyak yang mengungkapkan profile ku.” Aku mengangguk saja.

“Ternyata kau adalah yeoja yang sangat cantik, Yoona-ssi. Aku yakin kau adalah yeoja baik-baik yang dididik super ketat menjadi seorang Lady dimasa depan. Aku juga yakin kau adalah seorang yeoja yang selalu menikmati kemudahan dalam hidupmu bila melihat latar belakang keluargamu yang masih keturunan ningrat.” Aku tahu Siwon mencoba menyindirku dengan menekan kata ‘Lady’ dalam kalimatnya, tapi yang dikatakannya tidak semuanya benar dan tidak semuanya salah. Keluargaku memang keturunan bangsawan, tapi aku bukanlah tipe yeoja yang hanya gemar berleha-leha menikmati segala kemudahan yang kudapat dari kekayaan orangtuaku. Aku tersenyum sinis menanggapi kata-katanya.

 

“Benarkah? Aku pikir kau adalah orang yang sangat pintar menilai buku dari sampulnya, Siwon-ssi. Aku sungguh terkesan dengan penilaianmu terhadapku,” aku mencoba mengatur emosiku mengingat Choi Siwon adalah sosok yang dikenal arogan.

 

“Sudah kuduga, belum kugoda saja kau sudah terkesan dengan kata-kata ku. Jika kau menikah denganku, tentunya kau tidak akan kehilangan kemewahan itu sedikitpun dalam hidupmu. Malah akan semakin bertambah.” Aku tidak menyangka tingkat kearoganan seorang Choi Siwon sangat tinggi, tanpa sadar aku menggeleng-gelengkan kepala. “Semua orang juga tahu soal itu, Siwon-ssi. Kau tak perlu mengingatkanku.”

 

“Berapa usiamu nona Im?”

“24” jawabku singkat. “Kau terlihat lebih muda dari usiamu. Aku 28 tahun, berarti aku lebih tua darimu. Kau boleh memanggilku Oppa, agar terkesan lebih akrab,” aku mengangkat sebelah alisku. “Okay,” singkat saja keluar dari mulutku.

“Lalu apa pekerjaanmu?”

“Aku seorang akuntan. Saat ini aku bekerja di perusahaan keluargaku,” aku melihatnya mengerutkan kening dan aku tak tahu apa sebabnya.

“Entah kenapa aku tak ingin berbasa-basi. Ini pertama kalinya aku tak mengulur waktu bila berbicara dengan wanita cantik,” kini berganti aku yang mengerutkan dahi tanda tak mengerti.

“Aku tahu kau adalah wanita baik-baik. Kau jelas adalah pilihan ayahku sebagai sosok istri yang tepat. Aku tahu suatu saat perjodohan ini pasti terjadi, dan tentunya aku tak akan bisa menolak. Tapi kau jelas bukan tipe-ku. Wanita sepertimu pasti mengidamkan rumah tangga yang penuh kebahagiaan dan cinta di dalamnya. Aku tidak tahu dan mungkin memang tidak bisa memberimu kehidupan seperti itu. Kau tahu sendiri bagaimana reputasiku terhadap para wanita. Jadi aku minta kau jangan terlalu berharap,” kalimat itu diucapkannya dengan sangat tenang dan tak dapat ditampik membuatku terperanjat padahal aku sudah mengira ia akan mengatakan hal itu.

 

“Aku tahu benar soal itu dan sekali lagi kau tak perlu mengingatkanku, Siwon-ssi ani… Siwon Oppa. Aku sudah tahu resiko apa yang akan aku dapat bila menikah dengan orang sepertimu.” Kata-kata itu keluar begitu saja dan aku melihat ekspresi kaget di wajahnya.

