Misi-misi..!

Ji Soon mau lewat nie…

^emang jalanan apa..?

Haha… Just Kidding All ! ^.~

Oke, langsung aja nie dibaca lnjutan Love In SEOUL-nya…

Have Reading!! ^^

=====================================##################=======================================

Title             :     Love In SEOUL

Genre         :     Friendship,romantic, and school life

Chapter      :     2

Cast             :     –  Ji Soon (author)

–   Jang Hyun Ra (Tam. P/author)

–   Lee Seung Yeon (Dicta/author)

–   Park Jae Soon (Olvi/reader)

–   Dong Woon (BEAST)

–   Hyun Seung (BEAST)

–   Yo Seob (BEAST)

–   Jun Hyung (BEAST)

And other cast…

Ji Soon POV

 

Pagi itu, tidak seperti biasanya aku langsung masuk ke dalam kelas. Karena setiap harinya kami selalu datang pagi-pagi sehingga masih bisa nongkrong dulu di taman sekolah yang terletak di halaman belakang sekolah kami hingga bel masuk berbunyi. Memang hari itu sangat penting, karena aku ingin menemui salah satu murid sekelasku, yang tak lain adalah murid baru yang terlihat misterius itu.

Sesampainya di kelas, aku melihatnya sedang membaca, atau lebih tepatnya sedang belajar. Aku yang kemudian diikuti oleh Jae Soon eonni yang sedari tadi di belakangku, masuk ke dalam kelas dan menghampirinya.

“Sillyehamnida, sebelumnya bolehkah aku berkenalan denganmu? Kau murid baru di sini kan?” kucoba mengajaknya berkenalan dengan halus.

“Yaa! Tidak bisakah kau memperkenalkan aku juga? Dari tadi aku cuma sebagai kambing congek aja di sini. Jahat sekali kau!” bisik Jae Soon eonni sambil memberikan tatapan marah kepadaku. Kubalas tatapan itu dengan lirikan tajam yang seakan memberitahukan kepadanya untuk diam saja dan tidak perlu membahasnya lagi. Namun, sepertinya Jae Soon eonni ngambek karenaku dan segera duduk di kursinya sendiri yang tak jauh dari situ.

Aku pun  tidak menghiraukannya, dan kemudian tatapanku kembali kepada murid baru itu. Kusunggingkan sebuah senyum bersahabat dari wajahku, berharap ia tidak hanya diam saja dan menjawab ajakanku tadi.

“Choneun Seung Young imnida. Ada perlu apa denganku?” jawabnya malas.

BUSYETT dahh! Nih orang cuek banget sih… Ngomong juga kayaknya irit banget, sampai-sampai langsung nanyain ke poin yang sebenarnya. Aku pun hanya bisa menghela napas dan mencoba bersabar menghadapinya dengan menyunggingkan kembali senyuman bersahabat dariku.

“Mmm…, baiklah Seung Young! Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padamu, apakah ini benar punyamu?” kusodorkan kepadanya secarik kertas yang tadi terjatuh saat kami bertabrakan.

Spontan kulihat wajah Seung Young terkejut melihat kertas yang kuberikan itu, dan segera merampasnya dari tanganku.

“Darimana kau mendapatkan ini? Apa kau mencoba mencurinya dariku??” Seung Young pun refleks berdiri, dan kusadari sepertinya situasi semakin memburuk, ia hampir saja membentakku dengan keras. Segera kuelakkan tuduhan darinya yang salah. Kujelaskan semuanya secara terperinci kepadanya. Dan dengan wajah merah padam, ia pun duduk kembali.

“Cepat  kembalilah ke tempat dudukmu sekarang..! Temanmu marah gara-gara dicuekin dari tadi tuh…” serunya memperingatkanku sambil menunjukkan dengan kepalanya ke arah Jae Soon eonni.

