Letter, Story, and Love

Author             :           Tam.P
Genre              :           Romance, Sad, Comedy
Rating              :           PG13 – PG15
Category         :           Oneshoot
Cast                 :

  • Ok Taecyeon (2PM)
  • Ham Eun Jung (T-ara)
  • Im Yoon Ah (SNSD)
  • Lee Jang Woo
  • Jeon Bo Ram (T-ara)

Huaaaa… Annyeong reader sekaliannn… Akhirnya selesai juga FF ini… Maaf yaa lama banget baru post… Ini FF baru selese malem ini…

Ini FF bongkar pasang yang udah lama sebenernya, tapi terjadi perubahan cerita dari awal sampai akhir dan penambahan cast. Plus… Waktu Tam bikin FF ini pas lagi mood berubah-ubah karena berbagai hal… Jadinya itu ngimbas ke FF nya yang rada sedikit gak nyambung (menurut Tam loo). Tapi mudah-mudahan reader semua suka yaa sma FF oneshoot Tam yang ini… 🙂 Maaf juga kalau banyak kata-kata yang salah nanti, soalnya Tam blm meriksa juga FF ini… Begitu selesai, langsung post…

Trus, Tam juga mau minta maaf karena belum bisa ngelanjutin You Make Me CRAZY!!!, Eternal Love, Let It Snow, dan If You Make Me Sad, I Will Make You Happy. Tapi lagi dalam proses… Doain yaa reader bisa cepet selese… 😀

Hahaha… Udahan ah curcolnya… Gak mule-mule ini FF… Okelah reader… Jangan lupa habis baca komen yaa… Komen kalian itu berharga loo… 😀 Cukup 1 komen reader, bisa membuat author sangat bahagia… (Hahaha… Agak sedikit hiperbol yaa? Tapi ini serius loo reader :))

Hhaha…Iya… Iya, Tam stop ngomongnya… xD Silahkan… Letter, Story, and Love

___________________________________________________________________________

Eunjung POV

BRUKK!!!
Aku menjatuhkan diriku ke atas sofa dan melihat kesekeliling ruang tamu apartment baruku.

“Huaaa… Aku cape sekali…” Teriakku. Hanya itu yang bisa aku lakukan sekarang. Pindah apartment benar-benar melelahkan. Aigooo…

“Eunjung-ah, ini, minum dulu.” Tiba-tiba Boram Eonni datang dari arah dapur dan membawa segelas air dingin lalu memberikannya padaku. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil gelas itu dan meneguk habis isinya hanya dalam satu kali teguk. “Kau benar-benar kecapean sepertinya Eunjung… Hahaha…” Kata Boram Eonni lagi yang melihatku meneguk habis air minum yang dia berikan padaku tadi.

“Ne eonni… Aigooo… Barang-barangku masih banyak yang belum aku pindahkan ke kamarku… Eottokhae eonni? Ahh… Aku tidak mau lagi pindah-pindah tempat tinggal.” Jawabku dan membuat Boram Eonni tertawa.

“Hahaha… Siapa suruh, barang-barangmu itu banyak sekali Eunjung-ah. Hahaha…” Aku cemberut mendengar jawaban kakak sepupuku ini.

“Eonni, apa kau tidak kasihan dengan dongsaengmu ini? Huwaaa… Eonni, kau mau membantuku kan? Ayolah eonni… Mau kan?” Tanyaku dan mengeluarkan puppy eyes-ku.

“Hmmm…”

“Ayolah eonni… Jeballl…” Kataku memelas. Aku tidak bisa membayangkan kalau harus memindahkan barang yang bertumpuk di pojok ruang tamu itu ke kamarku sendirian.

“Ne…” Jawaban singkat Boram Eonni membuatku langsung bangkit berdiri dari dudukku.

“Jinjja? Waaa… Gomawo eonni…” Aku langsung memeluk Boram Eonni. “Ayo eonni… Kajja…” Ajakku. Boram Eonni hanya tersenyum dan mengikutiku ke pojok ruang tamu dan mulai mengambil barang untuk dipindahkan ke kamarku.

End of Eunjung POV

Normal POV

30 menit kemudian

TING… TONG…

Bel apartment mereka berbunyi saat mereka masih sibuk memindahkan barang-barang itu. Dengan langkah gontai (?), Eunjung berjalan menuju pintu apartment mereka dan membukanya.

“Annyeonghaseyo… Ini ada kiriman surat untuk anda nona.” Orang itu yang ternyata tukang pos, menyodorkan seamplop surat.

Tanpa melihat siapa pengirimnya, Eunjung menerima surat itu. “Kamsahamnida…” Setelah itu, Eunjung menutup kembali pintu apartmentnya dan membawa surat itu masuk ke dalam.

End of Normal POV

Eunjung POV

“Siapa Eunjung-ah?” Tanya Boram Eonni saat aku sudah kembali ke ruang tamu.

“Tukang pos eonni… Dia mengan… Ommo!!! Tunggu dulu…” Aku menghentikan aktifitasku dan hanya terpaku pada amplop surat itu. Tepatnya nama penerima surat itu…

“Ada apa Eunjung-ah? Ada yang salah?” Tanya Boram Eonni yang kelihatan bingung.

Im Yoon Ah? Siapa Im Yoon Ah?” Gumamku. Tapi sepertinya cukup nyaring karena Boram Eonni bisa mendengarnya.

“Mwo? Im Yoon Ah? Dugu? Itu surat dari siapa Eunjung?”

“Mollayo eonni… Disini ditulis untuk Im Yoon Ah…” Kataku memberikan amplop itu kepada Boram Eonni. Boram Eonni mengambil amplop itu dan melihatnya

“Nama pengirimnya… Ok Taecyeon? Sepertinya orang ini salah alamat Eunjung-ah.” Boram Eonni kembali membalik amplop itu. “Tapi, alamatnya benar. Ini alamat apartment kita. Atau…”

“Atau apa eonni?”

“Apa surat ini sebenarnya untuk penghuni apartment yang dulu? Yang menepati apartment ini sebelum kita.” Aku mengerutkan kening. Mungkin juga.

Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil surat itu dar tangan Boram Eonni dan membukanya. Aku penasaran dengan isinya.

“YAA!!! Eunjung-ah, jangan dibuka…” Aku tidak memperdulikan teguran Boram Eonni dan mulai membaca isinya.

Untuk wanita yang aku cintai di dunia ini…
Im Yoon Ah…

Yoona-ya, aku tahu aku memang bukan orang yang pandai membuat surat dengan kata-kata indah dan romantis seperti yang biasanya dituliskan oleh seorang laki-laki kepada wanita yang dia cintai. Tapi, aku harap kau bisa menemukannya. Menemukan arti surat yang aku tuliskan ini untukmu.

Di surat ini, aku tidak ingin marah padamu karena kau sudah meninggalkanku. Aku tidak ingin menyampaikan rasa sakit hatiku padamu. Tapi aku ingin menyampaikan sebuah perasaan yang tidak akan pernah berubah sampai kapanpun Yoona, dan kau pasti tahu itu kan? Kau tahu kalau aku benar-benar mencintaimu.

Sebenarnya sangat banyak yang ingin aku ceritakan padamu Yoona. Tapi mungkin itu tidak penting buatmu. Tapi intinya aku mengirimkan surat ini agar kau tahu kalau aku masih mencintaimu dan aku ingin kita seperti dulu lagi. Aku menginginkan itu Yoona. Aku tidak mau munafik dan membohongi diriku sendiri.

Mungkin kau mengira aku berlebihan karena terlalu banyak mengumbar kata-kata cinta. Tapi terserah kau. Itu memang kenyataannya, dari hatiku untukmu. Aku tidak tahu harus menuliskan apalagi. Mungkin cukup sampai disini dulu Yoona.

Terima kasih, karena kau mau membaca surat ini sampai habis… Dan terima kasih, kau sudah datang di hidupku.

Dari orang yang selalu mencintaimu…
Ok Taecyeon

Aku terdiam membaca surat itu dan langsung membuang surat beserta amplopnya itu ke sofa dan kembali ke tumpukan korak yang berisi barang-barangku di pojok ruangan.

“Eunjung-ah, sepertinya surat ini penting sekali buat pengirimnya.” Aku menarik napas dan berpikir sejenak.

Aku hanya diam kemudian melanjutkan. “Nanti aku kirim kembali ke pemiliknya eonni.” Sahutku acuh.

End of Eunjung POV

Normal POV

Boram hanya terdiam mendengar jawaban Eunjung. Dia tidak tahu harus mengatakan apalagi, mungkin pilihannya untuk diam lebih baik.

Akhirnya Boram datang menghampiri Eunjung dan mulai membuka pembicaraan lagi. “Ayo Eunjung-ah, masih banyak yang belum dipindahkan.” Katanya. Eunjung hanya mengangguk sambil mencoba tersenyum walau terlihat sekali kalau senyum itu senyum yang dipaksakan.

***

Eunjung duduk diam di samping jendelanya sambil memandangi langit malam yang cerah. Dengan disinari terangnya bulan malam itu, dia menatap langit dalam diam tanpa melakukan apapun. Ya, hanya diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam dirinya dan tidak ada yang mengerti apa itu.

Setelah lama siibuk dengan pikirannya, tiba-tiba air mata mengalir dari sudut matanya. Dan semakin lama suara isakan Eunjung memenuhi ruangan itu. tidak ada yang mengerti apa yang ditangisinya dan entah sampai kapan dia akan berada disana.

“J… Ja…” Hanya kata yang terputus itu yang keluar dari mulut Eunjung. Selebihnya, hanya suara isakan yang terdengar.

***

Eunjung POV

Untuk seseorang yang sudah mengunci hatiku…
Ham Eun Jung.

Ini pertama kalinya aku menulis surat untukmu atas dasar cinta.

Aku tidak pernah menduga akan bisa mencintaimu Eunjung. Aku hanya menyangka saat pertemuan pertama kita hanya menjadi teman dekat. Tidak lebih dari itu. tapi, semakin lama, semakin kita dekat, aku malah menginginkan lebih Eunjung.

Aku tidak bermaksud menghancurkan hubungan kita yang sebelumnya. Aku hanya ingin mengatakan yang sebenarnya tentang perasaanku. Kalau aku sangat mencintaimu Ham Eunjung.

Mungkin ini hanya kata-kata klise yang sangat biasa. Karena kau harus tahu Eunjung, kalau aku tidak bisa membuat kata-kata indah. Jadi, walaupun hanya seperti itu, kau bisa memahami artinya.

Eunjung-ah, saat aku menulis surat ini untukmu, aku seperti tidak bisa merasakan apa-apa. Rasanya… Campur aduk. Aku merasakan lega, senang, sekaligus takut secara bersamaan. Aku lega sudah mengatakannya. Aku senang kau sudah tahu isi hatiku. Dan aku takut… Takut setelah ini kau akan menjauh dariku Eunjung. Aku takut kau akan menghidar dariku setelah mengetahui semuanya. Aku benar-benar takut Eunjung-ah. Jadi, aku harap setelah kau tahu semuanya, anggap saja aku tidak pernah mengatakan apa-apa. Lupakan tentang surat ini dan semuanya dan hubungan kita akan kembali seperti semula.

Oke, cukup sampai disini dulu Eunjung-ah. Aku tidak mengharap balasan darimu. Kau mengetahuinya saja aku sudah sangat bahagia. Gomawo Eunjung-ah… Mianhae sudah mengganggumu…

***

Aku terjaga dari tidurku. Mimpi itu… Isi surat itu… Orang itu. semua tergambar jelas. Aku berusaha untuk menghilangkan wajahnya dan semua yang berhubungan dengannya. Tapi percuma. Wajahnya semakin tergambar jelas dibenakku.

Aku terisak lagi. bahkan mengingatnya saja sudah sangat menyakitkan buatku. Kapan bayang-bayangnya bisa hilang dari hidupku? Kapan dia bisa pergi menjauh dari hatiku?