“Dan satu hal yang perlu kau tahu, Oppa. Aku tidak akan menolerir siapapun yang mengganggu kesenanganku ataupun mencoba menginterupsinya. Kau tidak akan bisa membayangkan tindakan ekstrim apa yang mungkin bisa aku lakukan. Jadi, siapkan saja dirimu untuk itu,” Aigoo, Yoona… apa yang sudah kau katakan. Aku tak percaya bisa berkata seperti itu. Ya sudah masa bodohlah.. anggap saja itu balasan untuk sikap arogan seorang Choi Siwon.

Pertemuan itu pun berakhir dengan satu kesimpulan, aku memprediksi akan sering terjadi perang besar antara aku dan Siwon nantinya, bila masing-masing dari kami terus mempertahankan ego.

Yoona POV End

 

“Bagaimana pertemuanmu dengan Choi Siwon, Yoong?” Yoona mendongakkan kepalanya dan mendapati Seulong, kakakku, menatap dengan cemas. “Mengapa kau menatapku seperti itu Oppa? Aku sudah bertemu dengannya dan kau lihat aku masih hidup kan… aku kembali dalam keadaan sehat sejahtera,” jawab Yoona sambil tersenyum.

“Kau tak perlu menyembunyikan kekesalanmu dariku. Aku sangat mengenal sifat adikku bila sedang gundah. Aku juga tahu orang seperti apa Choi Siwon itu, kenapa tidak kau tolak saja permintaan Eomma.”

“Tidak mungkin, Oppa. Ini wasiat Appa, dan aku tak mau mengecewakan Appa.”

“Tapi aku ingin melihat adik yang kusayangi hidup bahagia, memiliki rumah tangga yang penuh cinta seperti halnya aku maupun Jin Ah Noona,” Yoona berusaha menelan salivanya.

“Oppa tidak perlu khawatir, aku adalah Him Yoona, Yoona yang kuat. Bila kebahagiaan menjadi takdirku maka ia akan datang padaku.” Kata Yoona meyakinkan kakaknya. Seulong hanya menghela napas berat, ia tahu Yoona akan berusaha sekuat tenaga berdiri dengan kakinya sendiri tanpa bantuan orang lain meskipun ada ribuan tangan yang mencoba membantunya berdiri.

 

“Oppa, aku mulai mengumpulkan bukti-bukti kecurangan Sung Han dalam perusahaan. Aku yakin akan segera menemukan motif tindakannya.” Yoona mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Kau tidak usah memikirkan hal itu, Yoong. Aku yang akan mengurusnya,”

“Maafkan aku Oppa, kali ini aku tak bisa mempercayaimu,” Seulong menaikkan sebelah alisnya. “Harus ku akui kau terlalu lembek pada Sung Han. Jadi aku yang akan bertindak, Oppa tunggu saja apa yang akan kulakukan pada Sung Han bila aku sudah mempunyai cukup bukti untuk menjebloskannya ke penjara.”

“Terserahmu lah. Tapi kau harus berhati-hati, Oppa tidak ingin kau terluka.”

 

-0-

 

Yoona POV

Sebenarnya aku malas sekali menemui Choi Siwon yang tiba-tiba menghubungi ponselku dengan dalih mengajak makan siang. Aku tidak tertarik dengan ajakannya yang juga akan memperkenalkan aku dengan teman-temannya. Tentu saja, kepada teman-temannya yang kaya raya. Bukan karena aku merasa sombong atau tidak pantas, hanya saja aku sama sekali tidak familiar dengan berbagai acara yang sering dilakukan oleh kaum hedonist. Aku masih teringat dengan perkataan sahabatku, Jessica, yang mengatakan kalau aku harus mulai terbiasa hadir ke acara seperti itu mengingat aku adalah calon istri Choi Siwon, bila aku tak ingin mempermalukan diriku sendiri nantinya.

Jessica memang tidak salah berkata seperti itu, hanya saja aku tidak siap bila waktunya mepet begini. Secara tiba-tiba hadir di acara seperti itu tanpa persiapan apapun. Sama saja aku pergi berperang tanpa membawa senjata. Aku tak mau mendengar seringaian sinis Choi Siwon bila melihatku bersikap kikuk di hadapan teman-temannya.