“Tapi, ada sesuatu yang harus kubilang. … Jadi begini, apakah kau mau ikut ambil bagian dalam pensi sekolah nanti? Jika mau, kau bisa mengisi acara dalam pensi itu, kau kan bisa bermain biola…? Mungkin kau bisa berunjuk kreasi di sekolah barumu ini..?” kumencoba menawarkannya seperti seorang sales keliling yang sedang menawarkan produk kebanggaannya.

“Sebegitu pentingkah acara itu? Memangnya tidak ada yang lainnya selain aku apa…?” kulihat ia hanya menjawab dengan sinisnya, sungguh membuatku naik darah.

“Ya sudah kalau kau memang tidak mau, tidak apa-apa kok… Aku juga tidak akan memaksamu kalau kau memang tidak mau…” hampir saja emosi meluap karenanya.

Segera kumenghindar pergi darinya, aku tidak mau membuat malu diriku di depan semua teman-temanku dengan emosiku yang terpendam ini. Memang benar-benar aneh murid baru itu. Aku hanya mau berkenalan baik dengannya dan mengajaknya supaya dapat mengenal lebih baik sekolah ini, tapi ternyata ia malah mengacuhkannya. Aku juga tidak bisa terima dengan perlakuan seperti itu. Lihat saja, mulai saat ini aku tidak mau lagi berhubungan dengannya.

Masih dengan wajah yang cemberut, aku pun kembali duduk di kursiku. Dan kulihat Jae Soon eonni yang ada di sebelahku, sepertinya ia masih tetap ngambek denganku. Kulihat kini ia memalingkan mukanya padaku saat kutatap matanya, dan aku pun hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah konyolnya itu. Setidaknya bisa meringankan hatiku yang sedang emosi ini.

—Ji Soon POV End—

 

Hyun Ra POV

 

Hari ini sepertinya aku datang agak lambat karena bangun kesiangan. Bahkan Seung Young pun tidak membangunkanku sama sekali, dan langsung dengan seenaknya saja ia berangkat duluan ke sekolah. Tapi, untung saja ada Hye Sun omma (kami sudah menganggapnya seperti eomma kami sendiri, karena selama di sini dialah yang selalu merawat kami) yang segera membangunkanku, walaupun sebenarnya omma juga telat bangun.

Hari ini aku buru-buru dan tidak sempat sarapan. Aku juga harus berlari secepat mungkin dari rumah kami menuju sekolah yang jaraknya sekitar 700 meter. Awalnya omma mau menawarkan aku untuk diantar, tapi aku menolaknya, melihat situasi omma saat ini yang mengharuskannya bekerja ekstra (karena ia bekerja sampingan untuk mencukupi kebutuhan kami semua, sehingga tidak hanya mengharapkan bantuan terus dari pemerintah, pekerjaannya adalah sebagai penyiar radio di salah satu stasiun radio swasta).

Sepuluh menit aku lewati dengan penuh perjuangan, berlari secepat kilat dengan keringat yang sudah menetes sedari tadi. Sejenak kurasakan badanku sudah tidak kuat lagi untuk berlari maupun berjalan, tapi aku harus memaksakannya. Aku tidak boleh terlambat masuk sekolah. Apalagi aku kan dinilai sebagai murid disiplin selama ini, jadi predikat itu harus tetap kusandang baik-baik, tidak boleh kuubah menjadi ‘Hyun Ra Si Lambat’.

“No-no-no-no!! Itu tidak boleh terjadi! Sama sekali tidak boleh!” kucoba lupakan hal itu dan segera berlari lagi secepat mungkin. Sambil berlari, di jalan aku pun berdoa agar predikat itu tidak jadi kusandang.

Dan Tuhan pun menjawab doaku, saat aku sampai di sekolah ternyata aku tidak terlambat. Tapi hanya selang beberapa menit kemudian saat ku dalam perjalanan menuju kelasku, bel tanda masuk pun berbunyi. Segera ku berjalan cepat sambil mengusap keringatku dengan tisu.

Saat sudah masuk kelas pun napasku masih ngos-ngosan. Kulihat Seung Young di belakangku dengan tatapan kesal.

“Wae? Ada masalah?” jawabnya dengan santai dan jutek.