Semakin lama isakanku semakin nyaring. Kenapa aku harus mengalaminya lagi? Isi surat orang itu hampir mirip dengan isi suratnya. Isi surat orang itu mengingatkanku lagi padanya. Itu bukan surat biasa yang hanya mengumbar banyak kata cinta. Tapi surat yang ditulis dengan perasaan hampir sama seperti saat dia menulis surat untukku. Aku tidak bisa mengelaknya.

Aku tidak tahu sampai kapan harus menangis. Samapai kapan terisak seperti ini. Sampai kapan harus menahan rasa sakit yang sangat menyiksa ini. Sampai kapan harus mencoba menerima kenyataan kalau dia sudah melupakan aku.

“Melupakan aku… Sama sekali tidak mengingatku.” Aku merasa ada yang meremas paru-paruku sehingga aku sulit bernapas. Sesak sekali. Kenapa kau melupakanku? Kau tahu bagaimana perasaanku melihatmu bersama wanita lain tanpa memperdulikan perasaanku.

Aku terus menyebutkan namanya dengan lirih dan dibarengi dengan isakan yang sendari tadi tidak berhenti melainkan semakin kencang. Aku merasa begitu susah menggapainya lagi. dia terlalu jauh dari jangkauanku. Mungkin aku memang bukan wanita seperti di drama-drama yang akan memperjuangkan cintaku. Iya, karena ini juga bukan drama. Ini kisah hidupku yang tidak beruntung dalam hal cinta.

End of Eunjung POV

Normal POV

Waktu sudah menunjukan pukul enam pagi dan Eunjung tetap pada posisinya yang semula. Dia tidak sama sekali merubah posisinya. Dia tidak tidur sejak kejadian tadi malam bahkan saat tangisannya sudah reda.

Mungkin karena dia takut kalau tidur mimpi itu datang lagi atau dia memang benar-benar tidak bisa tidur? Siapa yang tahu? Perasaannya sangat susah untuk ditebak.

Tok… Tok… Tok…
Suara ketukan pintu terdengar dari pintu kamar Eunjung. Eunjung mengarahkan pandangannya pada pintu itu dan beranjak dari tempat tidurnya untuk membukakan pintu.

Ckrekk… (?)

“Eunjung-ah? Kau… Kenapa?” Tanya Boram saat ointu sudah dibuka. Dia kaget melihat keadaan Eunjung. Matanya sembab dan rambutnya acak-acakkan. Tapi keadaannya ini sudah lebih baik dari keadaannya semalam.

“Gwenchana eonni…” Sahutnya singkat sambil mencoba untuk tersenyum walaupun sangat terlihat jelas kalau senyum Eunjung itu senyum terpaksa.

Boram hanya diam. Walaupun Eunjung tidak mengatakan apa-apa, dia tahu apa yang menyebabkan Eunjung seperti ini. Eunjung mengingat lagi orang itu.

***

Pukul 09.00

Eunjung sudah terlihat rapi dengan blouse putih yang dia kenakan dan dipadukan dengan celana jins panjang berwarna gelap. Simpel. Karena Eunjung bukan orang yang menggilai fashion seperti wanita kebanyakan. Menurutnya cukup dengan pakaian seperti ini untuk berangkat ke kampus.

Dia keluar dari kamarnya  menuju dapur untuk sarapan. Ternyata Boram sudah menunggunya disana.

“Eonni tidak kuliah hari ini?” Tanya Eunjung saat melihat Boram tampak masih santai dengan baju rumahnya.

“Dosen eonni hari ini ada urusan Eunjung-ah. Jadi eonni libur.” Sahut Boram dengan senyum manisnya. Dan Eunjung hanya mengangguk menanggapi jawaban Boram tadi lalu duduk manis di kursinya dan mulai mengambil makanan untuk sarapannya pagi ini. begitu juga dengan Boram.

Sarapan pagi itu dibarengi dengan beberapa obrolan basa basi dari Eunjung maupun Boram. Boram juga mencoba untuk menghibur Eunjung karena masih terlihat kesedihan itu dimatanya walaupun dia tertawa.

“Eonni, surat kemaren mana? Hari ini aku mau mengirim surat itu kembali.” Tiba-tiba Eunjung menanyakan surat salah kirim kemarin kepada Boram setelah dia sudah menghabiskan makanannya.

“Biar eonni aja nanti Eunjung.” Sahut Boram.

“Gwenchana eonni, sekalian jalan.” Boram mengalah dan memberikan surat itu pada Eunjung. Setelah itu Eunjung segera bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu. “Eonni, aku berangkat dulu yaa…”

“Ne… Hati-hati.”

***

Eunjung POV

Aku membelokkan mobilku ke pelataran parkir kantor pos dan mematikan mesin mobil saat mobilku sudah terparkir sempurna. Lalu turun dari mobil dan mulai memasuki gedung itu.

“Annyeonghaseyo. Ada yang bisa dibantu?” Sapa seorang ahjussi.

“Annyeonghaseyo. Saya ingin mengantar surat ini. Tapi kembali ke pengirimnya.“ Kataku dan ahjussi itu menatapku heran. “Surat ini salah kirim ahjussi. Dan aku ingin mengembalikan surat ini ke pengirimnya.” Setelah aku jelaskan seperti itu, ahjussi itupun mengangguk mengerti.

“Tapi, anda tidak bisa mengirim surat seperti ini.” Sekarang giliran aku yang menatap heran ke arah ahjussi tadi. “Anda ingin mengirimkan surat ini untuk pengirimnya kan? Dan itu tidak bisa kalau di amplop ini tetap tertulis nama pengirimnya itu sebagai pengirim…” (Ribet amat sih si author… >< Reader ngerti kan?) Aigoo… Bodohnya aku melupakan hal itu. Aishh…

Dan akhirnya aku harus membeli amplop lagi beserta perangkonya. Arghh… Pengirim surat ini benar-benar menyusahkanku. Dia dari abad berapa sih? Apa dia tidak mengenal tekhnologi hah?