 

Wasseo? Kemarilah jagiya, duduklah disebelahku” aku mendengarnya memanggilku saat aku masih berdiri memandangi restoran mewah yang kelihatan kosong itu. Hanya ada satu meja bundar tepat ditengah-tengah ruangan yang ditata rapi. Aku melihat dua orang namja lain duduk di meja itu, mereka pasti teman-teman Siwon dan ada seorang yeoja yang duduk di sebelah salah satu namja tersebut.

 

“Jagiya, kenalkan Park Jung Soo dan istrinya Kim Taeyeon dari Jeongsam Group. Dan yang satunya lagi adalah Shim Changmin dari Toudo Group. Mereka adalah sahabat-sahabatku,” aku memandangi ketiga orang itu. Yeoja yang bernama Kim Taeyeon itu tersenyum ramah padaku, kelihatan dia sangat berkharisma dan sepertinya ia bukanlah wanita yang sombong. Dan namja yang bernama Shim Changmin, wajahnya seperti sangat familiar bagiku. Mungkin dia pernah muncul di televisi atau majalah, tapi aku yakin pernah bertemu langsung dengannya. Entahlah aku tak dapat mengingat saat itu.

 

“Anyeong… Im Yoona imnida..” aku berusaha seramah mungkin. Aku mencoba rileks dengan situasi ini, aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri. Sesekali aku melirik namja bernama Shim Changmin itu, masih mencoba mengingat pertemuanku dengannya.

 

“Yoona-ssi, sebelumnya aku ucapkan selamat atas pertunanganmu dengan Siwon. Aku harap kau akan sanggup menghadapi sikapnya yang menyebalkan,” namja bernama Jung Soo itu berbicara penuh semangat, tapi kata ’pertunangan’ itu sesungguhnya tidak pada tempatnya. “kamsahamida..” jawabku lembut.

“Siwon-ah, kau beruntung sekali memiliki tunangan yang sangat cantik. Aku pikir sudah saatnya kau berhenti bermain-main dengan yeoja-yeoja di luar sana.” Jung Soo menatap Siwon sangat serius.

 

“Hyung, kau ini baru aku kenalkan saja padanya sudah langsung menuntutku berlebihan. Kau tahu sendirikan, aku tak suka ‘wanita baik-baik’. Dan Yoona sangat tahu itu. Benarkan jagiya?” Jagiya… sudah tiga kali dia menyebutku seperti itu. Aku tahu sekali bila seorang player sedang mencoba menggoda mangsanya. Aku memandangnya dengan tatapan galak saat tangannya merangkul bahuku. Dia menatapku sambil menaikkan sebelah alisnya, mengerti dengan protes diamku akhirnya dia menyingkirkan tangannya dari bahuku.

 

Acara makan siang itu berjalan baik, syukurlah… aku pikir itu karena hanya acara makan bersama sahabat-sahabat Siwon. Park Jung Soo dan istrinya adalah orang-orang yang ramah dan hangat, sedangkan Shim Changmin walaupun lebih banyak diam dan terkesan dingin tapi dia adalah seorang yang ramah dan bijaksana. Itu yang dapat aku tangkap setiap kesempatan dia berbicara. Aku tak menyangka Choi Siwon mempunyai sahabat yang berkarakter seperti itu. Aku sedikit memperhatikan sikap Siwon yang cukup hangat ketika bercengkerama dengan sahabat-sahabatnya. Mungkinkah sikapnya yang dingin dan arogan hanyalah topeng baginya??

 

-0-

“Yoona-ssi…” aku mendengar seseorang menyebutkan namaku ketika aku sedang duduk menyendiri di sebuah meja coffee shop sore itu. Aku melihat seorang namja tinggi sedang tersenyum di hadapanku.