“Kau ini..! Bisa-bisanya tidak membangunkanku tadi dan pergi aja langsung gak bilang-bilang… “ omongan dengan bahasa Indonesiaku pun keluar bersamaan dengan emosi yang sedari tadi kutahan. Rasanya mau saja kucekik Seung Young sekarang ini, tapi guru keburu datang duluan, maka kuurungkan niat jahat itu.

Selama pelajaran berlangsung, aku tidak bisa berkonsentrasi. Aku merasakan badanku lemas sekali dan kepalaku pusing. Dan sejak dari tadi perutku sudah keroncongan. Sekarang aku hanya bisa menunggu sampai istirahat tiba.

“Gwaenchana?” kudengar bisikkan suara dari sampingku, dan kutengok dia. Agak terheran-heran aku melihatnya, ia sungguh baik padaku. Ternyata selama pelajaran berlangsung ini, ia selalu memperhatikanku. Sejenak kuberpikir aku bisa berteman baik dengannya.

“Choneun Jae Soon imnida! Kamu Hyun Ra kan…?” tanyanya dengan ramah kepadaku.

“Ne… Bangapseumnida!” kubalas dengan senyuman dariku, ia pun juga ikut tersenyum.

“Oh ya, apa kau sedang tidak enak badan? Karena kulihat dari tadi sepertinya kau tidak bisa berkonsentrasi, lagipula wajahmu juga terlihat pucat sekali…” ia menanyakan hal itu kepadaku dengan sangat akrabnya, rasanya seperti pernah bersahabat dekat saja dulunya. Saat ku hendak berbicara kembali, padahal baru saja membuka mulutku tiba-tiba saja…

CTAAKKKK

“Jae Soon-ssi! Apa kau mendengar apa yang kujelaskan tadi? Apakah mulutmu tidak bisa dikunci hanya untuk beberapa saat saja?!” terdengar jelas hingga bergema suara dari guru kami, yang terkenal galaknya luar biasa. Kami berdua spontan terkejut mendengarnya membentak kami, atau yang lebih tepatnya kepada Jae Soon yang ada di sebelahku.

“M-m-mian-hae songsaengnim…” jawabnya yang kurasa sekarang ketakutan dan gugup. Terlihat dari tingkahnya yang kini sedang menggigit kukunya. Melihatnya aku menjadi merasa bersalah juga. Bahkan teman-teman yang lainnya pun menertawainya. Sungguh kasihan kumelihatnya, pasti sekarang ini ia merasa malu sekali.

“Diam semuanya! Sekarang mari kita lanjutkan pelajarannya..!” tegur guru itu dengan sangat kerasnya dan setelah itu ia menatap tajam ke arah Jae Soon yang sedari tadi menundukkan kepalanya karena ketakutan. Jae Soon yang malang…

—Hyun Ra POV End—

BRUKKK

Semua orang berlari menuju sumber suara itu, termasuk Jae Soon yang saat istirahat itu sedang tidak bersama dengan Ji Soon karena mereka masih marahan. Ia pun menghampiri kerumunan orang itu dan melihat sesosok yeoja tergeletak di antara kerumunan orang itu, dan sepertinya ia tidak sadarkan diri. Jae Soon yang sepertinya mengenalinya, lalu mendekatinya dan betapa terkejutnya saat yang dilihatnya adalah yeoja yang baru saja diajaknya berbicara di dalam kelas tadi.

“Hyun Ra! Hyun Ra…! Bangunlah, sadarlah Hyun Ra!! Yaa! Jangan pada diam semua, ayocepat bantu aku mengangkatnya ke ruang UKS!” pinta Jae Soon kepada murid-murid yang ada di sekelilingnya saat itu dengan paniknya. Melihat situasi itu, maka mereka semua pun membantu Jae Soon mengangkat Hyun Ra menuju ruang UKS yang kiranya tak jauh dari situ.