“Gomapseumnida…” Kata ahjussi tadi saat aku ingin beranjak pergi dari sana.

“Cheonmaneyo…” Aku membungkukkan badan, lalu pergi dari sana.

Dan aku sudah terbebas dari surat yang menyusahkan itu.

End of Eunjung POV

***

Normal POV

1 minggu kemudian…

Ting… Tong…

“Aishh… Siapa yang datang pagi-pagi begini?” Eunjung menggerutu du tempat tidurnya. Salah satu hal yang paling dia benci adalah diganggu ketika dia sedang tidur (Eonni… Ayo kompakan… *plok*).

Ting… Tong…

“Arghhh… Boram Eonni kemana? Kenapa tidak membuka pintu?” Eunjung sudah duduk di tempat tidurnya, tapi masih dengan mata terpejam dan keadaan setengah sadar. Dan tidak lama dia kembali tertidur dengan keadaan yang sama.

Ting… Tong…

“YAAAAA!!! SIAPA YANG DATANG PAGI-PAGI BEGINI!!! ARGHHHH!!!” Eunjung turun dari tempat tidurnya berusaha mencari Boram yang pagi itu entah kemana sampai dia sadar, kalau eonninya itu kuliah hari ini. Aishh…

CKREKK…

Dia membuka pintu cukup kasar dan menatap tajam orang yang sudah berani-berani mengganggu tidurnya pagi ini.

“Yoona… Aku benar-benar merindukanmu.” Eunjung tertegun saat orang yang berada di balik pintu itu langsung memeluknya…

End of Normal POV

Eunjung POV

“Yoona… Aku benar-benar merindukanmu.” DEG! Siapa orang ini? Kenapa dia tiba-tiba memelukku seperti ini? Dan tubuhnya… Bau soju?! Orang ini mabuk.

“YA!! Duguseyo?!! Apa kau tidak tahu sopan santun, hah?!!” Aku mendorongnya sekuat tenaga mencoba menjauhkan tubuhnya dariku.

“Yoona… Apa kau sudah melupakan aku?” Dia kembali berjalan ke arahku dan semakin dia mendekat, aku memundurkan (?) langkahku. “Yoona, aku… Sangat mencintaimu…”

BRUKK!!!

Omo… Dia… Dia pingsan… Eottokhae?

Aku terdiam beberapa saat untuk menjernihkan pikiranku. Sekarang apa yang harus aku lakukan?

***

Aku baru saja selesai mengompres orang ini karena demamnya cukup tinggi. Setelah berpikir cukup lama tadi dan mengetahui kalau dia sedang demam, aku memutuskan untuk membawanya masuk. Tidak mungkin aku meninggalkan orang ini begitu saja di depan pintu apartmentku kan?

“Y… Yoona…”

Aku langsung menoleh saat mendengar suara itu. Dia mengigau?

 “Yoona…” Lagi-lagi dia mengigau memanggil nama itu. Yoona? Sepertinya aku pernah mendengarnya.

Untuk wanita yang aku cintai di dunia ini…
Im Yoon Ah…

Omo… Apa dia… Dia pengirim surat itu? Apa dia orang yang bernama Ok Taecyeon itu?

“Yoona…”

Deg… Deg… Deg…
Seketika itu juga jantungku berdebar keras. Bayangannya muncul lagi… Bayangan kabur tapi masih sangat jelas di ingatanku.

“E… Eunjung-ah…” Aku tersentak saat mendengar suara itu dan aku reflek langsung menoleh ke arahnya yang sedang terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit itu.

Aku langsung mendatanginya. “Wae oppa?”

“Eunjung-ah…” Dia hanya menjawab seperti itu dan berapa kali aku menanyakan padanya jawabannya masih sama.

Akhirnya aku memutuskan untuk memanggil dokter. Tapi saat aku mau keluar dari ruang rawat, dia memegang tanganku erat.

“Oppa… Tenang saja. Aku ada disini… Aku tidak akan meninggalkanmu.” Kataku akhirnya sambil menitikkan air mata.

Tes…

Lagi-lagi aku menjatuhkan air mataku. Ini sudah yang kesekian kalinya aku menitikkan air mataku karenanya.

“Yoona…” Suara itu keluar lagi dari mulutnya dan membuyarkan lamunanku.

Akhirnya aku memutuskan untuk bangkit berdiri dan mengambil baju dan handukku. Aku baru ingat kalau aku belum mandi. Tapi, saat aku ingin beranjak pergi, tangannya menahan tanganku. Erat sekali.

“Yoona, jangan pergi… Jangan tinggalkan aku…” Aku mencoba melepaskan genggamannya dari tanganku tapi yang ada dia malah menggenggamku semakin erat. Sekarang aku harus bagaimana?

CKLEKK!

Aku mengalihkan pandanganku ke arah pintu dan menemukan Boram Eonni disana.

“Omona… Itu siapa Eunjung-ah?” Boram Eonni langsung menghampiriku dan aku bisa melihat betapa terkejutnya dia saat melihat kalau laki-laki ini memegang tanganku.

“E… Eonni… Ini bukan seperti yang kau kira. Aku…” Tiba—tiba Boram Eonni langsung menarikku sehingga genggaman tangan orang itu terlepas dari tanganku dan dia menarikku ke dapur (ga keren bgt yaa…).

“Eunjung! Siapa laki-laki itu? Kenapa bisa ada disini? Kenapa kau seenaknya membawa orang itu masuk?” Omonaa… Cobaan apa lagi ini Tuhan? Aku sudah cukup pusing dengan laki-laki bernama Ok Taecyeon itu dan sekarang apa aku harus mendengan omelan eonniku ini? Arghhh…

“Eonni, dengarkan dulu penjelasanlu…” Akhirnya aku menjelaskan semuanya. Dari awal sampai akhir.

“Jadi, orang itu yang bernama Ok Taecyeon?” Tanya Boram Eonni sedikit tidak percaya. “Sebegitu cintanya dia dengan wanita yang bernama Yoona itu.” Aku terdiam.