“Oh, Changmin-ssi… apa kabar?” tanyaku kikuk.

“Baik. Kau kenapa melamun sendirian disini?” seketika dia mengambil posisi duduk berhadapan denganku tanpa mempersilahkannya terlebih dahulu. “Aku tidak sedang melamun, aku sedang mengerjakan pekerjaanku yang tersisa,” tunjukku pada laptop yang sedang terbuka. Dia hanya tersenyum manis mendengar jawabanku.

“kau masih ingat aku kan?”

“Eh, maksudmu apa?”

“Kau tidak ingat pertemuan kita di gedung opera di Paris tiga tahun yang lalu?” Aku mulai mengingat-ingat kejadian 3 tahun yang lalu saat tahun terakhir aku kuliah di Prancis.

“Ah… iya, aku baru ingat. Jadi kau pria sok cool yang mengaku bernama Max itu kan? Kau yang menarikku sebagai tameng untuk menghindari kejaran wanita-wanita Prancis yang garang itu kan?”

“Aigoo, kenapa kau mengingat sekali bagian itu? Aku jadi merasa tidak enak.”

“Tentu saja aku mengingat bagian itu. Kau membuatku terpaksa berperilaku sebagai ibu tiri yang kejam untuk mengusir wanita-wanita gila yang mencoba menyerangmu.” cibirku. Entah mengapa aku merasa telah mengenalnya sejak lama.

“Ibu tiri? Hahaha… itu adalah ide yang sangat bagus. Tapi setelah itu kita sempat beberapa kali bertemu termasuk ketika festival di tepi sungai Seine. Kau masih ingat?” tanyanya penuh semangat.

“Mmmmm… sedikit-sedikit aku mulai bisa mengingatnya,” cengirku padanya.

“Bagaimana hubunganmu dengan Siwon sejauh ini?” pertanyaannya membuat terdiam sebentar.

“Molla.. kau tahu sendiri kan bagaimana sifat sahabatmu itu, aku tidak begitu exciting bergaul dengannya,” jawabku sambil menghela napas panjang.

“Siwon memang selalu menyebalkan bila berbicara soal wanita. Kau tahu kan dia punya penyakit playboy akut. Tapi kau tenang saja aku akan membantumu untuk dekat dengannya,”

“Membantuku? Dalam rangka apa? Aku tidak tertarik…” jawabku enteng.

“Dalam rangka menyembuhkan penyakit kronis yang dideritanya, apalagi kalau bukan soal merayu wanita-wanita di luar sana. Aku sudah bosan dengan sikap arogannya yang kumat bila diperingatkan soal tipe-tipe wanita yang licik dan mungkin saja akan menjebaknya sehingga dapat merusak nama baiknya.” Aku melongo tak percaya mendengar penjelasannya.

“Kau benar-benar sahabat yang baik. Tapi jangan harap aku bisa bersikap manis padanya. Sepertinya hal itu akan jadi sulit sekali, karena aku juga tak menyukai sikap arogan dan egoisnya dari awal.”

“Kalau itu sih hakmu mau bersikap bagaimana, aku hanya mencoba membantu.” Aku hanya geleng-geleng kepala menanggapinya.

-0-

 

Aku malas sekali untuk mengangkat telepon yang datang darinya, siapa lagi kalau bukan Choi Siwon. Bukannya aku membencinya, hanya saja segala sesuatu tentang orang itu muncul di saat yang tidak tepat. Apalagi sekarang aku masih sibuk memeriksa dokumen-dokumen mencurigakan yang melaporkan beberapa kejanggalan terkait keuangan perusahaan. Memang saat ini sudah menjelang malam, tapi aku tak berniat sedikitpun beranjak dari kegiatanku sekarang.

“yeoboseyo…” akhirnya aku menjawab panggilan teleponnya dengan setengah hati.