Saat di dalam ruang UKS…

 

Hampir setengah jam Jae Soon  menunggui Hyun Ra di sini. Sampai saat ini pun ia masih belum sadarkan diri. Bahkan saat ini pun Jae Soon harus membolos satu jam pelajaran, tapi untung saja tadi ia sudah izin pada salah satu teman sekelasnya yang tadi ikut membantuku menggotong Hyun Ra.

Tak berapa lama kemudian, Hyun Ra pun mulai siuman, tapi wajahnya masih tetap pucat sekali. Jae Soon yang duduk dekat jendela pun langsung menghampirinya dengan gembira.

“Jae Soon..” panggil Hyun Ra dengan suara yang sedikit parau.

“Tenanglah, Hyun Ra! Kau sekarang berada di ruang UKS, tadi sewaktu istirahat kau jatuh pingsan dan aku yang membawamu kesini. Untung saja sekarang kau sudah siuman, jadi aku sudah tidak ketakutan deh… Awalnya kukira kamu bakalan sadarnya lama banget, tapi ternyata salah deh, hehe..” Jae Soon mencoba menenangkan dan menghibur Hyun Ra. Tawa kecil mewarnai perbincangan mereka saat ini.

KRUUYUUKK… KRUUYUUKK…

Terdengar suara itu jelas berasal dari perut Hyun Ra yang tampaknya sedari tadi sudah menahan lapar. Jae Soon pun mengerti sekarang, alasan kenapa Hyun Ra tadi jatuh pingsan.

“Mianhae…, pagi tadi aku belum sempat sarapan karena terburu-buru. Dan saking terburu-burunya aku pun harus berlari dengan perut kosong menuju sekolah ini karena takut terlambat. Tapi tidak disangka malah jadinya sekarang begini…” jelas Hyun Ra dengan sedikit malunya karena harus menceritakan keteledorannya.

“Ahh, gwaenchanayo~! Baiklah, kalau begitu.., ayo sekarang kita makan bersama, tadi waktu istirahat aku juga belum makan,lapar banget nih rasanya. Cacing-cacing sudah pada berpesta dalam perutku dari tadi, nanti hancur semua isi perutku, haha…” mulailah Jae Soon melawak dan hal itu membuat Hyun Ra sampai tertawa terbahak-bahak. Dan kini wajah Hyun Ra sudah kembali berseri seperti sedia kala. Selanjutnya mereka pun menuju kantin dan makan bersama-sama di sana.

Siang hari sepulang sekolah…

 

“Ji Soon, jamkamman!” seru seseorang memanggil Ji Soon. Ji Soon pun menghentikan langkahnya. Saat Ji Soon menoleh ke belakang, ia mengetahui bahwa yang memanggilnya tadi adalah si wakil ketua OSIS sambil berlari menghampiri Ji Soon.

“Ji Soon, ini surat proposal yang sudah ditandatangani oleh kepala sekolah. Hari ini juga bisa kan kamu kiriminnya?” tanya Hye Rim, si wakil ketua OSIS itu, sambil menyodorkan beberapa amplop surat yang sudah dilem dengan rapat.

Sambil mengambil amplop yang berisi surat proposal itu, Ji Soon menganggukan kepalanya tanda paham dan kesediaannya melaksanakan itu.

Setelah Hye Rim pergi, Ji Soon pun segera menghampiri Jae Soon yang sedari istirahat tadi tidak menampakkan batang hidungnya. Ji Soon mencoba meneleponnya, tapi HP-nya sedang tidak aktif. Ji Soon pun membatin dalam hatinya, pasti kebiasaan Jae Soon yang lainnya kambuh lagi, yaitu tidak pernah men-charge HP-nya sebelum drop duluan.

Akhirnya, Ji Soon pun memutuskan untuk pulang duluan dan bersiap-siap masak untuk makan siang mereka nantinya.

Sementara itu di tempat lain pada waktu yang sama…

 

Huuhh…, Ji Soon kemana sih? Dari tadi aku cariin muter-muter satu sekolah tetap aja gak ketemu. Hilang kemana sih anak itu…?