“Eonni…” Panggilku. “Kenapa… Saat aku melihat Taecyeon aku seperti bisa melihat Jangwoo Oppa?”

“Mwo?!”

End of Eunjung POV

***

Normal POV

Eunjung terlihat sedang membawa air hangat lagi ke ruang tamu. Sebelum dia mengganti kompres Taecyeon, Eunjung menempelkan punggung tangannya lagi ke keningnya.

Masih demam… Batinnya.

Akhirnya Eunjung mengganti kompres itu dan menaruhnya lagi di kening Taecyeon. Untuk beberapa saat dia memandang wajah Taecyeon lekat-lekat.

“Bagaimana keadaannya Eunjung-ah?” Tiba-tiba Boram datang menghampirinya.

“Ah… Em, demamnya masih tinggi eonni. Tapi keadaannya sepertinya sudah lebih baik karena dia sudah tidak mengigau lagi.” Jawab Eunjung.

Boram hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban Eunjung.

Eunjung-ah, aku mengharapkan kau akan mendapatkan kembali kebahagiaanmu. Aku tidak tega melihatmu terlalu lama menderita dan menunggu hal yang tidak pasti. Aku juga tidak tega melihatmu terus hidup dalam kesedihan. Batin Boram.

Hening. Itulah suasana yang tercipta di antara mereka. Mereka tidak tahu apa yang harus dikatakan karena sibuk dengan pikiran masing-masing.

Mungkin aku menyadari sesuatu yang lain dari orang ini. Dia begitu mirip dengan Jangwoo Oppa. Tapi hanya karena faktor itu apa bisa dikatakan kalau aku menyukainya? Dan kalau memang benar aku menyukainya apa aku siap untuk jatuh cinta lagi? Dan apa aku sanggup menerima kalau dia masih mencintai yeojanya yang dulu? Eunjung.

***

“Yoona?” Suara itu membuat Eunjung terjaga dari tidurnya. Seketika itu juga, dia langsung menegakkan tubuhnya dan betapa terkejutnya dia saat melihat Taecyeon sudah sadar. “Kau… Bukan Yoona? Kau siapa? Dan kenapa aku bisa ada di sini? Bukannya tadi pagi aku pergi ke apartment Yoona?”

“YA! Kau jangan menanyakan banyak pertanyaan secara langsung seperti itu padaku.” Sahut Eunjung dengan sedikit emosi. “Pertama, aku bukan Yoona yang kau maksud dan namaku Ham Eun Jung. Lalu, kenapa kau bisa ada di sini? Itu karena kau pingsan di depan apartmentku tadi pagi. Dan, Yoona yang kau cari-cari itu sudah tidak tinggal di apartment ini lagi.” Eunjung menjawab semua pertanyaan Taecyeon.

“M… Mwo? Jadi yang tadi pagi itu… Mianhae…” Ucap Taecyeon.

“Gwenchana.” Sahut Eunjung.

Kemudian keheningan terjadi di antara mereka dan akhirnya Taecyeon membuka pembicaraan lagi. “Apa yang mengirimkan suratku kembali waktu itu kau?”

“Ne… Aku rasa surat itu benar-benar penting untukmu.” Jawab Eunjung.

Untuk beberapa saat Taecyeon hanya tersenyum miris. “Ya… Surat itu penting buatku. Tapi kalau yang membacanya adalah Yoona.” Kemudian pandangannya menerawang jauh. “Aku tidak mengerti kenapa aku begitu bodoh tetap mencintainya, padahal dia sudah meninggalkanku.”

“Apa menurutmu nasibmu lebih baik dariku? Dilupakan oleh orang yang kucintai dan tidak bisa mengejarnya lagi karena itu semua akibat kesalahanku sendiri. Terus dibayang-bayangi oleh perasaan bersalah dan hanya bisa mengubur rasa cinta yang sebenarnya masih bersinar walaupun aku sudah menguburnya dalam-dalam.” Eunjung berkata lirih.

“Maksudmu?”

“Aku bahkan lebih menderita darimu Taecyeon-ssi. Kalau saja hari itu aku tidak begitu saja menuduhnya tanpa bukti. Kalau saja aku mendengarkan penjelasannya, hari itu tidak akan menjadi hari jadi pertama dan terakhir kami. Kalau aku bisa memahaminya, pasti akan ada hari-hari jadi kami yang lain…” Eunjung menarik napas lalu melanjutkan kalimatnya. “Aku rasa kau akan menganggapku egois setelah mendengar cerita ini Taecyeon-ssi…”

Flashback

Eunjung menghentikan langkahnya saat hendak memasuki mobil ketika dia melihat Lee Jang Woo, kekasihnya jalan dengan wanita lain. Seketika itu juga emosinya memuncak dan tanpa pikir panjang dia langsung mendatangi Jangwoo.

PLAKK!!!

“Jangwoo Oppa!!! Tega-teganya kau melakukan ini. Apa kau lupa hah?!! Ini hari jadi pertama kita dan kau malah jalan dengan wanita lain? Kau keterlaluan oppa…” Setelah itu Eunjung langsung pergi meninggalkan Jangwoo yang masih memegangi pipinya yang panas bekas tamparan keras Eunjung dan masih mencoba menjernihkan pikirannya.

“E… Eunjung!!! Eunjung, tunggu dulu!! Eunjung!!!” Berkali-kali Jangwoo mencoba meanggilnya, Eunjung tidak juga menoleh dan memasuki mobilnya. Jangwoo mencoba mengetuk-ngetuk jendela mobil, tapi Eunjung malah melajukan mobilnya.

“Jangwoo-ah, apa anda tidak apa-apa?” Tanya wanita yang tadi bersama dengan Jangwoo.

“Tidak apa-apa. Em, maaf, bagaimana kalau kau pulang sendiri naik taksi? Nanti saya akan mengganti uangmu.” Kata Jangwoo lagi.

“Tidak apa-apa Jangwoo.” Lalu Jangwoo langsung masuk ke mobilnya dan berusaha mengejar Eunjung.