“Yoona-ssi…” aku mendengar suaranya yang bercampur keributan, seperti suara musik yang sangat deras sehingga suaranya sedikit kedengaran tidak jelas. “Ne… ada apa??” jawabku tak tertarik.

“Aku mengundangmu datang ke tempatku sekarang? Jika kau ingin tahu seperti apa kehidupanku selama ini datanglah ke Retro Club di Central Town Building. Sedang ada pesta kecil-kecilan disini.”

“Memangnya harus sekarang? Aku sedang sibuk. Lagi pula aku tak tertarik datang ke tempat seperti itu,” jawabku ketus.

“Aku sudah mengira jawabanmu seperti itu. Aku sudah pernah bilang kan, gadis baik-baik sepertimu tidak akan pernah cocok denganku. Hidupmu terlalu berharga untuk masuk ke dalam duniaku yang penuh dengan kesenangan semata.” Kalimatnya membuatku memutar bola mata.

“Yang kau katakan sebagai gadis baik-baik itu juga memiliki kesibukan tersendiri, tuan Choi. Aku memang tidak familiar dengan hidupmu yang kau katakan hanya penuh kesenangan itu. Baiklah, aku akan memaksakan diri untuk datang ke tempatmu.” Tanpa pikir panjang aku memutuskan untuk menyanggupi undangannya.

 

Aku segera membereskan dokumen yang sedari tadi kupandangi. Aku membuka lemari pakaianku, berusaha menemukan busana yang cocok untuk datang ke tempat yang disebutkannya, klub malam. Beberapa kali aku pernah datang ke tempat seperti itu, dan beberapa diantaranya ku datangi ketika aku masih kuliah di Prancis. Jadi aku cukup tahu seperti apa klub malam itu.

 

Akhirnya aku memutuskan mengenakan jeans hitam dipadu dengan kaus you can see berwarna senada dengan potongan leher yang agak rendah. Aku sengaja memakai jaket berbahan jeans berwarna biru tua untuk menghindari tubuh bagian atas agar tak ter-expose. Aku segera menyambar kunci mobilku dan segera berangkat. Aku bersyukur eomma sedang menginap di rumah Jin Ah eonni, jadi tidak akan ada yang menginterupsiku bila kelak aku akan pulang dini hari.

 

Ketika aku sampai di klub malam itu, aku diarahkan oleh salah seorang bodyguardnya menuju tempatnya berkumpul dengan teman-temannya. Siwon duduk disebuah sofa panjang dan di kanan kirinya duduk wanita-wanita yang berdandan tebal plus berbusana minim. Tentunya wanita-wanita itu terlihat cantik. Mereka sedang merengek-rengek manja pada namja itu. Ekspresi yang diperlihatkan Siwon sendiri tentu bisa ditebak, namja itu terlihat menikmatinya.

 

Aku mendapati Changmin juga berada disana, dengan keadaan yang sama-sama dikelilingi wanita-wanita penghibur memuakkan. Changmin yang mendapatiku datang ke tempat mereka terlihat cukup kaget, setelahnya dia berusaha kembali bersikap cuek. Sekilas aku melihatnya menggeleng kepala, entahlah mungkin dia menyayangkan kedatanganku kesini.

 

“Aku tak menyangka kau bersedia datang kesini, Yoona-ssi. Aku pikir gadis sepertimu tak akan nekad datang ke tempat seperti ini. Aku harap kau bisa menikmati acaranya. Kau tidak ingin memesan minuman?” kata Siwon seraya mengangkat segelas bir.

 

Aku hanya mengangkat bahuku melihat sikap semena-menanya. Setelah memaksaku datang ke tempat seperti ini, ia malah dengan cueknya membiarkanku yang masih bingung ingin melakukan apa disana. Pemandangannya yang sedang bercengkrama dengan wanita-wanita murahan itu membuatku muak. Dia masih saja asyik tetawa-tawa riang walau sesekali aku memergokinya melirikku. Aku hanya memberikan tatapan malas membalas lirikannya.