Gerutu Jae Soon dalam hati sambil berjalan mencari-cari Ji Soon di hampir setiap sudut sekolah. Namun tetap saja ia tidak menemui anak yang satu itu. Dan kini Jae Soon pun menyerah, apalagi saat dilihatnya HP-nya sudah tidak bisa dihidupkan lagi karena kehabisan baterai.  Jae Soon pun hanya bisa tertunduk lemas saat menyadari akibat dari kebiasaan jeleknya itu. Lalu ia pun segera pulang menuju rumah sendirian dan berharap di rumah Ji Soon sudah menunggunya.

Dan sesampainya di rumah…

 

Harum masakan pun tercium sampai ke hidung Jae Soon yang baru saja tiba saat itu. Jae Soon pun semakin bersemangat memasuki rumah dan segera menuju dapur, di mana sumber aroma itu berada. Sesampainya di dapur, ia melihat Ji Soon sedang memasak dengan asyiknya, bahkan sampai kedatangan Jae Soon pun ia tidak sadar.

Selangkah saja lagi Jae Soon meraih pundak Ji Soon, namun ia teringat kembali akan hal di sekolah tadi yang membuatnya sedikit jengkel kepada Ji Soon. Segera ia membalikkan tubuhnya dan pergi menjauh dari situ, tapi belum sempat Jae Soon melangkahkan kakinya untuk pergi, namanya sudah dipanggil oleh Ji Soon.

“Yaa~! Apa ada sesuatu yang mengubah pikiranmu untuk berbaikan padaku..?” tanya Ji Soon sedikit menggoda Jae Soon. Jae Soon pun mati gaya, sejenak ia berpikir benar juga apa yang dikatakan oleh Ji Soon. Tapi karena ia punya gengsi yang tinggi, maka ia pun berlagak seolah-olah tidak mengerti apa yang dimaksud Ji Soon tadi dan menjelaskan bahwa ia kesini tadi hanya untuk melihat menu masakan apa hari ini. Setelah itu, ia mencoba melangkah lagi, namun baru beberapa langkah ia berjalan, ia dicegat lagi oleh Ji Soon.

“Jeongmal?! Masa sih~? Pasti udah lapar ya pengen ngerasain masakanku yang super enak ini, hehe…” goda Ji Soon lagi sampai-sampai membuat Jae Soon makin kehilangan akal untuk menutupinya kebohongannya.

“Ayooo~~! Bilang aja yang jujur, benar kan apa yang kubilang tadi…?” godanya sekali lagi sambil menatap wajah Jae Soon yang kini kemerahan. Kini Jae Soon merasa sudah sangat terpojok dan akhirnya menyerah. Ia hanya bisa tersenyum cengengesan membalas godaan dari Ji Soon.

“Ahh, sudah kuduga! Jae Soon eonni pasti gak akan marah lama-lama sama aku, apalagi bohong sama aku, haha…” tawa Ji Soon bahagia karena tebakannya benar dan ternyata Jae Soon eonni hanya pura-pura marah.

Ji Soon pun tertawa terpingkal-pingkal, Jae Soon yang melihatnya hanya bisa terheran-heran melihat kelakuan Ji Soon sekarang ini. Tiba-tiba Jae Soon mencium suatu aroma tidak sedap di ruangan itu, seperti bau hangus. Diperhatikannya sekeliling ruangan itu, dan saat menoleh ke belakang, terlihat olehnya masakan yang tadi sedang dimasak oleh Ji Soon.

“Ji Soon! Masakanmu gosong tuh…!!” seru Jae Soon hampir berteriak. Ji Soon yang tertawa sendiri sedari tadi, kini wajahnya berubah jadi seperti orang yang terkejut setengah mati.

“Omona, aku lupa masakanku tadi~!” ingat Ji Soon sambil menepuk dahinya sendiri. Segera ia pun menghampiri masakannya yang sedang digoreng sedari tadi tanpa ia sadari. Kini giliran Jae Soon yang tertawa terpingkal-pingkal.