Jangwoo mengambil ponselnya dan coba menghubungi Eunjung. Eunjung-ah, ini hanya salah paham. Maafkan aku Eunjung-ah, aku mohon… Angkat teleponnya. Batinnya. Tapi Eunjung tidak juga mengangkat telepon Jangwoo itu dan malah mematikan ponselnya.

Semakin lama, Jangwoo bisa mengejar mobil Eunjung. Tapi, saat dia ingin mencoba menghentikan mobil Eunjung, sebuah bus darang dari arah kiri dengan kecepatan tinggi.

TINNN!!! BRUAKKK!!!

Semua kejadian itu terjadi tepat dihadapan Eunjung. Mobil Jangwoo terlempar beberapa meter dan keadaan mobilnya bisa dibilang hancur.

Eunjung yang melihat langsung kejadian itu menghentikan mesin mobilnya dan masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Dia membuka pintu mobil dan berlari menuju mobil Jangwoo yang sudah hancur. Mencoba memastikan kalau itu bukan Jangwoo walaupun dia tahu pasti mobil itu adalah mobil Jangwoo.

Kakinya langsung melemas saat melihat yang di dalamnya itu benar-benar Jangwoo. Dia jatuh terduduk di sana dan menangis sejadi-jadinya. Hanya bisa berteriak minta tolong tanpa bisa melakukan apa-apa…

End of Flashback…

“Apa dia…”Taecyeon menggantungkan kalimatnya, bingung bagaimana harus mengatakan tanpa membuat Eunjung merasa sedih.

“Tidak. Kalau kau pikir dia meninggal itu tidak benar Taecyeon-ssi.” Kata Eunjung lagi. “Setelah itu orang-orang membawanya ke rumah sakit dan aku cukup bahagia saat mengetahui kalau dia masih bisa diselamatkan walaupun dia koma. Itu berarti dia masih bisa sembuh kan?” Eunjung mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dijawab. “Dia koma selama 2 bulan lebih. Aku merasa sangat bersalah ketika tahu semua itu hanya salah paham…”

“Maaf Eunjung-ssi untuk yang kemarin itu hanya salah paham. Jangwoo memintaku untuk menemaninya mencari cincin untukmu. Dia ingin melamarmu…”

Aku bodoh kan? Menuduh orang yang aku cintai berselingkuh, padahal aku belum tahu itu benar atau tidak.” Eunjung menarik napas dan melanjutkan ceritanya. “Lalu, perasaan bersalah itu semakin membayangiku saat dia sadar dari komanya…”

“Tapi… Bukannya…”

“Karena ketika dia sadar, dia tidak mengingat siapa-siapa lagi Taecyeon-ssi. Terasuk aku. Dia amnesia. Dan saat keluarganya tahu, mereka marah padaku dan malah melarangku untuk bertemu dengannya  lagi.” Air mata mulai menetes dari pelupuk matanya.

“Eunjung-ssi…”

“Dan sejak itu, aku terus dibayang-bayangi perasaan bersalah itu… Kau pikir nasibmu lebih buruk dari aku?” Tanya Eunjung dan Taecyeon tidak menjawab pertanyaannya. “Taecyeon-ssi…”

“Aku ikut sedih Eunjung-ssi… Tapi, ini sama sekali bukan salahmu. Ini kecelakaan…”

“Tidak… Tidak apa-apa Taecyeo-ssi. Aigoo… Kenapa aku jadi curhat begini padamu? Kau tahu, aku beru pertama kali ini menceritakannya pada orang lain selain kakakku.” Ucap Eunjung sambil menghapus air mata yang jatuh di pipinya enggunakan punggung tangannya.

Taecyeon hanya bisa menatapnya tanpa mengatakan apapun.

***

2 minggu kemudian…

 Dong Kuk University
12.00PM

Eunjung keluar dari kelasnya dan langsung menuju parkiran. Setelah ini dia memutuskan untuk langsung pulang. Tapi sepertinya dia harus membuang jauh-jauh pikirannya itu karena seseorang menunggunya disana.

“Annyeonghaseyo Eunjung-ssi…” Sapa orang itu ramah dan melambaikan tangannya ke arah Eunjung.

“Ok Taecyeon-ssi? Bagaimana kau bisa ada disini? Dan bagaimana kau bisa tahu kampusku?”

“Boram Noona yang memberitahuku.” Jawab Taecyeon lagi. “Em, Eunjung-ssi, apa kau keberatan kalau aku mengajakmu jalan?”

“Jalan?”

End of Normal POV

***

Eunjung POV

“Kajja Eunjung-ssi…” Taecyeon menarik tanganku masuk ke sebuah cafe. Aku tidak tahu kenapa dia membawaku ke tempat ini. Karena tadi saat bertemu di kempus dia langsung menarikku ke mobilnya tanpa mengatakan apapun.

“YA! Untuk apa kau membawaku ke sini?” Tanyaku sambil mencoba mensejajarkan langkahku dengan langkah kakinya.

“Aku ingin mengenalkan seseorang padamu Eunjung-ssi.” Mwo? Seseorang? Dugu…

“Tacyeon-ah!” Aku menoleh ke arah sumber suara dan menemukan seorang wanita yang sedang melambaikan tangannya disana. Sepertinya… Aku pernah melihat wanita ini.

“Yoona!” Mwo? Yoo.. Yoona? Apa Taecyeon sudah kembali padanya?

Senyum Taecyeon mengembang saat melihat Yoona disana. Dan aku masih sibuk dengan pikiranku sendiri. Apa aku pernah bertemu dengan wanita ini sebelumnya? Kenapa aku merasa pernah melihatnya? Dan…

Pandanganku teralihkan ke orang yang duduk didepannya dan membelakangiku. Apa…

“Eunjung-ssi? YA! Kau melamun? Apa yang kau lamunkan?” Taecyeon melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku dan menyadarkanku dari lamunanku. “Ayo… Mereka sudah menunggu.” Aku mencoba menghilangkan semua pikiran itu. Itu tidak mungkin terjadi.