 

Aku memutuskan duduk di sebuah bar dan meminta segelas cola kepada bartender, hal yang biasa aku lakukan bila mengunjungi tempat seperti ini. Aku memandang ke sekitarku, semua larut dalam kesibukan masing-masing yang diiringi suara dentuman musik keras dari DJ. Aku sempat mendapati banyak pandangan-pandangan liar dari mata pria-pria yang mengarah padaku. Jujur aku cukup merasa risih, hanya saja aku berusaha sekuat mungkin mengacuhkannya.

 

“Bagaimana pendapatmu sekarang tentang kehidupan malamku, nona Im?” aku mendengar suara Siwon, ternyata dia datang menghampiriku. Aku tersenyum miring sebelum menjawabnya, “Biasa saja, tidak ada yang istimewa. Bukankah kau sudah cukup dikenal dengan gaya hidupmu yang seperti ini…” pernyataan terakhirku membuatnya mengerutkan dahi. “Benarkah?? Wah… aku terkesan wanita sepertimu bisa cepat beradaptasi dengan baik dengan gaya hidupku yang seperti ini..” aku tahu dia sedang menggodaku ani.. lebih tepatnya mengolokku.

“Wanita sepertiku? Jika yang kau sebut kata ‘wanita’ itu sebagai gadis baik-baik yang hanya mengenal kenyamanan dan jauh dari hingar bingar kehidupan malam mungkin ada benarnya, tapi aku tidak sepolos yang kau bayangkan, Siwon-ssi ani.. Siwon Oppa. Bukankah sudah kukatakan untuk selalu waspada pada setiap hal yang menginterupsi kesenanganku, maka aku bisa melakukan hal yang jauh dari ekspektasimu,” aku menatapnya dengan sorot mata dingin.

 

“Jinja?? Yang aku tahu kau hanyalah seorang nona manja yang selalu bersembunyi di bawah ketiak ayahnya, yang akan dengan mudah menangis bila tak mendapat apa yang diinginkannya,”

 

“Apa kau mencoba menghinaku, Oppa? Kau membuat kesalahan besar. Kau harus tahu bahwa aku tak sesuci yang kau katakan itu.” Aku mengalihkan pandanganku kepada bartender dan memintanya memberikan satu gelas cocktail untukku. Aku membuka jaketku dan sekarang sukses mengkespos bahuku yang hanya mengenakan kaus you can see. Aku merasakan tatapannya di sampingku, namun aku tak berniat memberikan tatapan balik. Aku menenggak cocktail yang diberikan bartender, dalam sekali tegukan saja aku merasa ada sesuatu yang membakar kerongkonganku. Aku berusaha bersikap senormal mungkin seperti layaknya sehabis menelan air mineral. Aku masih menunggunya mengomentari aksiku barusan.

 

“tuan muda…” aku mendengar seorang gadis menghampirinya, dan memeluknya dari belakang. Gadis itu bertingkah sok manja sekali, membuatku muak setengah mati. Tapi Siwon masih mengabaikannya, dia masih menatapku dengan tatapan menyelidik. “tuan muda… ayo kita pergi ke lantai dansa,” rengekannya sayup sayup terdengar terhalang hingar bingar musik. “Bisakah kau menyingkir, aku sedang tidak mood bermain denganmu,” aku heran dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah sinis pada gadis mainannya. Gadis itu cemberut, dan tatapannya mengarah padaku. Dari tatapan ketidaksukaannya jelas dia mengira akulah penyebab sikap dingin Siwon.

 

“Oppa, apa yang kau lihat dari wanita ini? Bahkan dia tak sedikitpun berdandan cantik untuk memikatmu. Dia bukan wanita yang pantas untukmu, dia terlalu biasa..” kata-kata wanita itu terdengar begitu ingin memojokkanku, dia pikir aku akan mudah terprovokasi.