“Makanya, jangan coba berani-berani gangguin Jae Soon, gini deh akibatnya kalo berani coba-coba, hahaha…” lanjutnya hingga tertawa makin kerasnya. Ji Soon hanya bisa menatap sinis kelakuan eonninya itu, Mungkin sekarang giliran Ji Soon yang ngambek,hahahha… 😀

Ji Soon POV

 

Sore itu, aku segera bersiap-siap untuk mengantarkan surat proposal pemberitahuan itu. Awalnya aku malas mengajak eonni ikut, karena takutnya ia nanti bakalan mengganggu saja. Apalagi surat ini harus diantarkan ke agency-agency di mana biasnya Jae Soon eonni berada. Lagipula aku tidak mau mengecewakan eonni yang sepertinya benar-benar mengharapkannya sekali.

Setelah beberapa menit kemudian , kami pun segera berangkat menggunakan mobil yang ada. Untuk saat ini Jae Soon eonni yang menyetirnya karena aku masih belum mahir dalam mengemudikannya. Dalam perjalanan kami pun memutar kasetnya Beast dan SHINee. Kami berdua pun ikut menyanyi dan terhanyut dalam suasana sore itu.

Tanpa terasa, kami ternyata sudah sampai di depan agency kami, yang tak lain adalah SM Entertainment. Kami berdua pun segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam gedung tersebut. Sesampainya di sana, kami pun segera menaiki lift yang ada menuju ke lantai di mana ruang kerja produser berada.

Saat pintu lift yang kami naiki mau atau hampir tertutup, tiba-tiba dengan sigap seorang namja menyerobot masuk ke dalam lift. Kami berdua hanya bisa melongo kebingungan melihat tingkahnya. Tapi, saat kami lihat semua wajah mereka, betapa terkejutnya kami. Dalam keterkesimaan kami, namja itu pun tersenyum ramah kepada kami.

“Yaa~! Gwaenchana…?” tanya namja tersebut sambil melambaikan tangannya di hadapan kami, yang bermaksud untuk menyadarkan kami dari lamunan ini. Namja itu benar-benar terlihat cool dengan balutan kemeja kotak-kotak biru dan hitam, dengan kaos lapis berwarna abu-abu.

“Ah, uri gwaenchana…!” Jae Soon eonni menjelaskan dengan gaya imutnya. Sepintas aku berpikir, betapa Jae Soon eonni memalukan dengan gaya sok imutnya itu. #PLAKK (ditampar Jae Soon eonni).

Aku masih terkesima dan tidak bisa berkata apa pun. Terlebih saat namja itu menatapku dengan matanya yang indah.

“Yaa~! Kau ini kenapa? Sadar dong, kayak orang kesambet aja, melongo terus, tutup mulutmu tuh, dari tadi kebuka terus..!” bisik Jae Soon eonni menyadarkanku, aku hanya bisa memarahinya dalam hati, benar-benar keterlaluan sudah membuat orang lain malu di depan namja-namja yang keren lagi.

“Ahh, kau Jae Soon ya..?” tanya kepada Jae Soon eonni. Hatiku pun semakin memanas, kenapa yang dikenal cuma Jae Soon eonni saja. Dan sepertinya Jae Soon eonni makin kegeeran saja.

“Ne, bangapseumnida~! Kau Onew Lee Jin Ki kan…?” balas eonni menanyakannya kembali. Akhirnya mereka pun berbincang-bincang selama berada di dalam lift, tapi aku tidak tahu apa yang mereka berdua bicarakan. Aku tidak mau tahu, karena sepertinya sejak dari tadi aku di sini hanya menjadi kambing congek saja. Huhh, benar-benar mengesalkan…!

—Ji Soon POV End—

Ji Soon langsung meluncur keluar setelah pintu lift terbuka, dan segera melangkahkan kakinya menuju ruangan si produser. Jae Soon dan Onew yang masih berada di lift, menatap Ji Soon bingung. Segera setelah mereka mengucapkan salam perpisahan, Jae Soon pun segera berlari menyusul Ji Soon yang sudah pergi duluan. Saat berada di tikungan koridor, Ji Soon yang berada di depannya tiba-tiba saja terjatuh karena menyenggol seseorang.