“Annyeong Taecyeon-ah… Apa kabarmu? Dan apakah ini Eunjung? Gadis yang kau ceritakan kemarin?” Tanya Yoona saat kami sudah sampai di mejanya. Apa yang Taecyeon ceritakan tentang aku pada Yoona?

“Ne… Eunjung, kenalkan ini Yoona.” Sahut Taecyeon.

“Eunjung imnida… Bangapseumnida.” Kataku sambil membungkukkan badan.

“Yoona imnida… Bangapseumnida…” Balas Yoona. “Ah, iya. Taecyeon-ah, ini suamiku yang aku ceritakan semalam…” S… Suami?!! Jadi, Taecyeon dan Yoona…

Laki-laki itu berdiri dan membalikan badannya. Seketika itu juga badanku rasanya menegang dan jantungku berdetak sangat keras. Rasa nyeri di dadaku kembali aku rasakan. Kenapa? Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi?

“Annyeonghaseyo… Lee Jang Woo imnida… Bangapseumnida.” Ucapnya sambil tersenyum. Senyum yang masih sama seperti 2 tahun yang lalu. Senyum yang selama ini hanya bisa aku bayangkan dan sekarang aku melihatnya lagi.

Dia mengulurkan tangannya padaku. Tapi entah kenapa seluruh anggota tubuhku tidak bisa digerakkan. Aku hanya bisa menatap wajahnya yang kebingungan karena sikapku.

Jangwoo Oppa… Apa sampai sekarang kau masih belum mengingatku? Walaupun sebagai rekaman masa lalumu, huh?

Air mata mulai menggenangi pelupuk mataku dan seberapa keras aku mencoba menahannya untuk tidak keluar, air mata itu malah dengan gampangnya mengalir di pipiku.

“Y… Ya, gwenchana?” Tanyanya.

Apa hanya itu yang bisa kau katakan oppa? Apa kau sama sekali tidak mengerti kenapa aku bisa menangis disini? Apa kau tidak bisa membaca isi hatiku lagi seperti dulu? Kenapa sekarang kau sama sekali tidak mengingatku? Hahaha… Eunjung bodoh. Jelas saja dia tidak mengingatmu. Itu karena kesalahanmu sendiri kan? Dan liaht sekarang, dia sudah bersama dengan wanita lain yang tidak lain adalah istrinya.

“A… Aku tidak apa-apa, L… Lee Jang Woo…ssi…” Setelah mengatakan itu aku memutuskan untuk pergi dari sana. Berlama-lama di tempat itu hanya akan membuat hatiku semakin sakit.

“Eunjung… Eunjung-ssi!!!” Aku tidak menghiraukan panggilan Taecyeon dan terus berlari menjauh dari sana.

End of Eunjung POV

Taecyeon POV

“Aishh… Kemana perginya gadis itu?”30 menit sudah aku encarinya, tapi tetap saja aku tidak bisa menemukan Eunjung.

Arghh… Kalau aku tahu jadinya aka seperti ini, aku tidak akan mengajaknya. Jika aku tahu siapa suami Yoona, aku tidak akan memaksanya ikut.

Eunjung, eodiya? Aigoo… Tunggu dulu,  Boram Noona? Ya, aku harus menelepon Boram Noona.

Aku mengambil ponselku dan dengan cepat aku menggerakkan tanganku di atas keypad lalu menaruh ponsel itu di telingaku (?). Tidak lama nada sambung mulai terdengar dari ponselku. Dan…

“Yoboseyo?”

“Yoboseyo? Boram Noona?”

***

Akhirnya aku menemukannya. Sendirian sambil menatap kosong ke depannya.

“Eunjung-ssi…”Panggilku sambil menepuk pelan pundaknya.

“T… Taecyeon-ssi? Bagaimana kau tahu aku ada disini?” Tanyanya dengan mata yang masih sembab.

“Aku bingung mencarimu kemana-mana Eunjung-ssi, dan akhirnya aku menelepon eonnimu.” Kataku sambil tersenyum. “Eunjung-ssi, aku minta maaf…”

“Untuk apa? Kau tidak perlu minta maaf Taecyeon-ssi.Lagipula aku pantas dihukum seperti ini. Aku…”

“Tolong hentikan Eunjung-ssi…” Dia menatapku heran. “Tolong hentikan. Bolehkah aku meminta 1 permintaan padamu?” Tanyaku.

“Apa?”

“Berhenti menyalahkan dirimu sendiri atas kecelakaan itu. Itu sama sekali bukan kesalahanmu. Itu murni kecelakaan. Jadi, jangan salahkan dirimu atas kecelakaan ini.” Kataku lirih. Aku tidak tega melihatnya seperti ini. Selalu dihantui rasa bersalah padahal dia sama sekali tidak bersalah.

“Taecyeon-ssi, tapi kalau waktu itu aku tidak menuduhnya macam-macam, dia tidak mungkin seperti ini…” Aku menarik napasku pelan. Aku bisa melihat matanya mulai berkaca-kaca lagi.

“Aku sudah bilang padamu kan? Itu murni kecelakaan.” Beberapa saat dia menatapku sampai air matanya mengalir lagi.

Aku mendekapnya dan mencoba menenangkannya. “Aku takut Taecyeon…”

Eunjung-ah, kau tahu aku tidak kuat melihatmu seperti ini hah? Apa kau tahu? “Gwenchana Eunjung-ah… Gwenchana…”

Tuhan, ijinkan aku untuk menjaga gadis ini…

***

Malamnya,
Di tempat yang sama…

“Taecyeoon-ah, boleh kau ceritakan bagaimana bisa kau bertemu lagi dengan Yoona?” Tanya Eunjung tiba-tiba.

Keadaannya sudah mulai membaik sekarang. Sepertinya dia sudah bisa melupakan kejadian itu sedikit demi sedikit.

“Aku juga tidak menyangka Eunjung-ah, bisa bertemu dengannya lagi.” Aku menghentikan pembicaraanku sebentar lalu melanjutkannya lagi. “Tiga hari setelah aku pingsan di tempatmu waktu itu, dia meneleponku tiba-tiba dan mengajakku untuk bertemu.”