 

“Aku memang berbeda dari kebanyakan wanita yang ada disini, nona. Setidaknya aku bukan wanita murahan yang dengan mudah menggoda laki-laki yang terlihat pantas untuk dijadikan mangsa,” sahutku dengan nada super dingin.

 

“Kau!! Dasar yeoja kurang ajar..!!” gadis itu melayangkan tangannya ke wajahku. Dengan sigap aku menahan tangannya, menekan pergelangan tangannya cukup kuat. Aku yakin sebentar lagi akan ada bekas merah disana melihatnya yang kesakitan karena tindakanku. “Aku harap kau berhati-hati dengan sikapmu nona. Tidak semua orang bisa kau perlakukan seenakmu.” Kataku segera setelah melepas cengkeramanku dari tangannya. Yeoja yang merasa telah kalah dariku itu pun segera pergi kembali ke sofa tempatnya duduk.

 

“Kau benar dengan kata-katamu soal dirimu yang di luar ekspektasiku. Tapi aku rasa kau tidak perlu bertindak sejauh itu. Dimataku kau tetaplah wanita baik-baik yang sudah seharusnya bersikap manis dimanapun kau berada,” aku membalas kata-kata Siwon dengan seringaian.

 

Karena kesal aku beranjak dari tempatku semula, aku berjalan menuju balkon lantai dua dalam klub itu untuk memandangi lantai dansa. Tak sengaja pandanganku menangkap satu sosok yang sangat tidak kusukai, Im Sung Han. Dia sedang merangkul seorang wanita yang tidak kukenal, sepertinya mereka segera meninggalkan tempat ini. Aku harus mengikuti kemana mereka pergi, karena feelingku mengatakan mengikuti mereka akan membawaku menemukan jawaban atas kecurigaanku terhadap Sung Han.

 

Seseorang menahan tanganku sesaat sebelum aku pergi. “Kau mau kemana, kenapa terburu-buru.” Siwon berusaha menahanku lebih lama. “Aku punya urusan mendadak, jadi aku harus pergi,” aku berusaha melepaskan cengkeraman tangannya. “Urusan apa malam-malam seperti ini. Aku akan mengantarmu.”

“Tidak perlu, aku membawa mobilku sendiri.” Aku menghempaskan tangannya dan segera berlari, aku tak ingin kehilangan jejak Sung Han.

 

Aku terus mengikutinya secara diam-diam. Hingga aku melihat mobilnya berhenti di tempat parkir sebuah apartemen mewah. Aku ikut turun dan mengikuti langkah Sung Han yang masih bersama wanita itu. Mereka masuk ke dalam apartemen nomor 38 dan sampai disana aku masih bingung dengan aksiku selanjutnya. Lalu aku mulai menyadari alamat apartemen ini sesuai dengan data dalam dokumen terkait penggelapan dana perusahaan yang dicurigai dilakukan oleh Sung Han.

 

Merasa penasaran, aku berjalan mendekati pintu apartemen itu, tapi belum sampai beberapa langkah seseorang membekapku dari belakang dan menyeret tubuhku. Aku tidak bisa melihat siapa yang melakukannya, aku hanya dapat melihat sebuah tangan kekar berbalut jas hitam melingkar di bahuku. Tapi aku merasa familiar dengan aroma parfum yang dipakainya. Aku jadi sedikit takut jika aku telah ketahuan mengikuti Sung Han, dan aku sendiri tak mengantisipasi jika terjadi hal seperti ini. Kini aku hanya berharap seseorang dapat menolongku.

 

To Be Continue…

Bagaimana cerita FF ini?? Apakah membosankan atau ga jelas sama sekali??

FF ini sudah pernah di publish sebelumnya, mungkin ada readers yang sudah pernah membaca. Bagi yang baru membaca aku berharap pada kesediaannya memberikan komentar, kritik membangun, kalau boleh juga ‘like’ nya…