“Aigoo~!” rintih Ji Soon saat terjatuh. Jae Soon pun hanya bisa memandangi peristiwa itu, karena Jae Soon sadar bahwa yang ditabrak Ji Soon adalah salah satu member SHINee, yang tak lain adalah Taemin.

“Gwaenchana..?” tanya Taemin yang juga terjatuh, tetapi langsung menghampiri Ji Soon.

Ji Soon menatap namja itu dan betapa terkejutnya dia saat yang dia lihat di depannya kini adalah idolanya. Jantung Ji Soon pun berdetak kencang, ia merasa grogi berada di dekat namja imut itu.

“Ji Soon, gwaenchana~?” seru Jae Soon dari belakangnya, berlari menghampiri Ji Soon yang masih terduduk dan membantunya berdiri kembali.

“Jeongmal mianhae~!” Taemin meminta maaf kepada Ji Soon, dan Ji Soon pun tidak dapat berkata apa-apa, ia hanya bisa menganggukan kepalanya perlahan. Setelah itu, Taemin pun langsung berlari pergi meninggalkan mereka berdua di situ.

Malam harinya…

 

Saat di mobil, Ji Soon pun masih terdiam. Jae Soon yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya itu.

“Eonni, dia benar-benar keren banget~! Mimpi apa aku semalam ya Tuhan…?” Ji Soon masih mengingat kejadian tadi.

“Yaa~! Ji Soon, sadarlah! Baru gitu aja kau sudah seperti ini, bagaimana kalau nanti kau berpacaran dengannya, bisa-bisa…”

KYAAAA

Teriakan Ji Soon terdengar keras mengalahi volume tape yang sedang diputar dalam mobil tersebut. Mendengar hal itu, sampai-sampai Ji Soon membenturkan kepalanya berkali-kali ke kaca pintu mobil.

“Aigoo, eonni~! Kau ini bisa saja deh… Amin aja deh kalo gitu, hehe…” Ji Soon hanya tertawa cengengesan, dan Jae Soon pun kesal melihat kelakuan Ji Soon tadi yang sudah mengagetkannya dan hampir saja tadi ia menabrak mobil yang ada di depannya.

“Huhh… Baru gitu aja udah heboh banget, gimana sih!? Aku aja sama Onew oppa biasa-biasa aja tuh, gak sampe seheboh gitu. Biasa aja kali~!” Jae Soon menimpali Ji Soon yang masih fokus dengan perkataan Jae Soon tadi.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di tempat tujuan mereka selanjutnya, yaitu gedung Cube Entertainment, dimana para member Beast sering latihan di sini.

Jae Soon dan Ji Soon segera turun dari mobil dan memasuki gedung itu. Baru beberapa langkah saja mereka masuk, tiba-tiba saja mereka terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapan mereka. Benar-benar mengejutkan dan sulit dipercaya, dua orang yeoja sedang duduk di sofa yang ada di situ, yang tak lain mereka adalah kedua murid baru itu, Hyun Ra dan Seung Young. Mereka berdua pun juga bingung dan terkejut melihat kedatangan dua sahabat itu.

Ji Soon dan Jae Soon pun saling menatap kebingungan. Kira-kira sedang apa mereka malam-malam di sini? Dan apa yang sedang mereka tunggu saat ini..?

àTo Be Continueß

Hoahhmm… =o=

Ngantuk banget rasanya…

Ji Soon harus deadline nyelesaiin part 2-nya nie…

Bener2 stress Ji Soon sekarang ini, habis banyak banget yang harus dipelajari Ji Soon buat US n UN nanti…

Oh, God.., HELP ME!!

Huhuhuhu…. 😥

^Kok jadi curhat sih, gaje nie Ji Soon^

Y udh deh, langsung aja kalian coment2 ya, Don’t FORGET…!

^author maksa^

Hahahaha… 😀

Thx ALL~~! ^^