Flashback…

“Taecyeon-ah, maafkan aku karena sudah meninggalkanmu begitu saja. Aku tidak bermaksud seperti itu…” Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya kuat.

“Gwenchana Yoona… Aku tahu kau punya alasan untuk ini.” Kataku.

“Taecyeon, aku tahu kau masih marah padaku. Dan hari ini, aku ingin menjelaskan semuanya padamu…”

“Tentang apa lagi? Tentang kau yang sudah menikah? Atau bahkan kau ingin mengatakan padaku kalau kau sebentar lagi akan mempunyai anak? Pentingkah Yoona?”

“Taec, dengar dulu penjelasanku, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku terpaksa menikah dengan orang itu. Aku dijodohkan Taec…”

End of Flashback…

“Aku tahu orang tuanya memang tidak menyukaiku dari dulu. Dan tidak heran kalau mereka akan memaksa Yoona untuk menjauhiku dan menjodohkan Yoona dengan pria lain.”

“Ternyata keadaan kita tidak beda jauh…” Sahut Eunjung sambil tersenyum kecil. Dan aku hanya membalasnya dengan tawa.

“Lalu, apa yang kau ceritakan dengan Yoona kemarin?” Aku tersentak. Gadis ini? Dia masih sempat mengingat ini.

“Kau mau tahu?” Dia mengangguk. “Rahasia…” Jawabku sambil tersenyum penuh arti.

End of Taecyeon POV

***

Normal POV

17 Mei 2011
Pukul 19.00 PM

Ting… Tong… Ting… Tong…

CKLEKK!

“Annyeong Taecyeon-ah… Kita berangkat sekarang?” Tanya Eunjung di depan pintu apartmentnya. Sedangkan Taecyeon hanya bias terpaku memperhatikannya.

“J… Jagiya… Neomu yeppeo…” Ucap Taecyeon yang masih tidak percaya dengan perubahan yeojanya itu.

Malam ini mereka berencana untuk makan malam berdua, merayakan satu tahun hari jadi mereka. Satu tahun berlangsung sejak kejadian hari itu.

“Gomawo…” Wajah Eunjung yang sudah merah akibat polesan make-up karya Boram itu semakin merah karena mendengar kata pujian itu dari namjanya.

“Em, kalau begitu… Kajja…” Ajak Taecyeon sambil mengulurkan tangannya dan menggandeng Eunjung.

“Nikmati makan malam kalian…” Teriak Boram dari dalam apartment sambil tersenyum.

Sepertinya semuanya akan lengkap setelah ini. Terima kasih Taecyeon-ah, sudah mengembalikan Eunjung yang dulu san sudah membuatnya bahagia.

***

“Kau mau pesan apa jagiya?”

“Terserah kau saja…” Jawab Eunjung.

“Ah, baiklah… Pesannannya disamakan saja…” Ucap Taecyeon pada pelayan itu.

Setelah pelayan itu pergi, Taecyeon mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Sebuat kotak kecil beludru merah.

“Ham Eun Jung…” Taecyeon menarik napas sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya. “Cukup satu tahun untukku mengenalmu. Dan aku yakin, kau sangat pantas menjadi pendampingku. Apa kau mau menikah denganku Eunjung-ah?” Tanya Taecyeon. Jantungnya berdetak kencang saat mengetakan itu. Ada ketakutan dalam benaknya kalau Eunjung akan menolaknya.

Eunjung yang terlihat kaget karena tidak menyangka Taecyeon akan melamarnya hari ini, hanya bisa menatap lurus-lurus ke arah mata Taecyeon sambil mencari kesungguhan disana. Dan yang Eunjung temukan disana adalah kejujuran dan ketulusan. “Aku mau Taecyeon-ah…” Jawab Eunjung pasti dengan senyum mengembang di wajahnya.

“Benarkah? Benarkah jagiya? Kyaaa…” Taecyeon langsung mendatangi Eunjung dan memeluknya erat. “Gomawo jagiya… Saranghae…”

“Terima kasih juga Taecyeon… Nado saranghae…” Jawab Eunjung.

***

Berawal dari surat, cerita, dan cinta… Aku mengenalnya. Laki-laki yang sudah membuat hidupku kembali berwarna setelah kejadian 3 tahun lalu.

Aku tidak hanya menyukainya, tapi mencintainya. Dan aku bukan mencintainya hanya karena dia memiliki banyak kesamaan dengan Jangwoo Oppa, tapi karena dia memang berhasi menempati hatiku.

Tapi bukan berarti aku melupakan Jangwoo Oppa begitu saja. Dia akan terus bersinar di masa laluku dan akan terus ada di tempat terdalam hatiku. Sedangkan Taecyeon, dia akan terus bersinar di kehidupanku mulai dari sekarang sampai selamanya dan dia yang sudah memenuhi isi hatiku sekarang.

Terima kasih Taecyeon, kau sudah membuatku merasa seperti wanita yang paling beruntung di dunia ini. Dan terima kasih Tuhan, kau sudah mengirimkan Taecyeon untukku…

-Ham Eunjung-

 Aku tidak percaya kalau Tuhan mengirimkannya untukku disaat aku sedang putus asa karena Yoona meninggalkanku.

Saat pertama kali melihatnya, aku bisa menemukan kehangatan yang dia sembunyikan. Entah karena apa, sampai aku tahu kalau keadaannya tidak jauh berbeda dariku. Yaitu kehilangan cintanya tetapi dengan cara yang lebih tragis. Dan aku merasa sejak saat itu aku ingin menjaganya…

Satu tahun kurasa cukup. Dan mari lewati tahun-tahun berikutnya dengan kehidupan baru Ham Eun Jung…

Terima kasih Eunjung-ah, kau sudah menghampiri kehidupanku dan tinggal di dalamnya…

-Ok Taecyeon-

THE END

_____________________________________________________

Gimana reader?
Tam tau ini FF agak ancur x__x Tapi biar ancur” begini ttp di komen yaa… 🙂

Gomawo chingu… Annyeong 🙂